حكم صلة الرحم الكافر
🎙 Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz (wafat 1420 H) rahimahullah
السؤال:
إذا كان الرحمُ غير مسلمين؟
Pertanyaan:
Jika kerabat tersebut non-Muslim?
الجواب:
ولو لم يكونوا مسلمين، يقول النبيُّ ﷺ لأسماء لما جاءت أمّها تطلب الرّفد وهي كافرة: صليها وكان عمر يصل أقاربَه في مكة بعد الصلح وهو في المدينة، والله جلَّ وعلا يقول في كتابه الكريم: لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ..[الممتحنة:8].
فإذا لم يكن بيننا وبينهم حربٌ فلا بأس أن نصلهم؛ لأنَّ فيه تأليفًا ودعوةً إلى الخير، إذا وصلهم وأحسن إليهم بالمال أو بالمكاتبة يدعوهم إلى الله؛ فهذا فيه تأليف ودعوة إلى الخير.
Jawaban:
Sekalipun mereka non-Muslim, Nabi–shallallahu ‘alaihi wa sallam–akan bersabda kepada Asma’ ketika ibunya, seorang non-Muslim, datang meminta bantuan: “Tetaplah berhubungan dengannya.”
Umar biasa menjalin silaturahmi dengan kerabatnya di Mekah setelah perjanjian damai, sementara beliau berada di Madinah.
Allah–jalla wa ‘ala–berfirman dalam Kitab-Nya yang Mulia: “Allah tidak melarang kamu dari orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari rumah-rumahmu, dari berbuat baik kepada mereka dan berlaku adil kepada mereka…” [Al-Mumtahanah: 8].
Jika tidak ada perang antara kita dan mereka, maka tidak ada salahnya menjalin silaturahmi dengan mereka, karena padanya ada upaya melunakkan hati dan mengajak kepada kebaikan. Mempererat tali silaturahmi dan berbuat baik kepada mereka, baik berupa uang maupun menulis surat kepada mereka serta mengajak mereka kepada Allah, sesungguhnya dapat melunakkan hati dan mengajak kepada kebaikan.
Diterjemahkan dengan Google Translate dengan beberapa perubahan.
Sumber: