Mengenal Nama Allah “As-Salam”

Mengenal Nama Allah “As-Salam”

Tidak diragukan lagi bahwa ilmu tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan ilmu syar’i yang paling mulia, tujuan yang paling luhur dan paling tinggi yang dapat dicapai oleh manusia, karena berkaitan dengan Zat yang paling agung, yaitu Allah Azza Wajalla. Mengenal Allah, mengetahui nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta memahami perbuatan-Nya adalah ilmu agama yang paling utama. Beribadah kepada-Nya dan menyebut-Nya dengan nama-nama yang indah adalah bentuk pujian tertinggi yang menjadi dasar ajaran tauhid dan inti dari agama yang dibawa oleh para nabi sejak Nabi Adam ‘alaihis salam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. [1]

Di sini, kami akan menjelaskan secara singkat tentang salah satu nama Allah yang indah, yaitu As-Salam ( السلام ). Semoga Allah memudahkan kita untuk memahaminya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalil nama Allah “As-Salam

Nama “As-Salam” disebutkan dalam Al-Qur’an sekali, yaitu dalam firman Allah Ta’ala,

ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Maha Sempurna (As-Salam), Yang Mengaruniakan keamanan …” (QS. Al-Hasyr: 23)

Kandungan makna nama Allah “As-Salam

Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “As-Salam” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.

Makna bahasa dari “As-Salam

Salam ( السلام ) dan salamah ( السلامة ) berarti ( البراءة ) terbebas/selamat (dari kekurangan dan bahaya), dan ketika seseorang mengatakan ‘salam‘ kepadanya, itu berarti dia terbebas (dari keburukannya).

Ibnul ‘Arabi rahimahullah mengatakan bahwa as-salamah (السلامة) adalah (العافية) keselamatan.

Firman Allah Ta’ala,

وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَـٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَـٰمࣰا

Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63)

Maknanya adalah selamat dari keburukan. [2]

Makna “As-Salam” dalam konteks Allah

Makna nama “As-Salam” terkait dengan Allah Ta’ala mengacu pada dua makna utama:

Pertama: Selamat dari segala cacat dan kekurangan.

Kedua: Memberi keselamatan kepada hamba-Nya.

Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,

(السلام) أي: ذو السلامة من النقائص 

As-Salam berarti Zat yang memiliki keselamatan dari segala kekurangan.”

Kemudian, beliau melanjutkan, “Dinukil dari Ibnul ‘Arabi, beliau berkata,

‘Para ulama rahimahumullah sepakat bahwa makna “As-Salam” bagi Allah adalah berhubungan dengan keselamatan, namun mereka berbeda pendapat mengenai penjelasannya menjadi tiga pandangan:

Pertama: Allah adalah Yang bebas (selamat) dari segala cacat dan bersih dari segala kekurangan.

Kedua: Allah adalah Zat yang memberikan keselamatan, yaitu yang memberikan keselamatan kepada hamba-hamba-Nya di surga, sebagaimana firman Allah,

سَلَـٰمࣱ قَوۡلࣰا مِّن رَّبࣲّ رَّحِیمࣲ

Salam (keselamatan) sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.‘ (QS. Yunus: 58)

Ketiga: Allah adalah Yang makhluk terbebas dari kezaliman-Nya.’” [3]

Makna ketiga merujuk pada makna pertama karena kezaliman adalah salah satu bentuk cacat dan kekurangan. Wallahu a’lam.

Berikut ini penjelasan dari kedua makna tersebut:

Pertama: Selamat dari segala cacat dan kekurangan

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “As-Salam berarti terbebas dari segala cacat dan kekurangan karena kesempurnaan-Nya dalam Zat, sifat, dan perbuatan-Nya.” [4]

Syekh Abdul Razzaq Al-Badr menjelaskan, “Makna dari nama mulia ini adalah bahwa Allah terbebas dari segala cacat dan kekurangan karena kesempurnaan-Nya dalam Zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Dia, Mahatinggi dan Mahamulia, adalah As-Salam yang hakiki dalam segala hal. Dia selamat dalam Zat-Nya dari segala cacat dan kekurangan yang dibayangkan oleh akal manusia. Dia selamat dalam sifat-Nya dari segala cacat dan kekurangan. Dia juga selamat dalam perbuatan-Nya dari segala kekurangan, keburukan, kezaliman, atau tindakan yang bertentangan dengan hikmah. Allah, Mahasuci dan Mahatinggi, juga selamat dari memiliki istri dan anak, selamat dari memiliki tandingan, sepadan, atau setara, serta selamat dari segala partner dan sekutu. Nama ini mencakup seluruh sifat Allah, karena setiap sifat-Nya adalah keselamatan dari segala cacat dan kekurangan.” [5]

Kedua: Memberi keselamatan kepada hamba-Nya

Syekh Abdul Razzaq Al-Badr berkata, “Di antara makna yang ditunjukkan dari nama ini (As-Salam) adalah bahwa Allah, Mahasuci dan Mahatinggi, merupakan Zat yang memiliki keselamatan, yakni Dia yang memberi keselamatan kepada hamba-hamba-Nya. Dia memberi keselamatan kepada para rasul dan nabi-Nya, selawat dan salam Allah atas mereka, karena keimanan mereka, kesempurnaan pengabdian mereka, dan pelaksanaan mereka terhadap risalah yang jelas.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ وَسَلَـٰمٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ ٱلَّذِینَ ٱصۡطَفَىٰۤۗ

Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah dan keselamatan atas hamba-hamba-Nya yang telah dipilih-Nya.’ ‘ (QS. An-Naml: 59)

Dia juga berfirman,

سَلَـٰمٌ عَلَىٰ نُوحࣲ فِی ٱلۡعَـٰلَمِینَ

Keselamatan atas Nuh di seluruh alam.‘ (QS. Ash-Shaffat: 79), dan semisalnya.

Allah memberikan keselamatan kepada hamba-hamba-Nya dan wali-wali-Nya di surga yang penuh kenikmatan. Allah Ta’ala berfirman,

تَحِیَّتُهُمۡ یَوۡمَ یَلۡقَوۡنَهُۥ سَلَـٰمࣱۚ وَأَعَدَّ لَهُمۡ أَجۡرࣰا كَرِیمࣰا

Salam penghormatan mereka pada hari mereka menemui-Nya adalah “Salam”, dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.‘ (QS. Al-Ahzab: 44). ” [6]

Konsekuensi dari nama Allah “As-Salam” bagi hamba

Penetapan nama “As-Salam” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekuensinya dari sisi hamba:

Pertama: Seorang hamba harus meyakini bahwa Allah adalah Yang Mahasempurna, bebas (selamat) dari segala kekurangan, penyakit, dan cacat

Allah Ta’ala berfirman,

ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ

Dialah Allah, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasempurna, Yang Memberi Keamanan.” (QS. Al-Hasyr: 23)

Kedua: Seorang hamba harus meyakini bahwa Allah adalah pemberi keselamatan kepada hamba-hamba-Nya dan wali-wali-Nya di surga

Allah Ta’ala berfirman,

خَـٰلِدِینَ فِیهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡۖ تَحِیَّتُهُمۡ فِیهَا سَلَـٰمٌ

Mereka kekal di dalamnya dengan izin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka di dalamnya adalah ‘Salam’.” (QS. Ibrahim: 23)

Allah Ta’ala menyapa hamba-hamba-Nya di surga dengan salam. Dan surga adalah tempat keselamatan dari kematian, penyakit, dan segala bencana.

Allah Ta’ala berfirman,

لَهُمۡ دَارُ ٱلسَّلَـٰمِ عِندَ رَبِّهِمۡۖ

Bagi mereka tempat keselamatan di sisi Tuhan mereka.” (QS. Al-An’am: 127) [7]

Ketiga: Seorang hamba hendaknya banyak mengucapkan nama ini (As-Salam), karena hal ini adalah sebab masuk surga

Syekh Abdul Razzaq Al-Badr berkata, “Allah Ta’ala menjadikan penyebaran salam di dunia sebagai sebab masuknya seseorang ke Darus Salam (surga) di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم ؟ أفشوا السلام بينكم

Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai? (Yaitu), sebarkanlah salam di antara kalian’.” (HR. Muslim no. 54) [8]

Keempat: Tidak boleh mengatakan: “As-salam atas Allah.” ( السلام على الله )

Hal ini disebutkan dalam hadis Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata,

“Kami biasa salat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengucapkan, ‘As-salam atas Allah.’ Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله هو السلام ولكن قولوا :

التَّحيَّات لله والصلوات والطيبات السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته، السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

Sesungguhnya Allah adalah As-Salam. Oleh karena itu, (janganlah kalian mengucapkannya, akan tetapi) ucapkanlah (doa tasyahhud, yang artinya), ‘Segala kehormatan, rahmat, dan kebaikan untuk Allah. Salam, rahmat, dan keberkahan atasmu, wahai Nabi. Salam atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang benar selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.‘ ” (Muttafaqun ‘Alaih, HR. Bukhari no. 831 dan Muslim no. 56) [9]

Demikian, semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau.

***

1 Rabiulawal 1446, Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen.

Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab

Artikel: Muslim.or.id

 

Referensi Utama:

Fiqhul Asma’il Husna, Abdur Razzaq Al-Badr, Dar ‘Alamiyah – Mesir, cet. ke-1, 2015 M.

An-Nahjul Asma’ fii Syarhil Asma’il Husna, Dr. Muhammad Al-Hamud An-Najdi, Maktabah Imam Dzahabi – Kuwait, cet. ke-8, 2020 M.

 

Catatan kaki:

[1] Fiqh Al-Asma’ Al-Husna oleh Syekh Abdurrazzaq Al-Badr, hal. 15.

[2] Lihat Tafsir Asma’ul Husna oleh Az-Zajjaj, hal. 31.

[3] Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an oleh Al-Qurthubi, 18: 46.

[4] Tafsir Al-Quran Al-’Adzim oleh Ibnu Katsir, 8: 80.

[5] Fiqh Al-Asma’ Al-Husna, hal. 219.

[6] Fiqh Al-Asma’ Al-Husna, hal. 221-222, dengan peringkasan.

[7] Fiqh Al-Asma’ Al-Husna, hal. 222,  dan Al-Nahj Al-Asma, hal. 85-86.

[8] Al-Nahj Al-Asma, hal. 87.

[9] idem.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *