Orang Kuat Sesungguhnya: Kekuatan Mengendalikan Amarah
Bismillah,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
“Bukanlah orang yang kuat itu yang menang dalam gulat, sesungguhnya orang yang kuat itu yang mampu menahan amarahnya.” [Hadits Shahih, Riwayat Bukhari-Muslim dan Ahmad. Lihat Shahiihul Jaami’ no. 5375]
Hadits ini mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati bukan diukur dari kekuatan fisik, melainkan kemampuan seseorang mengendalikan emosinya, khususnya saat marah. Sebab marah sering membuat seseorang kehilangan kendali, berkata kasar, atau berbuat aniaya yang menyesalinya kemudian.
Dalil-Dalil Lain Tentang Keutamaan Menahan Amarah
Berikut dalil-dalil lain yang mempertegas keutamaan menahan amarah:
• Allah berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” [QS. Ali Imran : 134]
• Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ العِينِ مَا شَاءَ
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, lalu mempersilakannya memilih bidadari mana saja yang dia kehendaki.” [HR. At-Tirmidzi no. 2021, dinilai hasan oleh Al-Albani]
• Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا تَغْضَبْ
“Jangan marah!”
Beliau mengulanginya beberapa kali. [HR. Al-Bukhari no. 6116]
Hikmah Menahan Amarah
• Menjaga kehormatan diri
Orang yang mampu mengendalikan amarahnya akan tampak berwibawa dan dihormati.
• Menghindarkan dari dosa besar
Marah yang tidak terkendali sering menyebabkan makian, penghinaan, bahkan tindakan kekerasan.
• Mendapat kecintaan Allah
Allah mencintai orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain.
• Mendapatkan keutamaan besar di akhirat
Sebagaimana hadits yang menyebutkan Allah akan memanggil orang yang menahan amarahnya di hadapan makhluk pada hari kiamat, memberi kehormatan dan hadiah istimewa.
• Mencegah penyesalan di kemudian hari
Kemarahan yang dibiarkan sering berakhir pada penyesalan mendalam.
Penjelasan Tambahan
Makna hadits:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
• Kata “ash-sharī‘ah (الصُّرَعَةُ)” → secara bahasa berarti orang yang kuat menjatuhkan lawan dalam gulat.
• Namun Nabi mengingatkan bahwa kekuatan sejati bukanlah hanya kekuatan fisik, melainkan kekuatan mengalahkan hawa nafsu dan emosi.
Menahan marah termasuk:
• Menahan lisan dari kata-kata kasar
• Menahan tangan dari memukul atau menyakiti
• Tidak mengambil keputusan tergesa-gesa saat emosi
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan beberapa cara meredam marah:
• Mengucap ta’awudz: “A‘udzu billahi minasy-syaithanir-rajim”
• Diam tidak berbicara
• Duduk jika marah saat berdiri, atau berbaring jika marah saat duduk
(HR. Abu Dawud no. 4782, dinilai shahih oleh Al-Albani)
Kesimpulan
Orang kuat sesungguhnya bukanlah:
• Yang gagah berani secara fisik
Namun orang kuat sejati adalah:
• Yang mampu menahan marah
• Yang mengendalikan hawa nafsunya
• Yang tetap bersikap sabar dan tenang saat dipancing emosi
Inilah hakikat kekuatan sejati dalam Islam. Mari kita meneladani Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, menjadi orang yang kuat dalam mengendalikan amarah, agar kita mulia di dunia dan di akhirat.
Sumber Rujukan
• Al-Qur’an Al-Karim
• Shahiihul Jaami’ no. 5375
• HR. Al-Bukhari no. 6116
• HR. At-Tirmidzi no. 2021
• HR. Abu Dawud no. 4782
• Tafsir Ibnu Katsir, QS. Ali Imran : 134

Dapatkan kebaikan dengan share artikel ini


