🎙 Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz (wafat 1420 H) rahimahullah
سماحة الشيخ، إني أحبُّكم في الله، سؤالي هو: المسائل الفقهية المُختلف فيها كثيرة جدًّا:
أولًا: هل بالإمكان اجتماع العلماء بالعالم الإسلامي ليتَّفقوا على رأيٍ واحدٍ في أهم المسائل؟
ثانيًا: إذا لم يكن ذلك ممكنًا، فمَن نتبع من أقوال الفقهاء؟ مع العلم بأنَّها كلها تستند إلى أدلةٍ، وفقكم الله لما فيه الخير والسَّداد.
Yang Mulia, saya mencintaimu karena Allah. Pertanyaan saya: Ada sangat banyak perselisihan dalam masalah fikih.
Pertama: Mungkinkah para ulama di seluruh dunia Islam bersatu untuk bersepakat di atas satu pendapat dalam masalah-masalah yang paling penting?
Kedua: Jika itu tidak mungkin, lalu pendapat ahli fikih mana yang harus kita ikuti? Perlu diketahui bahwa semua pendapat itu memiliki sandaran dalil. Semoga Allah memberikan taufik kepada Anda kepada kebaikan dan kebenaran.
أما جمع العلماء في أقطار الدنيا على قولٍ واحدٍ في مسائل الخلاف التي اختلف فيها العلماءُ الأولون فهذا ليس بممكنٍ، وهو من المُستحيلات؛ لأنَّ كل واحدٍ له رأيه، وله اجتهاده، وله ما يفضله من اتّباع بعض الأئمة، ويقدم بعضهم على بعضٍ، هذا ليس بممكنٍ، فلما لم يجتمع الأولون وهم أكثر الناس إيمانًا، وأكثرهم ورعًا، وأكثرهم تقوى؛ فكيف بحال المُتأخرين؟!
Adapun mempersatukan para ulama di seluruh dunia dalam satu pendapat dalam permasalahan khilafiah yang telah diperselisihkan oleh para ulama terdahulu, hal itu tidak mungkin dan termasuk kemustahilan. Hal ini karena setiap ulama memiliki pendapatnya sendiri, ijtihadnya sendiri, dan dia berhak memiliki kecenderungan dalam mengikuti sebagian imam, dan mengutamakan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Hal ini mustahil. Maka, jika para ulama terdahulu, yang merupakan umat yang lebih beriman, lebih warak, dan lebih bertakwa, tidak bisa bersatu, lalu bagaimana dengan keadaan orang-orang setelah mereka?!
وما ذاك إلا لأنَّ الاجتهاد يختلف، والأدلة تتنوع، وهذا يخفى عليه دليلٌ، وهذا يظهر له دليلٌ، وهناك مسائل اختلفوا فيها من أجل هذا، في مسائل الفروع: في الفراق، والطلاق، والربا، وفي الجنايات، وفي أشياء أخرى.
Yang demikian itu karena ijtihad berbeda-beda dan dalilnya pun beragam. Sebagian tidak mengetahui dalilnya, sementara sebagian lainnya mengetahui dalilnya. Di sana ada beberapa permasalahan yang diperselisihkan karena alasan ini, dalam hal-hal furuk yang berkaitan dengan cabang-cabang hukum, seperti: pisah ranjang, talak, riba, pidana, dan lain-lain.
أما مَن تتبع عند الاختلاف؟
فالعامي يسأل أهلَ العلم في بلده، أو في غير بلده، يتحرى مَن يظنّه أتقى لله، وأعلم بدين الله، فيسأله ويقترن بما يقول له.
Lalu, siapakah yang harus diikuti ketika terjadi perselisihan?
Masyarakat umum hendaknya bertanya kepada para ulama di negerinya sendiri atau di tempat lain, dia berupaya mencari orang-orang yang ia yakini paling bertaqwa kepada Allah dan paling berilmu tentang agama Allah, lalu ia bertanya kepada mereka dan mengikuti nasihat mereka.
أما العلماء فعليهم أن يدرسوا المسائل المُختلف فيها، وينظروا في الأدلة من الكتاب والسنة، ويأخذوا بأرجحها، فالعالم يستطيع أن يدرس الأدلة، ويتأمَّل، ثم يأخذ بالأرجح، بالدليل، لا بقول فلانٍ وفلانٍ، ولكن ينظر الأدلة، ويأخذ بأرجحها وأقواها في هذه المسألة المعينة، وهذا هو الواجب عليه؛ لأنَّ الله يقول سبحانه: فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ [النساء:59]، ويقول سبحانه: وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ [الشورى:10]، هذه القاعدة، ما اختلف فيه الناسُ مردّه إلى الكتاب والسنة، يعني: يُرد إلى حكم الله.
Adapun para ulama, mereka harus mengkaji masalah-masalah yang diperselisihkan, memeriksa dalil-dalil dari Al-Qur’an dan sunah, dan mengambil pandangan yang paling benar. Seorang ulama dapat mengkaji dalil-dalil, merenungkan, dan kemudian mengambil pandangan yang paling benar berdasarkan dalil-dalil tersebut, bukan berdasarkan perkataan si fulan atau si fulan. Akan tetapi, ia harus memeriksa dalil-dalil tersebut dan mengambil pandangan yang paling benar dan paling kuat dalam masalah khusus ini. Hal ini diwajibkan baginya, karena Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS An-Nisa’: 59).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan apa pun yang kamu berselisih tentangnya, maka keputusannya tetap di tangan Allah.” (QS Asy-Syura: 10).
Inilah kaidahnya: apa pun yang diperselisihkan orang harus dirujuk kepada Al-Qur’an dan sunah, artinya: harus dirujuk kepada hukum Allah.
فالعالم يجتهد ويتحرَّى الحقّ، وينظر في الأدلة، ثم يختار ما هو الأقرب إلى الدليل، وما هو الأرجح في اجتهاده، وما هو الأبعد عن الخطأ.
وأما عامَّة الناس: فيسألون أهلَ العلم عمَّا أشكل عليهم، وفتواهم تكفيهم، لكن عليه أن يتحرَّى من أهل العلم مَن هو أقرب إلى الخير ممن يظنّه أكثر علمًا، وأكثر تقوى، وأكثر احتياطًا.
Ulama berijtihad, mencari kebenaran, meneliti dalil, lalu memilih yang paling mendekati dalil, yang paling benar dalam ijtihadnya, dan yang paling jauh dari kekeliruan.
Adapun masyarakat umum, mereka bertanya kepada ulama tentang hal-hal yang sulit bagi mereka, dan fatwa ulama itu sudah mencukupi mereka. Namun, ia harus mencari di antara para ulama yang paling dekat dengan kebaikan, yang ia yakini lebih berilmu, lebih bertakwa, dan lebih berhati-hati.
Sumber: