Sebagian kalangan membaca doa khusus di setiap anggota wudhu. Contohnya: ketika berkumur-kumur membaca: “Allôhummasqinî min haudhi nabiyyika ka’san lâ azhma’u ba’dahu abadan”. Saat memasukkan air ke hidung membaca: “Allôhumma lâ tahrimnî rô’ihata na’îmika wa jannâtika”. Ketika membasuh muka membaca: “Allôhumma bayyidh wajhî yauma tabyaddhu wujûh wa taswaddu wujûh”. Saat membasuh kedua tangan membaca: “Allôhumma a’thinî kitâbî biyamînî. Allôhumma lâ tu’thinî kitâbî bisyimâlî”. Ketika mengusap kepala membaca: “Allôhumma harrim sya’rî wa basyarî ‘alan nâr”. Saat mengusap telinga membaca: “Allôhummaj’alnî minalladzîna yastami’ûnal qoula fayattabi’ûna ahsanah”. Ketika membasuh kedua kaki membaca: “Allôhumma tsabbit qodamî ‘alash shirôth”.
Amalan di atas tidak ada landasannya dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana telah ditegaskan oleh para ulama besar pakar hadits. Semisal: Imam Ibn ash-Shalâh (w. 643 H), Imam an-Nawawiy (w. 676 H), Imam Ibn al-Qayyim (w. 751 H) dan al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqlâniy (w. 852 H) rahimahumullah.
Saat mengomentari doa di atas, al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalâniy rahimahullah berkata, “Dalam kitab ar-Raudhah, an-Nawawiy berkata, “Doa ini tidak ada asalnya, dan tidak disebutkan oleh asy-Syafi’iy maupun mayoritas ulama. Dalam Syarah al-Muhadzdzab, beliau juga berkata, “Para ulama terdahulu tidak menyebutkannya”. Ibn ash-Shalah berkata, “Tidak ada satupun hadits sahih tentang hal ini”1.
Imam Ibn al-Qayyim menjelaskan, “Tidak ada riwayat sahih dari Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau mengucapkan bacaan khusus saat berwudhu, kecuali basmalah. Semua hadits yang memuat bacaan dzikir khusus ketika melaksanakan wudhu adalah dusta dan palsu. Bacaan-bacaan itu tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, juga tidak pernah diajarkan kepada ummatnya. Riwayat yang sahih hanyalah bacaan basmalah sebelum berwudhu”2.
Dampak Buruk
Selain amalan di atas tidak ada landasan kuatnya, juga memiliki dampak buruk. Yaitu mengakibatkan penggunaan air yang berlebihan. Sebab konsekuensinya—bila berwudhu menggunakan kran air—ketika membaca doa tersebut, biasanya kran air akan dibiarkan terbuka. Sehingga terbuanglah air secara sia-sia. Padahal Allah ta’ala melarang kita untuk berperilaku boros dalam segala hal,
“وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ”
Artinya: “Jangan berperilaku boros. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berperilaku boros”. QS. Al-An’am (6): 141.
Bahkan secara khusus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mewanti-wanti ummatnya dari perilaku boros dalam penggunaan air saat berwudhu. Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma menuturkan,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِسَعْدٍ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ، فَقَالَ: “مَا هَذَا السَّرَفُ يَا سَعْدُ؟” قَالَ: أَفِي الْوُضُوءِ سَرَفٌ؟ قَالَ: “نَعَمْ، وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهْرٍ جَارٍ”
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah lewat di samping Sa’ad saat ia berwudhu. Beliau bersabda, “Mengapa engkau boros wahai Sa’ad?”. Dia bertanya,u “Apakah ada pemborosan dalam berwudhu?”. Beliau menjawab, “Ya. Sekalipun engkau berwudhu di sungai yang mengalir”. HR. Ahmad (no. 7065) dan isnadnya dinilai sahih oleh Ahmad Syakir.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 16 Sya’ban 1445 / 26 Februari 2024