Khutbah Jum’at di Masjid Agung Darussalam Purbalingga, 21 Ramadhan 1446 / 21 Maret 2025
KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ ا حلمَْحدَ لِله نَحَمَدُهُ وَنَسحتَعِيح•نُهُ وَنَسحتَ•غحفِرُهُ وَنَ•عُحوذُ بِلِِله مِنح شُرُحورِ أَنح•فُسِنَا وَسَيِِّئَاتِ أَعحمَالِنَا مَنح يَ• حهدِهِ اُلله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنح يُضحلِلح فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشحهَدُ أَنح لَا إِلَهَ إِلَّا اُلله وَححدَهُ لَا شَرِيحكَ لَهُ وَأَشحهَدُ أَنَّ مُمََُّداً عَبحدُهُ وَرَسُ حولُهُ.
الَِّلّ، وَخَ حيَ ا حلدَُْى هُدَى مُمََُّ „د صَلَّى الَّلُّ عَلَيحهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ احلمُُْورِ مُحُدَثَتَُاَُ، وَكُ ل
أَمَّا بَ• حعدُ، فَإِنَّ خَ حيَ ا حلدَِْيثِكِتَابُ بِ حدعَ„ة ضَلَالَة .
اللَّهُمَّ صَلِِّ عَلىَ مُمََُّ „د وَعَلىَ آلِ مُمََُّ „د كَماَ صَلَّيحتَ عَلىَ إِبح•رَاهِيحمَ وَعَلىَ آلِ إِبح•رَاهِيحمَ إِن•كََّ حَِيَح د مَِيَح د، اَللَّهُمَّ برَِِ حك
عَلىَ مُمََُّ „د وَعَلىَ آلِ مُمََُّ „د كَماَ برََِكحتَ عَلىَ إِبح•رَاهِيحمَ وَعَلىَ آلِ إِبح•رَاهِيحمَ إِن•كََّ حَِيَح د مَِيَح د.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala secara serius. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
Bulan Ramadhan selalu menyuguhkan banyak fenomena unik dan menarik. Salah satunya terkait dengan para perokok. Tidak sedikit dari mereka yang merasa sulit, bahkan menganggap mustahil untuk meninggalkan kebiasaan merokok. “Saya sudah kecanduan. Kalau tidak merokok, saya tidak bisa berpikir dan sulit berkonsentrasi. Jadi, mustahil bagi saya berhenti merokok,” begitu alasan yang sering mereka utarakan.
Namun, yang menarik adalah banyak perokok yang ternyata mampu menahan diri dari rokok selama menjalankan puasa di siang hari, meskipun mungkin baru di waktu itu saja. Durasi menahan diri yang cukup lama, sekitar 12 jam, ini membuktikan bahwa mereka sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan kebiasaan tersebut.
Fenomena ini mengajarkan sebuah pelajaran penting: bahwa kebiasaan buruk bisa diubah, dengan izin Allah dan kesungguhan hati. Jika seorang pecandu rokok mampu menahan lapar, haus, dan rokok saat berpuasa, itu berarti ia sebenarnya memiliki potensi besar untuk mengendalikan hawa nafsunya dalam aspek lain. Ramadhan pun menjadi momen yang sangat tepat untuk mengambil langkah lebih jauh: menjadikan kebiasaan tidak merokok saat puasa sebagai awal untuk berhenti secara permanen. Demi perubahan menuju hidup yang lebih sehat dan berkah.
Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…
Fokus khutbah kita kali ini bukanlah tentang rokok, yang keharamannya sudah sangat jelas. Namun, ada satu hal lain yang perlu kita soroti—sesuatu yang hukum asalnya mubah, tetapi sering kali menyita begitu banyak waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan, tidak jarang justru menjerumuskan kita ke dalam kubangan dosa dan maksiat. Hal itu adalah HP, gadget, ponsel, atau gawai yang begitu akrab dalam keseharian kita.
Jika para pecandu rokok mampu meninggalkan kebiasaan buruk mereka di bulan Ramadhan, mengapa kita tidak memanfaatkan bulan mulia ini untuk mulai mengatasi kecanduan gadget? Bukankah sering kali HP menjadi sarana bagi kita untuk berbuat dosa? Mata berzina karena menonton hal-hal haram di layar HP. Telinga berzina karena mendengar sesuatu yang terlarang dari HP. Lisan berzina karena mengucapkan kata-kata yang tidak pantas melalui HP. Bahkan tangan pun ikut berzina karena digunakan untuk menggulir situs atau aplikasi yang melanggar norma agama.
Ironisnya, semua itu kadang terjadi saat seseorang masih dalam keadaan berpuasa di bulan Ramadhan. Lalu, apa makna puasa itu jika hawa nafsu tetap dibiarkan menguasai diri? Bukankah puasa seharusnya menjadi momen untuk melatih pengendalian diri dan membersihkan hati?
Jabir bin Abdullah radhiyallahu ’anhuma menyampaikan petuahnya,
“إِذَا صُمحتَ فَ•لحيَصُمح سَحعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ احلكَذِبِ وَالحمَحَ ارِمِ وَدعَح أَذَى ا حلاَرِ، وَحليَكُنح عَ حلَيكَ وَقَا ر وَسَكِيح•نَة
يَ•حومَ صَ حومِكَ ، وَلَا تَحعَلح يَ•حومَ صَ حومِكَ وَيَ•حومَ فِطحرِكَ سَوَاء.
“Jika engkau berpuasa, maka hendaklah pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu juga berpuasa dari kebohongan dan hal-hal yang diharamkan. Janganlah menyakiti tetangga. Dan hendaklah ada ketenangan serta keteduhan dalam dirimu pada hari puasamu. Janganlah engkau menjadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja. (Alias tidak ada perbedaan dalam sikap dan perbuatan).”1
Sidang Jum’at rahimakumullah…
Jika di awal Ramadhan kita belum juga memperbaiki diri terkait kecanduan gadget, maka sepuluh hari terakhir ini adalah waktu yang sangat tepat untuk memulai langkah perubahan. Inilah kesempatan emas untuk merealisasikan proyek kebaikan yang akan mendekatkan kita kepada Allah.
Kita semua tentu berharap meraih Lailatul Qadar, malam yang penuh berkah. Bagaimana tidak, ibadah pada malam itu setara dengan ibadah selama seribu bulan. Alias 83 tahun plus empat bulan. Namun, harapan saja tidak cukup. Untuk mendapatkan kemuliaan malam tersebut, kita harus bersungguh-sungguh dan berusaha sekuat tenaga.
Perlu kita pahami bahwa semangat untuk beribadah di malam-malam Lailatul Qadar tidak datang begitu saja, bukan pula sesuatu yang bisa diraih secara instan. Semangat itu sangat bergantung pada taufik dari Allah, yang diberikan kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menjauhi dosa dan maksiat, terutama sejak pagi dan siang harinya.
Imam Sufyan ats-Tsauriy rahimahullah menjelaskan salah satu dampak buruk dosa,
“حُرِحمتُ قِيَامَ اللَّيحلِ خَحسَةَ أَشحهُ „ر بِذَنح „ب أَذحنَ•بح•تُهُ”
Seorang lelaki berkata kepada Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah, “Wahai Abu Sa’id! Saat tidur aku dalam keadaan sehat, aku pengin sekali untuk shalat malam, bahkan aku sudah menyiapkan air untuk bersuci. Tetapi, mengapa aku tidak bisa bangun untuk shalat malam?”.
Maka Hasan Al-Bashri menjawab,
“Dosa-dosamu telah membelenggumu.”
