Tafsir Surah An-Naba Ayat 1-16 – إسماعيل بن عيسى

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

﴿عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ ۝١ عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلْعَظِيمِ ۝٢ ٱلَّذِى هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ ۝٣ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ ۝٤ ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ ۝٥ أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ مِهَٰدًا ۝٦ وَٱلْجِبَالَ أَوْتَادًا ۝٧ وَخَلَقْنَٰكُمْ أَزْوَٰجًا ۝٨ وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا ۝٩ وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًا ۝١٠ وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًا ۝١١ وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا ۝١٢ وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا ۝١٣ وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلْمُعْصِرَٰتِ مَآءً ثَجَّاجًا ۝١٤ لِّنُخْرِجَ بِهِۦ حَبًّا وَنَبَاتًا ۝١٥ وَجَنَّٰتٍ أَلْفَافًا﴾ [النبأ: ١-١٦].

  1. Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
  2. Tentang berita yang besar,
  3. yang mereka perselisihkan tentang ini.
  4. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui,
  5. kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui.
  6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
  7. dan gunung-gunung sebagai pasak?,
  8. dan Kami jadikan kalian berpasang-pasangan,
  9. dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat,
  10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,
  11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,
  12. dan Kami bina di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh,
  13. dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari),
  14. dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,
  15. supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,
  16. dan kebun-kebun yang lebat?

البسملة تقدم الكلام عليها.

Pembicaraan tentang basmalah telah berlalu.

Ayat 1

﴿عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ﴾؛ يعني: عم يتساءل هؤلاء المكذبون بالقرآن وغيره، ثم أجاب الله عز وجل عن هذا السؤال فقال: ﴿عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلْعَظِيمِ ۝٢ ٱلَّذِى هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ﴾، وهذا النبأ هو ما جاء به النبي صلى الله عليه وآله وسلم من البينات والهدى، ولاسيما ما جاء به من الأخبار عن اليوم الآخر والبعث والجزاء، وقد اختلف الناس في هذا النبأ الذي جاء به النبي صلى الله عليه وآله وسلم: فمنهم من آمن به وصدق، ومنهم من كفر به وكذب، ومنهم من شك فيه وتردد؛ فبين الله أن هؤلاء الذين كذبوا سيعلمون ما كذبوا به علم اليقين، وذلك إذا رأوا يوم القيامة ﴿يَوْمَ يَأْتِى تَأْوِيلُهُۥ يَقُولُ ٱلَّذِينَ نَسُوهُ مِن قَبْلُ قَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلْحَقِّ﴾ [الأعراف: ٥٣].

عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ

 “Tentang apakah mereka saling bertanya”, yakni apakah yang saling ditanyakan oleh mereka—yaitu orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an dan mendustakan yang lain.

Ayat 2-3

Kemudian Allah—‘azza wa jalla—menjawab pertanyaan ini dengan berfirman,

عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلْعَظِيمِ ۝٢ ٱلَّذِى هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ

“Tentang berita yang besar yang mereka berselisih tentangnya.”

Berita besar ini adalah apa yang disampaikan oleh Nabi—shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam—berupa bukti-bukti nyata dan petunjuk, terutama kabar-kabar yang beliau sampaikan tentang hari akhir, kebangkitan, dan pembalasan.

Manusia telah berselisih tentang berita yang dibawa oleh Nabi—shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam—. Di antara mereka ada yang mengimani dan membenarkannya. Di antara mereka ada yang mengingkari dan mendustakan. Di antara mereka ada yang meragukannya dan bimbang.

Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya mereka yang mendustakan, mereka akan mengetahui apa yang mereka dustakan dengan pengetahuan yang yakin. Hal itu ketika mereka telah melihat hari kiamat, “pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur’an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: Sungguh para utusan Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” (QS Al-A’raf: 53).

Ayat 4-5

ولهذا قال سبحانه هنا: ﴿كَلَّا سَيَعْلَمُونَ ۝٤ ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ﴾، والجملة الثانية توكيدٌ للأولى من حيث المعنى، وإن كانت ليست توكيدًا باعتبار اصطلاح النحويين؛ لأنه فُصل بينها وبين التي قبلها بحرف العطف، والتوكيد لا يُفصل بينه وبين مؤكدة بشيء من الحروف. والمراد بالعلم الذي توعدهم الله به هو علم اليقين الذي يشاهدونه على حسب ما أخبروا به.

Oleh karenanya, Allah—subhanah—berfirman di sini,

كَلَّا سَيَعْلَمُونَ ۝٤ ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ

“Tidak, niscaya mereka akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak, mereka akan mengetahui.”

Kalimat kedua adalah penegas (taukid) untuk kalimat pertama dari sisi makna. Walaupun menurut istilah ahli nahu, kalimat kedua tidak bisa menjadi taukid karena kalimat kedua dipisah dengan kalimat pertama menggunakan huruf ‘athf. Sementara taukid itu tidak bisa dipisah antara kalimat penegas dengan kalimat yang ditegaskan dengan huruf apapun.

Yang dimaksud dengan ilmu di sini yang Allah ancam mereka adalah ilmu/pengetahuan yang yakin yang akan mereka saksikan sesuai dengan yang telah dikabarkan kepada mereka.

Ayat 6

ثم بين الله تعالى نعمه على عباده؛ ليقرر هذه النعم، فيلزمهم شكرها فقال: ﴿أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ مِهَٰدًا﴾؛ أي: جعل الله الأرض مهادًا ممهدة للخلق، ليست بالصلبة التي لا يستطيعون حرثها، ولا المشي عليها إلا بصعوبة، وليست باللينة الرخوة التي لا ينتفعون بها، ولا يستقرون عليها، ولكنها ممهدة لهم على حسب مصالحهم وعلى حسب ما ينتفعون به.

Kemudian Allah taala menjelaskan berbagai kenikmatan yang Allah curahkan kepada para hamba-Nya agar hamba itu mengakui kenikmatan-kenikmatan ini sehingga mengharuskannya untuk mensyukurinya. Maka Allah berfirman,

أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ مِهَٰدًا

“Bukankah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan?”

Maksudnya Allah menjadikan bumi ini terhampar yang disiapkan untuk makhluk-Nya. Bumi ini tidak keras/padat yang tidak mampu untuk ditanami dan tidak bisa dilewati kecuali dengan susah payah. Tidak pula bumi ini lunak dan lembek sehingga tidak bisa dimanfaatkan dan tidak bisa menetap di atasnya. Namun bumi ini disiapkan untuk mereka sesuai dengan kemaslahatan para hamba dan sesuai dengan kegiatan mereka untuk memanfaatkan sumber daya alam.

Ayat 7

﴿وَٱلْجِبَالَ أَوْتَادًا﴾؛ أي: جعلها الله تعالى أوتادًا للأرض، بمنزلة الوتد للخيمة، حيث يثبتها فتثبت به، وهي أيضًا ثابتة كما قال تعالى: ﴿وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ مِن فَوْقِهَا وَبَٰرَكَ فِيهَا﴾ [فصلت: ١٠]، وهذه الأوتاد قال علماء الأرض: إن هذه الجبال لها جذور راسخة في الأرض كما يرسخ جذر الوتد بالجدار، أو وتد الخيمة في الأرض؛ ولذلك تجدها صلبة قوية لا تزعزعها الرياح، وهذا من تمام قدرته ونعمته.

وَٱلْجِبَالَ أَوْتَادًا

“Dan gunung-gunung sebagai pasak” artinya Allah menjadikan gunung sebagai pasak bagi bumi seperti kedudukan pasak kemah yang akan membuatnya kokoh sehingga kemah itu akan kokoh.

Gunung itu juga kokoh sebagaimana Allah taala berfirman,

وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ مِن فَوْقِهَا وَبَٰرَكَ فِيهَا

“Dan Allah jadikan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya dan Dia memberkahinya.” (QS Fussilat: 10).

Pasak-pasak ini disebutkan oleh ahli geologi bahwa gunung-gunung itu memiliki akar yang menancap kuat di dalam bumi sebagaimana paku-paku yang menancap di dinding atau pasak kemah yang menancap kuat di bumi. Oleh karenanya engkau mendapatinya kokoh dan kuat, tidak goyah oleh angin. Ini di antara kesempurnaan kekuasaan dan nikmat Allah.

Ayat 8

﴿وَخَلَقْنَٰكُمْ أَزْوَٰجًا﴾؛ أي: أصنافًا ما بين ذكر وأنثى، وصغير وكبير، وأسود وأحمر، وشقي وسعيد، إلى غير ذلك مما يختلف الناس فيه، فهم أزواج مختلفون على حسب ما أراده الله عز وجل واقتضته حكمته؛ ليعتبر الناس بقدرة الله تعالى، وأنه قادر على أن يجعل هذا البشر الذين خلقوا من مادة واحدة ومن أب واحد على هذه الأصناف المتنوعة المتباينة.

وَخَلَقْنَٰكُمْ أَزْوَٰجًا

“Dan Kami jadikan kalian berpasangan”, yaitu berjenis-jenis, antara laki-laki dan wanita, ada yang kecil ada yang besar, ada yang hitam ada yang merah, ada yang sengsara ada yang bahagia, dan lain sebagainya dari segala macam perbedaan manusia yang ada di dalamnya.

Mereka bermacam-macam sesuai dengan yang Allah—‘azza wa jalla—kehendaki dan sesuai hikmah yang Allah tentukan agar manusia bisa mengambil pelajaran dengan kekuasaan Allah taala dan bahwa Allah Maha kuasa untuk menjadikan manusia yang diciptakan dari satu bahan dan dari satu ayah menjadi bermacam-macam kelompok yang berbeda-beda.

Ayat 9

﴿وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا﴾؛ أي: قاطعًا للتعب، فالنوم يقطع ما سبقه من التعب، ويستجد به الإنسان نشاطًا للمستقبل؛ ولذلك تجد الرجل إذا تعب ثم نام استراح وتجدد نشاطه، وهذا من النعمة، وهو أيضًا من آيات الله كما قال الله تعالى: ﴿وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ مَنَامُكُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱبْتِغَآؤُكُم مِّن فَضْلِهِۦٓ﴾ [الروم: ٢٣].

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

“Dan Kami jadikan tidur kalian sebagai istirahat”, sebagai pemutus dari kelelahan. Tidur dapat memutus rasa lelah yang dirasakan sebelumnya sehingga manusia akan kembali bersemangat ke depannya. Karenanya, engkau dapati apabila seseorang lelah kemudian tidur, maka tubuhnya akan rileks dan semangatnya kembali baru. Ini adalah bentuk kenikmatan dan ini juga di antara tanda-tanda kekuasaan Allah sebagaimana Allah taala berfirman,

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ مَنَامُكُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱبْتِغَآؤُكُم مِّن فَضْلِهِۦٓ

“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurnya kalian di malam dan siang serta upaya kalian dalam mencari sebagian karunia Allah.” (QS Ar-Rum: 23).

Ayat 10

﴿وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًا﴾؛ أي: جعل الله هذا الليل على الأرض بمنزلة اللباس كأن الأرض تلبسه ويكون جلبابًا لها، وهذا لا يعرفه تمام المعرفة إلا من صعد فوق ظل الأرض، وقد رأينا ذلك من الايات العجيبة إذا صعدت في الطائرة وارتفعت وقد غابت الشمس عن سطح الأرض، ثم تبينت لك الشمس بعد أن ترتفع تجد الأرض وكأنما كسيت بلباس أسود، لا ترى شيئًا من الأرض، كله سواد من تحتك، فتبين بهذا معنى قوله تعالى: ﴿وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًا﴾.

وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًا

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian” maksudnya Allah menjadikan malam bagi bumi seperti pakaian seakan-akan bumi memakai malam sehingga malam menjadi penutupnya.

Ini tidak bisa diketahui dengan sebenar-benar pengetahuan kecuali oleh orang yang naik di atas bayangan bumi. Dan sungguh kami telah melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan ini ketika Anda naik pesawat kemudian naik dalam keadaan matahari telah terbenam dari muka bumi, kemudian Anda akan mendapati matahari terlihat setelah Anda terus naik. Anda dapati bumi seperti terbungkus dengan pakaian berwarna hitam. Anda tidak bisa melihat sesuatu pun di bumi. Semuanya yang berada di bawahmu berwarna hitam. Maka jelaslah dari penjelasan ini makna firman Allah taala,

وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًا

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian.”

Ayat 11

﴿وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًا﴾؛ أي: معاشًا يعيش الناس فيه في طلب الرزق على حسب درجاتهم، وعلى حسب أحوالهم، وهذا من نعمة الله سبحانه وتعالى على العباد.

وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًا

“Kami jadikan siang sebagai waktu mencari penghidupan”, yaitu pencaharian yang dilakukan oleh manusia di waktu tersebut untuk mencari rezeki sesuai kedudukan dan keadaan mereka. Ini di antara kenikmataan Allah—subhanahu wa ta’ala—atas para hamba-Nya.

Ayat 12

﴿وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا﴾ وهي السماوات السبع، وصفها الله تعالى بالشداد؛ لأنها قوية، كما قال تعالى: ﴿وَٱلسَّمَآءَ بَنَيْنَٰهَا بِأَيْي۟دٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ﴾ [الذاريات: ٤٧]؛ أي: بنيناها بقوة.

وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا

“Kami bangun tujuh lapis langit yang kokoh di atas kalian”, yaitu tujuh langit dan Allah taala menyifati langit dengan sifat kokoh karena langit itu kuat sebagaimana Allah taala berfirman,

وَٱلسَّمَآءَ بَنَيْنَٰهَا بِأَيْي۟دٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan dan Kami benar-benar meluaskannya.” (QS Az-Zariyat: 47).

Yaitu kami membangunnya dengan kekuatan.

Ayat 13

﴿وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا﴾؛ يعني بذلك: الشمس فهي سراج مضيء، وهي أيضًا ذات حرارة عظيمة.

“Kami telah jadikan lentera yang amat terang” maksudnya adalah matahari karena matahari adalah lentera yang menerangi dan memiliki derajat panas yang sangat tinggi.

﴿وَهَّاجًا﴾؛ أي: وقَّادة، وحرارتها في أيام الصيف حرارة شديدة مع بعدها الساحق عن الأرض، فما ظنك بما يقرب منها، ثم إنها تكون في أيام الحر في شدة حرها من فيح جهنم، كما قال النبي عليه الصلاة والسلام: (إذا اشتد الحر فأبردوا بالصلاة، فإن شدة الحر من فيح جهنم)، وقال عليه الصلاة والسلام: (اشتكت النار إلى الله فقالت: يا رب، أكل بعضي بعضًا. فأذن لها بنفسين، نفس في الشتاء، ونفس في الصيف، فأشد ما تجدون من البرد من زمهرير جهنم، وأشد ما يكون من الحر من فيح جهنم).

Wahhājan” artinya sangat terang. Derajat panas matahari saat musim panas sangat panas padahal jaraknya jauh dengan bumi. Lalu bagaimana sekiranya yang dekat dengan matahari?  Kemudian panas matahari di musim panas berasal dari uap neraka Jahannam, sebagaimana Nabi—‘alaihish shalatu was salam—berkata, “Jika cuaca sangat panas, maka tunggulah sampai agak dingin karena terik panasnya matahari berasal dari uap neraka Jahannam.”

Nabi—‘alaihish shalatu was salam—berkata, “Neraka mengadu kepada Allah. Neraka mengatakan, ‘Wahai Rabbku, sebagianku memakan sebagian lainnya.’ Maka Allah mengizinkannya dua nafas. Neraka bernafas di musim dingin dan bernafas di musim panas. Suhu yang engkau rasakan sangat dingin di musim dingin berasal dari suhu sangat dinginnya neraka Jahannam dan suhu yang paling panas engkau dapati berasal dari uap neraka Jahannam.”

ومع ذلك فإن فيها مصلحة عظيمة للخلق، فهي توفر على الخلق أموالًا عظيمة في وقت النهار، حيث يستغني الناس بها عن إيقاد الأنوار، وكذلك الطاقة التي تستخرج منها تكون فيها فوائد كثيرة، وكذلك إنضاج الثمار وغير هذا من الفوائد العديدة من هذا السراج الذي جعله الله عز وجل لعباده.

Bersamaan dengan itu, matahari memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk. Matahari dapat menggantikan begitu banyak harta yang harus dikeluarkan makhluk di waktu siang untuk menyalakan lampu. Demikian juga tenaga matahari yang bisa diambil manfaatnya yang memiliki manfaat yang banyak.  Demikian pula manfaat untuk mematangkan buah-buahan. Dan manfaat lain yang banyak dari cahaya matahari ini yang telah dijadikan oleh Allah—‘azza wa jalla—untuk para hamba-Nya.

ولما ذكر السراج الوهاج الذي به الحرارة واليبوسة ذكر ما يقابل ذلك فقال: ﴿وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلْمُعْصِرَٰتِ مَآءً ثَجَّاجًا﴾، والماء فيه رطوبة وفيه برودة، وهذا الماء أيضًا تنبت به الأرض وتحيا به، فإذا انضاف ماء السماء إلى حرارة الشمس حصل في هذا إنضاج للثمار ونمو لها على أكمل ما يكون.

Tatkala Allah menyebutkan pelita yang menerangi yang mengandung sifat panas dan kering, setelah itu Allah menyebutkan lawan dari itu. Allah berfirman, “Allah telah menurunkan air yang sangat banyak dari awan.”

Air memiliki sifat lembab dan dingin. Air ini menyuburkan tanah dan menghidupkan bumi. Kalau air hujan bersatu dengan panasnya matahari, akan mematangkan buah-buahan dan menumbuhkannya dengan sempurna.

Ayat 14

﴿وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلْمُعْصِرَٰتِ﴾؛ يعني: من السحاب، ووصفها الله بأنها معصرات كأنما تعصر هذا الماءَ عند نزوله عصرًا، كما يعصر الثوب، فإن هذا الماء يتخلل هذا السحاب ويخرج منه كما يخرج الماء من الثوب المعصور، وقوله: ﴿مَآءً ثَجَّاجًا﴾؛ أي: كثير الثج، يعني: الإنهمار والتدفق؛ وذلك لغزارته وقوته، حتى يروي الأرض.

“Kami turunkan dari al-mu‘ṣirāt”, yakni awan. Allah menyifati awan dengan mu‘ṣirāt seolah-olah awan memeras air ketika turun sebagaimana baju yang diperas. Air ini akan keluar dari celah-celah awan dan keluar darinya sebagaimana keluarnya air dari baju yang diperas.

Firman Allah, “air yang banyak tercurah” yaitu air yang banyak terpancar dan menyembur, hal itu karena deras dan kuatnya pancaran sehingga bisa membasahi bumi.

Ayat 15

﴿لِّنُخْرِجَ بِهِۦ﴾؛ أي: لنخرج بهذا الماء الذي أنزل من السماء إلى الأرض ﴿حَبًّا وَنَبَاتًا﴾ فتنبت الأرض ويخرج الله به من الحب بجميع أصنافه وأنواعه البر والشعير والذرة وغيرها، والنبات من الثمار كالتين والعنب وما أشبه ذلك.

Linukhrija bihi” agar Kami menumbuhkan dengannya, yaitu: agar Kami menumbuhkan dengan air yang diturunkan dari langit ke bumi.

“Biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”, sehingga bumi menumbuhkan dan Allah mengeluarkan dengan biji-bijian berbagai macam gandum, barli, jagung, dan lain sebagainya. Dan tumbuh-tumbuhan berupa buah-buahan seperti tin, anggur, dan lain sebagainya.

Ayat 16

﴿وَجَنَّٰتٍ أَلْفَافًا﴾؛ أي: بساتين ملتفًا بعضها إلى بعض، من كثرتها وحسنها وبهائها حتى إنها لتستر من فيها؛ لكثرتها والتفاف بعضها إلى بعض، وهي الأشجار التي لها ساق، فيخرج من هذا الماء الثجاج الزروع والنخيل والأعناب وغيرها سواء خرج منه مباشرة، أو خرج منه بواسطة استخراج الماء من باطن الأرض؛ لأن الماء الذي في باطن الأرض هو من المطر، كما قال تعالى: ﴿وَأَرْسَلْنَا ٱلرِّيَٰحَ لَوَٰقِحَ فَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَسْقَيْنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمْ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ﴾ [الحجر: ٢٢]. وقال تعالى في آية أخرى: ﴿فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِى ٱلْأَرْضِ﴾ [الزمر: ٢١].

Dan kebun-kebun yang lebat yaitu kebun-kebun yang tanaman-tanamannya saling menaungi saking banyaknya, bagusnya, dan rindangnya, sampai-sampai saking banyak tanaman-tanaman akan menutupi siapa saja yang berada di dalamnya dan saling menutupi.

Pohon-pohon ini ada yang menyiraminya sehingga keluarlah dari air yang tercurah ini sayur-sayuran, kurma, anggur, dan yang lainnya, sama saja apakah dia keluar secara langsung atau keluar dengan perantara keluarnya air dalam tanah.

Karena air yang di dalam tanah berasal dari hujan sebagaimana Allah taala berfirman, “Kami menurunkan hujan dari langit maka Kami memberi minum kalian dan bukan kalian yang menyimpannya.” (QS Al-Hijr: 22).

Allah taala berfirman di ayat yang lain, “Kami yang mengatur mata air-mata air di bumi.” (QS Az-Zumar: 21).

Sumber: Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, surah An-Naba, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link