Makna Rububiyyah: Apakah Cakupannya Hanya Perbuatan yang Khusus Bagi Allah Saja?
Makna Rububiyyah: Apakah Cakupannya Hanya Perbuatan yang Khusus Bagi Allah Saja?
Pembagian Tauhid
Para ulama membagi Tauhid menjadi tiga bagian: Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ wa Sifat. Tauhid Rububiyyah maknanya kita mengesakan Allah dalam perbuatan Allah, seperti menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, mengatur alam semesta. Tauhid ini merupakan fitrah manusia, bahkan orang kafir Quraisy pun mengakui dan meyakini Tauhid ini. Allah berfirman,
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (61)} [العنكبوت: 61]
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (kafir Quraisy): ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan mengatur matahari dan bulan?’ Mereka akan menjawab: ‘Allah,’ maka betapakah mereka dipalingkan (dari jalan yang benar).” (QS. Al-Ankabut (29): 61)
Tauhid Uluhiyyah maknanya kita mengesakan Allah dalam perbuatan hamba-Nya. Yakni kita hanya menujukan segala peribadatan kita kepada Allah, seperti menyembelih, meminta pertolongan atau perlindungan, bertawakkal, dan ibadah lainnya. Inilah kewajiban pertama seorang muslim, inilah yang membedakan antara seorang muslim dari seorang kafir, dan ini jugalah misi utama diutusnya Nabi dan Rasul. Allah berfirman,
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل: 36]
“Dan sungguh telah kami utus kepada tiap umat seorang Rasul agar (menyeru) beribadahlah kalian kepada Allah (saja) dan jauhilah sesembahan (selain Allah).” (QS. An-Nahl (27): 36)
Tauhid Asma’ wa Sifat maknanya kita menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran dan Nabi-Nya dalam hadis yang sahih, tanpa menyelewengkan maknanya dan tanpa bertanya bagaimana kaifiyyahnya. Allah berfirman,
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)} [الشورى: 11]
“Tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan Ia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuraa (42): 11)
Lalu pertanyaannya, apakah Tauhid Rububiyyah hanya mencakup perbuatan yang khusus bagi Allah saja atau lebih luas dari itu?
Cakupan Tauhid Rububiyyah
Perbuatan, sifat, dan nama itu terbagi dua. Ada yang merupakan kekhususan Allah saja, ada juga yang boleh dinisbatkan kepada selain Allah. Contohnya, nama Allah الخالق Sang Pencipta, yang diambil dari nama tersebut sifat dan perbuatan الخلق yakni menciptakan, maka ini khusus bagi Allah saja, dan pengkhususan nama dan perbuatan ini bagi Allah termasuk dari Tauhid Rububiyyah. Adapun nama الرحيم Yang Maha Penyayang, diambil dari nama ini sifat الرحمة yakni kasih sayang, maka ini boleh dinisbatkan juga kepada selain Allah. Allah berfirman memuji Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam,
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (128)} [التوبة: 128]
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah (9): 128)
Tauhid Rububiyyah hanya mencakup nama dan perbuatan yang khusus bagi Allah saja, seperti الخلق menciptakan, الرزق memberi rezeki, التدبير mengatur alam semesta, الإحياء menghidupkan, الإماتة mematikan, الإغاثة menurunkan hujan. Adapun nama dan perbuatan yang dinisbatkan kepada Allah, namun juga boleh dinisbatkan kepada selain Allah maka ini termasuk dalam bahasan Tauhid Asma’ wa Sifat, seperti الرحمة kasih sayang, المحبة cinta, البغض benci, dan sebagainya.
Faidah tambahan:
Dalam bahasan Asma’ wa sifat, setiap nama Allah itu mengandung sifat atau perbuatan. Contohnya: Nama Allah الغفور Yang Maha Pengampun, mengandung makna sifat dan perbuatan الغفران mengampuni dosa. Adapun sifat, maka tidak setiap sifat atau perbuatan Allah itu merupakan nama dari Allah. Contohnya, sifat الكلام berbicara, Allah berfirman,
{وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا (164)} [النساء: 164]
“Dan Allah benar-benar berbicara kepada Musa.” (QS. An-Nisaa (4): 164)
Berbicara adalah sifat Allah sebagaimana dalam ayat ini, namun bukan berarti bahwa nama Allah المتكلم, yakni Yang Berbicara. Maka penetapan nama bagi Allah itu lebih sempit daripada penetapan sifat.
Kesimpulan
Tauhid Rububiyyah hanya mencakup nama dan perbuatan yang khusus bagi Allah saja. Adapun nama dan perbuatan yang dinisbatkan kepada Allah namun juga boleh dinisbatkan kepada selain Allah, maka ini termasuk dalam bahasan Tauhid Asma’ wa Sifat. Allahu a’lam.
Ditulis oleh: Fathan Amin Inamullah, B.A.
Daftar Pustaka
Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim. Badai’ul Fawaid. Beirut: Darul Kitabil Arabi.
Asy-Syaukani, Muhammad bin Ismail. (1424 H). Tathirul I’tiqad. Riyadh: Safir.
Al-Khudair, Abdul Karim bin Abdullah (18 Rabiul Awwal 1436 H), ما الفرق بين أنواع التوحيد الثلاثة: الربوبية، والألوهية، والأسماء والصفات؟. Diambil pada tanggal 23 September 2024 dari web
Leave a Reply