قَ•يَّدَتحكَ “
“ذُنُ•حوبُكَ
Dampak buruk dosa dan maksiat pada manusia telah dijelaskan secara gamblang dalam firman Allah berikut ini,
“أَلَحَ نَشحرَحح لَكَ صَ حدرَكَ (1) وَوَضَعحنَا عَنحكَ وِحزرَكَ (\) الَّذِي أَنح•قَضَ ظَ حهرَكَ “(3)
Artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan dadamu lapang?. Dan Kami telah menurunkan beban (dosa) darimu. Yang telah memberatkan punggungmu”. QS. Asy-Syarh (94): 1-3.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa dosa bukan hanya beban moral, tetapi juga beban spiritual yang memberatkan jiwa dan raga. Dosa membuat seseorang merasa berat dan malas untuk beribadah, seolah-olah ia terbelenggu oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Dampak dosa tidak hanya dirasakan secara batin, tetapi juga secara lahir. Dosa bisa membuat hati menjadi keras dan tertutup, sulit menerima kebenaran, dan jauh dari kebaikan. Bahkan ketenangan jiwa pun sirna, digantikan oleh kegelisahan dan keresahan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa bertaubat, membersihkan diri dari dosa, dan memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk melangkah di atas ketaatan.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
ا حلمَْحدُ لِله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بعد؛
Sidang Jum’at yang kami hormati…
Bagi siapa saja yang ingin meraih keutamaan malam Lailatul Qadar, persiapan sejak pagi hari adalah langkah yang sangat penting. Salah satu caranya adalah dengan bertekad kuat untuk menjauhi dosa dan maksiat sepanjang hari. Mengingat ponsel sering kali menjadi celah yang membuka berbagai godaan, ada baiknya kita mengambil langkah berani: menonaktifkan HP untuk sementara waktu.
Setidaknya, cobalah untuk mematikan ponsel selama 24 jam, mulai pagi hingga pagi berikutnya, terutama di malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Langkah ini adalah bentuk ikhtiar untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan lebih fokus memaksimalkan ibadah di momen yang penuh berkah ini.
Dengan melaksanakan langkah ini, insya Allah kita akan merasakan banyak efek positif. Jiwa menjadi lebih lapang, tubuh terasa ringan untuk beribadah, hati lebih khusyuk dalam menjalankan ketaatan, dan waktu terasa lebih berkah karena diisi dengan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah.
Cobalah menerapkan langkah sederhana ini dan rasakan sendiri manfaatnya yang luar biasa. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk meraih malam penuh kemuliaan, sekaligus menjadikan momen ini sebagai awal dari kebiasaan meninggalkan kecanduan gadget secara bertahap dan berkelanjutan.
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحكَم الله– على الصادق المْين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: “إِنَّ الَّلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَل ونَ عَلَى النَّبِِِّي يََ أَي •هَا الَّذِينَ آمَنُوا صَل وا عَلَيحهِ وَسَلِِّمُوا تَسحلِيماً.”
اللهم صل على ممُد وعلى آل ممُد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حيَد ميَد، اللهم برِك على ممُد وعلى آل ممُد كما برِكت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حيَد ميَد.
اللِّهُمَّ نَجِِّ إِخحوَانَ•نَا الحمُ حؤمِنِ حيَن الحمُسحتَضحعَفِ حيَن فِِ فَ•لَسحطِ حيَن وفِ كل مكان اللهم انصر إخواننا المجاهدين فِ سبيلك على أعدائهم
اللِّهُمَّ اشحدُدح وَطحأَتَكَ عَلَى اليهود الغاصبين المجرمين وما شايعهم وأعانهم يََ عَزِيح•زُ يََ جَبَّارُ اللِّهُمَّ اجحعَلحهَا عَلَيحهِمح سِنِ حيَن كَسِنِِِّ يُ•حوسُفَ
وصلى الله على نبينا ممُد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وآخر دعوانا أن المْد لله رب العالمين.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 21 Ramadhan 1446 / 21 Maret 2025