Sedekah dari Jualan Miras, Emang Boleh?
Sedekah dari Jualan Miras, Emang Boleh?
Alhamdulillah, washshalaatu wassalaamu ‘alaa rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa–ash–haabihi ajma’iin
Di antara misi mulia dari syariat Islam adalah misinya dalam menjaga akal dari segala hal yang merusak dan menutupinya.
Miras atau minuman keras atau yang secara syar’i diberi nama khamr merupakan benda yang diharamkan oleh syariat secara total setelah melewati beberapa tahap pengharaman; sebab ia merupakan benda yang mencemari akal dan membuat orang yang mengonsumsinya layaknya binatang yang tidak lagi mampu menimbang antara perbuatan yang layak didatangi dan perbuatan yang tidak layak didatangi.
Dan khamr adalah segala sesuatu yang menutupi akal; tanpa melihat apakah ia dari anggur atau kurma atau beras atau selainnya.
Rabb subhanahu wata’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan dosa yang termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah (5): 90)
Dan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ
“Setiap yang memabukkan itu khamr dan setiap yang memabukkan itu haram.” (HR. Muslim, no. 2003)
Umar ibn Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berdiri di atas mimbar dan berkata,
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّهُ نَزَلَ تَحْرِيمُ الْخَمْرِ، وَهِيَ مِنْ خَمْسَةٍ ؛ مِنَ الْعِنَبِ، وَالتَّمْرِ، وَالْعَسَلِ، وَالْحِنْطَةِ، وَالشَّعِيرِ، وَالْخَمْرُ : مَا خَامَرَ الْعَقْلَ
“Amma ba’du, wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah turun pengharaman khamr sedangkan di saat itu ia berasal dari 5 sumber: anggur, kurma, madu, gandum, dan jewawut. Dan khamr adalah segala yang menutupi akal.” (Muttafaq alaihi)
Jika ini telah tetap, maka bersedekah dari hasil penjualan khamr tidaklah mendapatkan penerimaan di sisi Rabb subhanahu wata’ala; disebabkan harta yang diperoleh dari transaksi tersebut tidaklah baik melainkan buruk, sedang kedekatan di sisi Allah subhanahu wata’ala tidaklah diraih dengan sesuatu yang Dia murkai, dan niat yang baik tidaklah melegalkan perbuatan maksiat dalam mencapainya.
Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا
“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala itu Maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim, no. 1015)
Dan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةً بِغَيْرِ طُهُورٍ، وَلَا صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ
“Tidak Allah terima sholat tanpa bersuci begitu juga tidak diterima sedekah dari hasil khianat.” (HR. Muslim, no. 224)
Dan dinukil atsar dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya kotoran tidak bisa dihilangkan dengan kotoran, akan tetapi yang menghilangkan kotoran adalah kebaikan.” (Jaami’ Al-Uluum Wa Al-Hikam: 1/264)
Wasiat kepada sekalian kawan-kawan untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala dan berusaha melawan hawa nafsunya dan godaan syaitan yang selalu saja mengajak kepada pelanggaran dan maksiat. Wabillahit taufik.
Ditulis oleh: Ustadz Habibirrahman, Lc.
Leave a Reply