Berbuka Puasa Bersama Menumbuhkan Empati

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, di mana berbagai amal ibadah mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Salah satu bentuk amal yang sangat dianjurkan di bulan suci ini adalah memberi makanan kepada orang yang berpuasa. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah ﷺ,

من فطَّر صائمًا كان له مثلُ أجره، غير أنه لا ينقصُ من أجر الصائمِ شيئًا

“Barangsiapa memberikan menu buka puasa kepada saudaranya, ia akan mendapatkan pahala puasa tanpa mengurangi puasa orang tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 807, dinilai hasan sahih)

Hadis ini sering dijadikan motivasi bagi kaum muslimin untuk berbagi makanan berbuka. Namun, ulama besar seperti Ibnu Rajab memberikan perspektif yang lebih luas. Menurutnya, bukan hanya sekadar memberikan menu berbuka, orang yang memberi menu buka juga dianjurkan untuk ikut berbuka bersama dengan menu yang sama. Sebab dengan perbuatan tersebut, akan memasukkan lebih banyak lagi kebahagiaan kepada kaum muslimin yang menikmati menu berbuka tersebut. Dan agar dia termasuk dalam golongan orang-orang yang menyedekahkan harta yang disukainya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an,

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Ayat ini menegaskan bahwa berbagi dari sesuatu yang kita cintai adalah bukti kesempurnaan iman dan bentuk tertinggi dari kebajikan. Dengan ikut berbuka bersama orang-orang yang kita beri makanan, kita tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga memberikan perhatian, kebersamaan, dan cinta kepada sesama muslim.

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah kalian beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

Ibnu Rajab menekankan pentingnya tidak hanya berbagi, tetapi juga merasakan langsung apa yang dirasakan oleh saudara seiman. Jika kita menyukai makanan yang enak dan lezat untuk diri kita, maka hendaknya kita juga memberikan makanan terbaik kepada saudara kita. Tidak cukup hanya memberi, tetapi kita dianjurkan untuk berbagi kebahagiaan dan merasakan langsung kebersamaan itu.

Berbuka bersama sebagai latihan empati dan solidaritas

Bulan Ramadan bukan hanya bulan ibadah personal, tetapi juga bulan tarbiyah sosial. Salah satu pelajaran penting dalam Ramadan adalah menumbuhkan empati, yaitu kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain.

Ketika seseorang berpuasa, ia merasakan langsung bagaimana rasanya menahan lapar dan dahaga. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga karena membantu kita memahami kesulitan yang dialami oleh saudara-saudara kita yang kurang mampu. Namun, empati ini tidak cukup hanya dirasakan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, salah satunya dengan berbuka bersama dan berbagi makanan dengan mereka yang membutuhkan.

Dengan berbuka bersama, kita turut merasakan perjuangan orang lain. Kita tidak hanya melihat mereka sebagai penerima bantuan, tetapi sebagai saudara yang kita hormati dan bahagiakan. Ini adalah bentuk nyata dari kasih sayang dan ukhuwah Islamiyah.

Dampak sosial berbuka puasa bersama

Berbuka puasa bersama memiliki dampak sosial yang besar, baik kepada individu maupun masyarakat luas. Beberapa manfaatnya di antaranya adalah:

Mempererat tali silaturahmi. Dengan berkumpul dan berbuka bersama, hubungan antar sesama muslim semakin erat. Di tengah kesibukan kehidupan modern, momen berbuka puasa bersama menjadi kesempatan untuk saling bertemu, berbagi cerita, dan memperkuat ukhuwah.

Meningkatkan kesadaran sosial. Ketika berbuka bersama dengan orang-orang yang kurang mampu, kita akan lebih sadar akan kondisi mereka. Ini bisa menjadi pemicu untuk lebih peduli terhadap nasib sesama, bukan hanya di bulan Ramadan, tetapi juga di luar Ramadan.

Baca juga: Sunnah-Sunnah Ketika Berbuka Puasa

Berbuka bersama dan kebahagiaan orang berpuasa

Rasulullah ﷺ bersabda,

لِلصّائِمِ فَرْحَتانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فيه أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِن رِيحِ المِسْكِ.

“Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (HR. Bukhari no. 7492 dan Muslim no. 1151)

Hadis ini menunjukkan bahwa berbuka puasa adalah salah satu momen paling membahagiakan bagi seorang muslim. Bayangkan, jika kita bisa menjadi sebab kebahagiaan bagi orang lain di saat berbuka, betapa besarnya pahala yang bisa kita dapatkan. Nabi ﷺ bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia.” (HR. Thabrani no. 6026, dinilai hasan lighairih oleh Al-Albani)

Suapan makanan yang kita berikan mungkin terlihat sederhana, tetapi bisa menjadi penopang kekuatan seseorang untuk menjalankan ibadah tarawih, membaca Al-Qur’an, atau memperbanyak doa di malam hari. Bahkan, bisa jadi menu berbuka yang kita berikan adalah satu-satunya makanan yang mereka miliki hari itu. Sehingga menu berbuka tersebut telah menghilangkan kegundahan seorang yang berpuasa tentang dengan apa ia berbuka di hari tersebut. Dengan niat ikhlas, semua ini bisa menjadi amal jariyah yang tak terputus.

Jadikan Ramadan sebagai bulan empati

Ramadan bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga bulan latihan empati dan solidaritas sosial. Salah satu bentuk nyata dari empati ini adalah berbuka puasa bersama dan berbagi makanan dengan saudara-saudara kita.

Dengan memahami konsep berbuka puasa bersama seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Rajab, kita tidak hanya sekadar memberi, tetapi juga benar-benar hadir dalam kebahagiaan orang lain. Ini adalah cara terbaik untuk menumbuhkan rasa kasih sayang, memperkuat persaudaraan, dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Maka, marilah kita manfaatkan bulan Ramadan ini dengan memperbanyak berbagi, bukan hanya dengan tangan, tetapi juga dengan hati. Tidak hanya sekadar berbagi, tetapi juga melandasi perbuatan tersebut karena Allah ﷻ dan meneladani Nabi ﷺ. Sebagaimana Imam Syafi’i rahimahullah berkata,

أحب للرجل الزيادة في الجود في شهر رمضان اقتداء برسول الله صلى الله عليه وسلم ولحاجة الناس فيه إلى مصالحهم ولتشاغل كثير منهم بالصوم والصلاة عن مكاسبهم

“Aku menyukai seseorang untuk meningkatkan kedermawanannya di bulan Ramadan, meneladani Rasulullah ﷺ serta karena kebutuhan banyak orang terhadap berbagai kepentingan mereka, sementara banyak dari mereka sibuk dengan puasa dan salat sehingga tidak sempat mencari penghidupan.” (Lathaiful Ma’arif, hal. 169; oleh Ibnu Rajab rahimahullah via maktabah syamilah)

Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang penuh kasih sayang. Aamiin.

Baca juga: Berbuka Puasa di Pesawat Terbang

***

Penulis: Glenshah Fauzi

Artikel Muslim.or.id

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading