Apakah Kita Sudah Menjadi Hamba yang Bersyukur?

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ چالَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أما بعد،

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخير الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وكل ضلالة في النار

اَللَّهُ اَكْبَر، اَللَّهُ اَكْبَر، اَللَّهُ اَكْبَر، لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ واللَّهُ اَكْبَر، اَللَّهُ اَكْبَر وَلِلَهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Jemaah salat Idulfitri yang semoga senantiasa dirahmati dan dilindungi oleh Allah Ta’ala.

Di hari raya Idulfitri yang berbahagia ini, yang pertama dan yang paling utama untuk senantiasa kita ingatkan adalah untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena ketakwaan merupakan sebab seorang hamba mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Ta’ala. Allah berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Sungguh, manusia yang paling mulia di muka bumi ini bukanlah mereka yang memiliki harta yang mewah, bukan juga mereka yang memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi. Akan tetapi, mereka yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Yaitu, mereka yang senantiasa menunaikan segala kewajiban yang telah diperintahkan dan menjauhi segala kemaksiatan yang dilarang.

Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi mulia, suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, dan para sahabatnya.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Di masa-masa sekarang, kehidupan sering kali dikaitkan dengan kesulitan dan kesempitan; baik itu kesulitan di dalam mencari rezeki, susahnya mencari pekerjaan, tingginya harga-harga di pasaran, kecurangan demi kecurangan, dan berbagai macam masalah ekonomi dan sosial lainnya yang sering diangkat dalam berbagai media.

Kesemuanya itu seringkali menjadi sebab putus asanya seorang muslim kepada Allah Ta’ala, dia merasa bahwa rahmat Allah dan rezeki-Nya kepadanya sangatlah sedikit. Tidak jarang pada akhirnya perkara-perkara tersebut menjadikan seorang muslim berburuk sangka kepada Allah Ta’ala. Wal iyyadhu billah.

Sejatinya dirinya lupa bahwa rezeki yang Allah berikan kepada manusia tidak hanya berupa uang ataupun hal-hal yang bersifat materi duniawi saja, ia lupa bahwa kesehatan yang masih ia rasakan, nafas segar yang masih ia hirup setiap harinya, serta kesempatan untuk dapat melangkahkan kakinya, baik menuju rumah-rumah Allah ataupun menuju tanah lapang dan mushalla ini, kesemuanya juga merupakan nikmat dan karunia Allah kepadanya.

Saudaraku sekalian, jangan sampai kesulitan-kesulitan yang sedang kita hadapi, permasalahan-permasalahan yang kita rasakan, pada akhirnya menjadikan kita seorang hamba yang lupa untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala. Jangan sampai kita menjadi salah satu hamba-Nya yang tidak mengindahkan perintah Allah Ta’ala di dalam firman-Nya,

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152)

Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillahil hamd…

Bersyukur, wahai jemaah sekalian, merupakan salah satu sifat yang Allah sematkan kepada para Nabi-Nya dan bahkan Allah sematkan kepada diri-Nya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Dan Allah itu Syakur (Maha Pembalas Jasa”) lagi Haliim (Maha Penyantun”).(QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan “As-Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 8: 141)

Allah Ta’ala berfirman menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ * شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ ٱجْتَبَىٰهُ وَهَدَىٰهُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan berhati lurus. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nahl: 120-121)

Ibunda kita Aisyah radhiyallahu ‘anha juga menceritakan kepada kita akan betapa besarnya rasa syukur yang ditampakkan oleh baginda kita Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Rabbnya,

كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، إذَا صَلَّى قَامَ حتَّى تَفَطَّرَ رِجْلَاهُ، قالَتْ عَائِشَةُ: يا رَسولَ اللهِ، أَتَصْنَعُ هذا، وَقَدْ غُفِرَ لكَ ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِكَ وَما تَأَخَّرَ، فَقالَ: يا عَائِشَةُ أَفلا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا.

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam biasanya jika beliau salat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda, ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 4837 dan Muslim no. 2820)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala, Nabi kita adalah contoh terbaik dan teladan paling tepat dalam hal bersyukur ini. Beliau mencontohkan kepada kita bahwa mensyukuri nikmat Allah Ta’ala tidak hanya dengan lintasan pada batin kita dan tidak cukup juga dengan ucapan “Alhamdulillah” dari lisan kita, akan tetapi harus diiringi juga dengan ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan mengerjakan apa-apa yang diperintahkan dan disenangi oleh Allah Ta’ala ataupun dengan meninggalkan perkara-perkara yang dilarang dan dibenci oleh-Nya. Allah Ta’ala berfirman mengenai hal ini di dalam surat Ali Imran,

فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran: 123)

Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillahil hamd…

Jemaah yang dirahmati Allah, Jangan sampai ketaatan dan ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadan berhenti dan usai dengan selesainya bulan Ramadan. Salat malam yang kita laksanakan di dalamnya tidak pernah lagi kita laksanakan di bulan-bulan lainnya. Al-Quran yang selama bulan Ramadan ini senantiasa kita baca, tidak pernah lagi kita sentuh di kemudian hari. Padahal kita semua mengetahui bahwa nikmat dan karunia Allah tidak hanya terdapat di bulan Ramadan saja, namun tetap ada sepanjang kehidupan kita.

Jangan sampai pula, dengan berlalunya bulan Ramadan, kemaksiatan-kemaksiatan yang sebelumnya kita tinggalkan kita lakukan kembali. Ketahuilah wahai jemaah salat Id sekalian, dosa dan kemaksiatan merupakan bentuk tidak adanya rasa syukur kita kepada Allah Ta’ala. Di dalam kitab Madarij As-Salikin (1: 337), Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

أَنَّ المَعَاصِي كُلَّهَا مِنْ نَوْعِ الكُفْرِ الأَصْغَرِ فَإِنَّهَا ضِدُّ الشُّكْرِ الَّذِي هُوَ العَمَلُ بِالطَّاعَةِ

“Seluruh maksiat termasuk dalam kufur kecil. Maksiat ini bertolak belakang dengan sikap syukur. Karena bentuk syukur adalah dengan melakukan amal ketaatan.”

Saudaraku sekalian, bulan Ramadan sejatinya mengajarkan kepada kita akan makna keistikamahan di dalam beribadah dan bersyukur kepada Allah Ta’ala, bahwa apa yang kita lakukan tersebut hendaknya terus kita lakukan hingga ajal menjemput kita, tidak berakhir dengan berakhirnya bulan Ramadan saja.

Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”

Setelah itu, Mu’adz bin Mu’adz (yang meriwayatkan hadis ini) membacakan ayat,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8) (HR. Tirmidzi no. 3522 dan Ahmad no. 26679).

Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillahil hamd…

Jemaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah Ta’ala,

Di antara sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berkhotbah Idulfitri adalah memberikan nasihat khusus untuk kaum muslimah. Maka pada kesempatan ini, izinkan kami untuk menyampaikan nasihat kepada ibu-ibu dan wanita muslimah semuanya agar senantiasa bertakwa dan bersyukur kepada Allah Ta’ala. Senantiasalah selalu dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan jangan pernah lupa juga untuk bersyukur dan berterimakasih kepada orang-orang yang melalui perantaranya kita mendapatkan rezeki dan karunia Allah Ta’ala. Hal inilah yang juga dinasihatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam salah satu khotbah Idnya. Beliau bersabda,

يا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فإنِّي أُرِيتُكُنَّ أكْثَرَ أهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ: وبِمَ يا رَسولَ اللَّهِ؟ قالَ: تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وتَكْفُرْنَ العَشِيرَ

“Wahai para wanita, bersedekahlah, karena aku sungguh melihat bahwa kalian itu yang paling banyak menghuni neraka.” Para wanita bertanya, “Kenapa bisa seperti itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Karena kalian banyak melaknat dan seringnya mendurhakai suami.

Para ulama’ juga menjelaskan bahwa makna mendurhakai suami di sini adalah, Mereka tidak berterima kasih kepada suami mereka, dan tidak mengakui kebaikan mereka. (HR. Bukhari no. 340 dan Muslim no. 80)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam juga mengatakan,

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari. Ditanyakan, “Apakah mereka mengingkari Allah?” Beliau bersabda, “Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikannya. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu, maka dia akan berkata, ‘Aku belum pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu.’(HR. Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)

Wahai jemaah sekalian, terutama kepada kaum wanita, tunjukkanlah rasa syukurmu kepada Allah dengan berterima kasih kepada orang-orang yang berjasa kepada dirimu, berterima kasihlah kepada mereka yang melalui perantaranya diri kita mendapatkan limpahan rezeki dari Allah Ta’ala. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah menyampaikan,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.” (HR. Abu Dawud no. 4811 dan Ahmad no. 7939)

Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillahil hamd…

Akhir kata, kita berdoa kepada Allah Ta’ala agar senantiasa menjadi hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepada-Nya, baik di kala lapang maupun sempit, baik di bulan Ramadan ataupun di bulan-bulan lainnya. Kita juga memohon kepada-Nya keistikamahan dan konsistensi di dalam beramal dan melakukan ketaatan. Semoga Allah Ta’ala memberikan kesabaran dan kemudahan bagi kaum muslimin Indonesia secara khusus dan kaum muslimin di segala penjuru dunia secara umum dalam setiap kesulitan dan ujian yang menimpa, berikanlah kepada kita semua jalan keluar terbaik dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Artikel Muslim.or.id

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Al-Qur'an Application

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading