Apa Dosa Paling Besar?

2 hours yang lalu
Apa Dosa Paling Besar?

Apa Dosa Paling Besar?

Di antara hikmah syariat adalah menjadikan dosa bertingkat-tingkat, dari yang paling besar sampai yang terkecil, ada dosa syirik, bid’ah, dan juga dosa-dosa kecil. Namun walaupun dosa yang dilakukan tergolong dosa kecil, hendaknya seorang muslim tidak bermain-main dengannya; karena kecil di mata manusia bisa jadi bernilai besar di sisi Allah ‘azza wajalla sehingga dosa tersebut menjadi salah satu sebab kehancuran dia pada hari kiamat. Wal’iyadzu billah… Apalagi jika yang dilakukan adalah dosa besar, tentu bahaya yang ditimbulkan lebih besar.

Banyak kaum muslimin beranggapan bahwa dosa paling besar adalah dosa berucap atas nama Allah ‘azza wajalla tanpa dasar ilmu, bahkan menurut mereka itu lebih besar dibanding dosa syirik secara mutlak, ini merupakan bentuk kesalahpahaman terhadap firman Allah ‘azza wajalla berikut:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah ‘azza wajalla dengan sesuatu sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah ‘azza wajalla apa yang tidak kamu ketahui.’” (QS. Al-A’raf [7]: 33)

Di dalam ayat ini Allah ‘azza wajalla menyebutkan beberapa jenis dosa, seperti dosa berzina, zhalim, syirik, dan berucap atas nama Allah ‘azza wajalla tanpa dasar ilmu.

Berkata ibnu qoyyim:

وأما القول على الله بلا علم فهو أشد هذه المحرمات تحريما، وأعظمها إثما، ولهذا ذكر في المرتبة الرابعة من المحرمات التي اتفقت عليها الشرائع والأديان.

Artinya: “Adapun berucap atas Allah ‘azza wajalla tanpa dasar ilmu, maka itu adalah yang terberat di antara keharaman-keharaman dan paling besar dosanya; oleh karena itu, Allah ‘azza wajalla menyebutkannya pada urutan keempat dari empat jenis keharaman yang seluruh agama sepakat atas keharamannya.” [1]

Memang di dalam ayat ini Allah ‘azza wajalla menyebutkan beberapa jenis dosa secara berurutan, dari yang ringan sampai yang terberat, dan yang terberat adalah yang berada pada urutan yang terakhir yaitu berucap atas nama Allah ‘azza wajalla tanpa dasar ilmu.

Namun apakah setiap ucapan tanpa dasar ilmu itu satu jenis sehingga semua memiliki hukum yang sama, yaitu lebih besar dari dosa syirik?

Berkata tentang Allah tanpa Ilmu itu tidak Satu Jenis

Perlu pembaca ketahui bahwa pada ayat di atas, Allah ‘azza wajalla menyebutkan macam-macam dosa, dimulai dari yang paling ringan sampai yang terberat.



Dan perlu pembaca ketahui bahwa setiap satu jenis dosa yang disebut memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagai contoh dosa berzina, berzina dengan orang tidak dikenal lebih ringan derajat keharamannya dibanding berzina dengan orang yang dikenal, apalagi dengan tetangga, terlebih tetangga yang sedang ditinggal oleh suaminya berjihad, padahal sama-sama berzina, namun memiliki tingkat keharaman yang berbeda.

Maka begitu juga dengan dosa berucap atas nama Allah ‘azza wajalla tanpa dasar ilmu, tidaklah semuanya berada pada satu derajat, ada yang lebih besar dari dosa syirik ada pula yang jauh lebih ringan dibanding dosa syirik, tergantung jenis dosa tersebut.

Dosa Terbesar adalah Dosa Syirik

Dibawah ini akan kita sebutkan ayat dan juga hadits yang menunjukan bahwa dosa terbesar adalah dosa syirik. Diantaranya:

Allah ‘azza wajalla berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)

Allah ‘azza wajalla berfirman:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

Artinya: “Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj [22]: 31)

Allah ‘azza wajalla berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Artinya: “Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.” (QS. Al-Maidah [5]: 72)

Di dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عن عبد الله بن مسعود قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أَيُّ الذَّنْبُ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ. بخاري ومسلم

Artinya: dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apa itu dosa yang paling besar?” Beliau menjawab, “Engkau jadikan sekutu untuk Allah padahal Dia yang menciptakanmu.” (HR. Bukhari, no. 4477 dan Muslim, no. 86)

Ayat-ayat dan hadits di atas secara jelas menunjukan bahwa dosa paling besar adalah dosa syirik.

Berkata imam Ibnu Katsir tentang surat Al- A’raf ayat 33 di atas:

قوله: {وأن تشركوا بالله ما لم ينزل به سلطانا وأن تقولوا على الله ما لا تعلمون} أي: تجعلوا له شريكا في عبادته، وأن تقولوا عليه من الافتراء والكذب من دعوى أن له ولدا ونحو ذلك، مما لا علم لكم به، كما قال تعالى: {فاجتنبوا الرجس من الأوثان واجتنبوا قول الزور. حنفاء لله غير مشركين به} الآية [الحج: 30، 31] اهـ.

Artinya: “firman Allah: ‘dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah ‘azza wajalla dengan sesuatu sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah ‘azza wajalla apa yang tidak kamu ketahui” maknanya adalah: engkau jadikan untuk Allah ‘azza wajalla sekutu dalam beribadah kepada-Nya, dan engkau berucap atas Allah ‘azza wajalla berupa kebohongan dan dusta, seperti mengklaim bahwa Allah ‘azza wajalla punya anak, padahal klaim dan sangkaan tersebut tidak ada dasar ilmunya. Seperti firman Allah ‘azza wajalla yang artinya: ‘Maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta. (Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya.’ (QS. Al-Hajj [22]: 30-31).” [2]

Kesimpulan

Ibnu katsir mencontohkan dosa berucap atas nama Allah ‘azza wajalla tanpa dasar Ilmu dengan anggapan bahwa Allah ‘azza wajalla punya anak. Seperti ucapan kaum Nasrani.

Maka dengan ini bisa kita simpulkan, bahwa dosa terbesar tetaplah dosa syirik. Kecuali dosa berucap atas nama Allah ‘azza wajalla tanpa dasar ilmu yang isi ucapan tersebut adalah kesyirikan, seperti menetapkan bahwa Allah ‘azza wajalla mempunyai anak, mengaku nabi, dan sejenisnya.

Adapun sekedar berbicara tanpa dasar ilmu yang kaitannya adalah hukum fiqih, bahasa arab, dan sejenisnya yang tidak ada kaitannya dengan kesyirikan maka dosa tersebut lebih ringan dibanding dosa syirik, dan dosa syirik lebih besar dari pada dosa tersebut; berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak dalam masalah ini.

Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh: Ustadz Abu Hanifah, Lc.

Referensi:

[1] Ibnul Qoyyim. 1416 H. Madarijus salikin. Beirut: Dar kutub Arobi.
[2] Ibnu Ktasir. 1420 H. Tafsir Al-Quranul Adzim. Dar Taibah linnasyr wa Attauzi’

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *