Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 215 – Doa Pergi Ke Masjid

Banyak orang mengeluhkan sulitnya khusyu’ dalam shalat. Padahal jika tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dipraktekkan dengan baik, insyaAllah khusyu’ tersebut akan diraih. Tuntunan itu mencakup hal-hal yang harus dikerjakan sebelum shalat, saat melaksanakannya, maupun sesudahnya. Salah satu amalan yang perlu dikerjakan sebelum shalat adalah: membaca doa ketika berjalan menuju ke masjid. Di antara redaksi doa tersebut adalah:

«‌اللهُمَّ ‌اجْعَلْ ‌فِي ‌قَلْبِي ‌نُورًا، وَفِي لِسَانِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا، وَمِنْ أَمَامِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا، اللهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا»

“Allôhummaj’al fî qolbî nûrô, wa fî lisânî nûrô, waj’al fî sam’î nûrô, waj’al fî bashorî nûrô, waj’al min kholfî nûrô, wa min amâmî nûrô, waj’al min fauqî nûrô, wa min tahtî nûrô. Allôhumma a’thinî nûrô”.

Dalil Landasan

Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma menuturkan,

أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ وَهُوَ يَقُولُ: «‌اللهُمَّ ‌اجْعَلْ ‌فِي ‌قَلْبِي ‌نُورًا، وَفِي لِسَانِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا، وَمِنْ أَمَامِي نُورًا، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا، اللهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا»

“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat shalat sambil membaca, “Ya Allah jadikanlah di hatiku cahaya dan di lisanku cahaya. Jadikanlah di pendengaranku cahaya. Jadikanlah di penglihatanku cahaya. Jadikanlah di belakangku cahaya dan di depanku cahaya. Jadikanlah di atasku cahaya dan di bawahku cahaya. Ya Allah karuniakanlah padaku cahaya”. HR. Muslim (no. 763).

Renungan Kandungan

Hadits di atas mengajarkan kita untuk meminta kepada Allah cahaya buat seluruh anggota tubuh kita dan sekeliling kita. Sebab kita membutuhkan cahaya di dunia, di alam barzakh, maupun di akhirat. Baik cahaya yang sifatnya maknawi, maupun yang nyata.

Di dunia kita memerlukan cahaya maknawi. Yakni bimbingan dari Allah berupa petunjuk guna mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Agar kita selalu tertuntun untuk mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Lisan, pendengaran dan penglihatan kita terbimbing untuk digunakan hanya buat kebaikan dan terhindarkan dari segala bentuk keburukan. Lalu cahaya di hati berupa kelapangan dan ketentraman, sehingga hidup terasa nyaman dan bahagia.

Selain itu kita juga membutuhkan cahaya nyata, agar bisa melihat sekeliling kita dengan baik. Sehingga tidak kebingungan untuk melangkahkan kaki.

Di alam barzakh, kitapun memerlukan cahaya. Supaya kuburan terasa terang dan tidak gelap gulita, terasa lapang dan tidak sempit, serta terasa nyaman dan tidak sumpek.

Begitupula kita memohon kepada Allah agar di akhirat kelak kita dikaruniai cahaya. Sehingga anggota tubuh kita bersinar, sebagai efek dari basuhan air wudhu saat di dunia. Sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sungguh ummatku akan dipanggil di hari kiamat dalam keadaan anggota tubuhnya putih bersinar; sebagai efek dari wudhu yang dikerjakannya dahulu”. HR. Bukhari (no. 136) dan Muslim (no. 246) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Kita juga sangat membutuhkan cahaya untuk menerangi jalan di akhirat. Sehingga mengantarkan kita menuju surga Allah, di tengah kegelapan hari kiamat kelak. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari engkau akan melihat kaum mukminin laki-laki dan perempuan, betapa cahaya bersinar di depan dan di samping kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), “Pada hari ini ada berita gembira untuk kalian. (Yaitu) surga-surga…”. QS. Al-Hadid (57): 12.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 18 Dzulqa’dah 1445 / 27 Mei 2024

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading