Hukum Sekat antara Saf Pria dan Wanita di Dalam Masjid – إسماعيل بن عيسى

حكم الحاجز بين صفوف الرجال والنساء في المسجد

🎙️ Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz (wafat 1420 H) rahimahullah

السؤال:

Pertanyaan:

يقول أيضًا في سؤال آخر: يوجد عندنا مسجد وبه جزء للنساء يفصله عن مسجد الرجال حائط، وعند النساء سماعة من الميكرفون لسماع الإمام والمدرس، قام رجل وأراد هدم الحائط وترك النساء أمام الرجال، ودليله في ذلك حديث النبي ﷺ: تصف الرجال، ثم الصبيان، ثم النساء وحدث في ذلك خلاف شديد، فما هو توجيهكم جزاكم الله خيرًا.

Di tempat kami, terdapat sebuah masjid yang ada bagian tempat untuk wanita. Bagian itu terpisahkan dari masjid tempat pria oleh sebuah dinding. Di tempat wanita itu ada pengeras suara (speaker) yang tersambung dari mikrofon untuk bisa mendengar imam dan pengajar. Ada seseorang yang hendak merobohkan dinding itu dan membiarkan para wanita (terlihat tanpa penghalang) di hadapan para lelaki. Dalilnya atas perbuatan itu adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: para laki-laki membuat saf paling depan, kemudian anak-anak kecil, kemudian para wanita. Terjadilah perselisihan sengit dalam masalah itu. Apa arahan Anda? Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

الجواب:

Jawaban:

كل ذلك لا حرج فيه، كان النساء في عهد النبي ﷺ يصلين مع الرجال خلف الرجال من دون حائط ومن دون شيء، يتسترن ويتحجبن ويصلين مع الرجال في المؤخر، 

Semua itu tidak masalah. Dahulu di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para wanita salat bersama pria di belakang pria tanpa dinding atau pembatas yang lain untuk menutupi dan menghalangi pandangan. Para wanita salat bersama pria. Posisi wanita di bagian belakang.

كما في الحديث الصحيح يقول ﷺ: خير صفوف الرجال أولها وشرها آخرها، وخير صفوف النساء آخرها وشرها أولها لأن أولها قد يقرب من الرجال، 

Sebagaimana dalam hadis sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik saf pria adalah yang terdepan, sedangkan sejelek-jelek saf pria adalah yang paling akhir. Sebaik-baik saf wanita adalah yang paling akhir, sedangkan saf wanita terjelek adalah yang paling awal.” Karena saf wanita paling depan terkadang berjarak dekat dengan pria.

فإذا صففن في أسفل المسجد خلف الرجال وتسترن فلا حرج، ولا حاجة إلى جدار ولا غيره، وإن جعل جدار، أو ستار غير الجدار حتى يأخذن راحتهن، ويكشفن وجوههن ويسترحن فلا بأس بذلك حتى يسترحن في مصلاهن ويسمعن من طريق المكبر أو من طريق صوت الإمام إذا كان يسمعن بدون مكبر، لا حرج في ذلك، الأمر في هذا واسع والحمد لله.

Apabila para wanita membuat saf di bagian bawah masjid di belakang pria dan mereka tertutupi, maka tidak mengapa. Tidak perlu dinding atau selainnya. Jika dibuatkan dinding atau penutup selainnya agar para wanita bisa nyaman dan mereka bisa membuka penutup wajah mereka, maka yang demikian itu tidak mengapa supaya para wanita merasa nyaman di tempat salat mereka. Apabila mereka masih bisa mendengar melalui pengeras suara atau mendengar langsung suara imam tanpa pengeras suara, yang demikian itu tidak mengapa. Masalah ini longgar. Alhamdulillah.

وإن جعل شبك يرين منه الإمام والمأمومين ويسمعن الصوت فلا بأس أيضاً، الأمر كله واسع، لا ينبغي في هذا التشديد، 

Jika dibuat semacam strimin sehingga para wanita bisa melihat imam dan makmum, serta bisa mendengar suara, ini pun tidak mengapa. Semua ini boleh-boleh saja. Tidak pantas untuk bersikap keras dalam masalah ini.

الجدار أو الشبك أو الستارة أو بدون ذلك، كله جائز والحمد لله، وقد كن في عهد النبي ﷺ ليس هناك جدار ولا غيره، 

Dinding atau tikar atau tirai atau tanpa itu, semuanya boleh. Alhamdulillah. Dahulu saf para wanita di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada dinding penghalang atau selainnya.

يتسترن ويصلين مع الناس خلف الرجال والحمد لله، فإذا جعل جدار أو شبك يسترهن أو ستارة حتى يسترحن يضعن عبيهن ويكشفن وجوههن ويسترحن فيه لا يراهن الرجال كان في هذا مصلحة لهن وراحة لهن فقط ولا حرج في ذلك والحمد لله.

Mereka dalam keadaan tertutup dan salat bersama kaum muslimin di belakang pria. Alhamdulillah. Apabila dibuatkan dinding atau tirai yang menutupi mereka atau tabir sehingga para wanita itu bisa beristirahat, melepas pakaian luar, membuka penutup wajah, serta mereka nyaman di situ, tanpa terlihat oleh para pria, tentu ini untuk kemaslahatan untuk mereka dan kenyamanan untuk mereka semata. Tidak ada masalah dalam hal ini. Alhamdulillah.

المقدم: جزاكم الله خيرًا! لكن يرى سماحة الشيخ أن الزمان كالزمان في عهد الرسول عليه أفضل الصلاة والسلام، وأنه لا مانع أن يرى الرجال النساء في المسجد؟

Pembawa acara: Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan. Wahai Syekh, tetapi ada yang berpendapat bahwa zaman kita ini seperti zaman di masa Rasulullah ‘alaihi afdhalus-shalatu was-salam, yaitu tidak ada yang menghalangi para pria untuk melihat para wanita di dalam masjid.

الشيخ: لابد من هذا، إذا كن لا يتسترن لابد من مانع، إذا كن من طبيعتهن في بعض البلدان لا يتسترن لابد من وضع المانع، جدار أو ستارة، 

Syekh: Harus ada penghalang apabila para wanita itu tidak menutup tubuh. Harus ada penghalang pandangan. Apabila kebiasaan para wanita di sebagian negeri tidak menutup tubuh mereka, maka harus diberi penghalang, baik berupa dinding atau tirai.

أما إذا كن يعتنين مثلما كان في عهد النبي ﷺ يعتنين بالحجاب ويتسترن فلا حاجة إلى الحجاب، يصلين خلف الرجال صفوفهن خلف الرجال، وخير صفوفهن آخرها وشرها أولها، لكن إذا كن لهن عادة في التساهل وكشف الوجوه فوجود حجاب يسترهن هذا هو الواجب حتى لا يفتن ولا يفتن. نعم.

Adapun apabila para wanitanya memiliki perhatian seperti keadaan wanita di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mereka sangat memperhatikan pemakaian hijab yang sesuai syariat dan menutup tubuh mereka, maka tidak perlu menggunakan hijab pembatas. Mereka bisa salat di belakang pria. Saf mereka di belakang pria. Saf terbaik wanita adalah yang terakhir, sedangkan saf terjelek adalah yang terdepan.

Namun, apabila para wanita itu memiliki kebiasaan bermudah-mudahan dan menampakkan wajah, maka adanya hijab/penghalang yang dapat menutupi mereka adalah wajib sehingga mereka tidak diganggu dan tidak menarik perhatian.

المقدم: جزاكم الله خيرًا.

Pembawa acara: Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

Sumber:

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link