Kaum muslimin, saudaraku sekalian. Kita hidup di zaman di mana sangat umum kita jumpai orang-orang yang gemar flexing dan memamerkan apa pun yang sedang dilakukannya atau apa pun yang dimilikinya. Mereka haus akan pujian, pengakuan, dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Mereka senang apabila orang-orang lainnya memujinya dan bersedih tatkala orang-orang lain tidak peduli, tidak sadar, dan tidak mengakui pencapaiannya atau hal-hal yang dipamerkannya.
Media sosial memiliki andil besar di dalam menjerumuskan manusia kepada perilaku tersebut, membuat manusia gemar meng-update status, mengejar views dan like atas perilaku flexing yang dilakukannya tersebut. Sungguh, wahai saudaraku sekalian, perilaku semacam ini sangatlah jauh dari konsep Islam yang diajarkan oleh Allah Ta’ala dan Nabi-Nya.
Tidaklah seorang hamba diberikan keluasan rezeki, karunia berupa anak, pencapaian, dan prestasi, kecuali Allah Ta’ala ingin agar hamba tersebut bersyukur dan mengakui bahwa semua karunia tersebut milik Allah yang hanya dititipkan sementara waktu kepadanya. Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berulang kali menegaskan bahwa setiap apa yang ada di langit dan di bumi, maka kesemuanya itu milik Allah satu-satu-Nya, manusia sangat tidak layak dan tidak pantas untuk membangga-banggakan hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَلَـقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِ يَّا كُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ وَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ وَكَا نَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا
“Dan milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi Kitab Suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi, jika kamu ingkar, maka (ketahuilah), milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa’: 131)
Puluhan kali kita temukan di dalam Al-Qur’an pernyataan bahwa milik Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi. Ini menandakan bahwasanya manusia hanyalah diberikan amanah oleh Allah Ta’ala untuk mengelola karunia-karunia tersebut dan dirinya sama sekali tidak layak untuk membanggakan diri dan berlaku sombong atas apa yang dimilikinya. Karena apa yang kita miliki sekarang pastilah akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah Ta’ala di hari akhir nanti.
Ancaman bagi mereka yang hobi flexing dan sombong
Ketahuilah, wahai saudaraku sekalian, flexing dan pamer merupakan salah satu bentuk kesombongan yang dibenci oleh Allah Ta’ala. Pelakunya mendapatkan ancaman yang berat, baik di dalam Al-Qur’an maupun hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman,
إنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia (Allah Ta’ala) tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Orang yang sombong mewarisi sifat buruk iblis, yang juga merupakan dosa pertama di alam semesta ini. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam!’, maka sujudlah mereka, kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur (sombong), dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.“ (QS. Al-Baqarah: 34)
Berikut ini adalah beberapa ancaman bagi orang-orang yang berlaku sombong di muka bumi ini.
Orang yang sombong merupakan salah satu penghuni neraka
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong. Ia berfirman,
قِیلَ ٱدۡخُلُوۤا۟ أَبۡوَابَ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِینَ فِیهَاۖ فَبِئۡسَ مَثۡوَى ٱلۡمُتَكَبِّرِینَ
“Dikatakan (kepada mereka), ‘Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam itu, sedang kamu kekal di dalamnya!’ Maka, neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar: 72)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,
ألَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka?” Para sahabat kemudian menjawab, “Iya.” Beliau kemudian bersabda, “Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan berlaku sombong dan jemawa.“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853)
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ
“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta, dan orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk surga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan.” (HR. Ahmad no. 7010 dan Al-Hakim no. 3844)
Kesombongan sekecil apa pun akan menghalangi pelakunya dari masuk surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَن كانَ في قَلْبِهِ مِثْقالُ ذَرَّةٍ مِن كِبْرٍ قالَ رَجُلٌ: إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أنْ يَكونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا ونَعْلُهُ حَسَنَةً، قالَ: إنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمالَ، الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ، وغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
Baca juga: Jangan Menjadi Penuntut Ilmu yang Angkuh dan Sombong
Bangga dengan diri sendiri termasuk kesombongan
Ujub atau membanggakan diri sendiri dapat menjerumuskan seseorang pada perilaku yang tidak terpuji. Mereka yang cenderung berbangga diri dengan pencapaiannya dan hartanya serta apa-apa yang dimilikinya seringkali akan menganggap remeh orang lain dan merendahkan mereka serta menganggap dirinya sendiri yang paling sempurna. Padahal, Allah Ta’ala telah mengingatkan hamba-Nya untuk tidak bersikap sombong, angkuh, dan membanggakan diri sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman: 18)
Sebaliknya, Allah Ta’ala memuji hamba-hamba-Nya yang berjalan dengan rendah hati di bumi ini, tidak sombong, dan tidak pula merasa jemawa. Allah Ta’ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawaduk) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqan: 63)
Diriwayatkan dari ‘Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain.” (HR. Muslim no. 2865)
Islam adalah agama yang memuliakan manusia, menjunjung tinggi kehormatan mereka, dan menghargai hak-hak masing individu mereka. Segala macam perilaku yang dapat merusak atau melukai harga diri orang lain pastilah dilarang oleh agama ini. Tidak terkecuali perilaku berbangga diri kepada orang lain, berlaku semena-mena kepada mereka hingga berujung aniaya karena merasa jemawa dan paling baik di antara manusia lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّه
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawaduk (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Bagaimana jika yang ditampakkan dan kita pamerkan adalah amal kebaikan?
Pada kasus seperti ini maka perlu kita perinci,
Jika hal tersebut kita lakukan karena ingin berbangga diri dan ingin dipuji, tentu ini merupakan bentuk riya’ yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana hal inilah yang paling dikhawatirkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam terjadi kepada umatnya,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ . قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِىَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik kecil adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka, ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu, lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ “ (HR. Ahmad, 5: 429. Syekh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih)
Adapun apabila hal tersebut dilakukan sebagai bentuk motivasi dan menyemangati orag lain agar mereka ikut serta melakukan amal kebaikan tersebut tanpa adanya niatan untuk pamer dan riya’, maka hukumnya diperbolehkan. Dengan catatan, orang tersebut harus yakin bahwa amal yang disembunyikan tentu lebih dekat dengan keikhlasan kepada Allah Ta’ala dan lebih baik. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِن تُبْدُوا۟ ٱلصَّدَقَٰتِ فَنِعِمَّا هِىَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا ٱلْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّـَٔاتِكُمْ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Jika kamu menampakkan sedekah, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 271)
Dalam Tafsir At-Thabari, Imam Abu Ja’far, Imam Qatadah, Imam Ar-Rabi’, dan ulama lainnya menjelaskan bahwa sedekah yang dimaksud di dalam ayat tersebut adalah sedekah yang hukumnya sunah, bukan sedekah wajib atau zakat. Dapat kita ambil kesimpulan bahwa amal ibadah yang wajib, maka mutlak tidak perlu kita pamerkan dan kita tampakkan. Sehingga amalan tersebut lebih dekat dengan keikhlasan kepada Allah Ta’ala. Wallahu A’lam bisshawab.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga diri kita dari berlaku jemawa, angkuh, dan hobi memamerkan apa pun yang kita miliki. Menjauhkan diri kita dari kebiasaan flexing yang dapat merusak keikhlasan kita di dalam beramal dan perilaku merendahkan dan meremehkan orang lain.
Baca juga: Sombong Kepada Orang Sombong Adalah Sedekah?
***
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply