“سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ”
“Subhânakallôhumma wa bihamdika, asyhadu allâ ilâha illâ Anta, astaghfiruka wa atûbu ilaik”.
Dalil Landasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“مَنْ تَوَضَّأَ فَقَالَ: “سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ”؛ كُتِبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ”
“Barang siapa yang berwudhu, lalu membaca “Subhânakallôhumma wa bihamdika, asyhadu allâ ilâha illâ Anta, astaghfiruka wa atûbu ilaik (Maha suci Engkau ya Allah dan segala puji hanya untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu)”; niscaya itu akan ditulis di selembar kertas lalu distempel, dan tidak akan dihapus hingga hari kiamat”. HR. Nasa’iy dalam as-Sunan al-Kubrâ dari Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, dan dinilai sahih oleh al-Hakim serta al-Albaniy. Isnad hadits ini juga dinilai sahih oleh Ibn al-Mulaqqin.
Renungan Kandungan
Doa ini diawali dengan penggabungan antara dua dzikir istimewa. Yaitu tasbih dan tahmid. Sebagaimana yang telah kita pelajari pada Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 45, bahwa kalimat tasbih bermakna: menjauhkan kekurangan-kekurangan dari dzat Allah, serta mensucikan-Nya dari sifat-sifat buruk dan yang tidak layak. Adapun tahmid, sudah dibahas pula di Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 58. Maknanya adalah: memuji Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya yang agung dan mengingat nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga.
Bertasbih adalah upaya membersihkan pikiran kita dari prasangka buruk terhadap Allah, baik tentang syariat yang diturunkan-Nya, maupun tentang takdir yang ditetapkan-Nya.
Jika terlintas di benak kita kritikan terhadap syariat Allah, maka bertasbihlah. Sebab syariat Allah itu maha sempurna dan maha bijaksana. Tidak ada dan tidak akan mungkin syariat-Nya bertujuan sekedar untuk menyusahkan manusia. Justru syariat itu diturunkan guna mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup mereka. Shalat fardhu yang dikerjakan lima kali dalam sehari, zakat yang wajib ditunaikan oleh orang kaya dan puasa Ramadhan yang harus dijalankan selama sebulan penuh. Semuanya disyariatkan Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Ini pembahasan mengenai syariat-Nya.
Begitu pula terkait takdir Allah. Barangkali ada di antara kita yang menghadapi kesulitan ekonomi, ujian kesehatan, prahara rumah tangga dan yang semisal. Seberat dan sesulit apapun takdir yang ditetapkan-Nya, jangan sampai terlintas di benak kita prasangka buruk kepada Allah. Manakala itu muncul, bertasbihlah! Yakinilah bahwa Allah Maha Suci dari hal-hal buruk yang kita prasangkakan tentang-Nya. Justru ujian hidup itu berfungsi untuk membersihkan dosa, mengangkat derajat, serta membuat kita semakin tangguh.
Jika kita sukses menepis semua asumsi buruk tentang Allah, maka bersyukurlah dan bertahmidlah. Sebab kemampuan dan keberhasilan itu semata-mata berkat taufiq dan bantuan dari-Nya. Inilah salah satu rahasia mengapa tasbih digandengkan dengan tahmid. Wallahu a’lam bish shawab.
Setelah itu, kita mengucapkan syahadat; sebagai bentuk pembaharuan ikrar kita bahwa satu-satunya yang berhak disembah hanyalah Allah. Sehingga ibadah yang kita kerjakan pun harus semuanya ditujukan dan diikhlaskan untuk Allah saja.
Lalu doa ini ditutup dengan istighfar; permohonan ampun kepada Allah dan pernyataan taubat kepada-Nya. Sebab dosa-dosa kita amatlah banyak.
Pahala doa di atas akan ditulis dalam kitab catatan amalan kita, dan tidak akan dihapus hingga kiamat.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 28 Ramadhan 1445 / 8 April 2024