Waspada dari Dusta – إسماعيل بن عيسى

التحذير من الكذب

✍️ Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz (wafat 1420 H) rahimahullah

السؤال:

هل ورد عن النبي ﷺ أن المؤمن لا يكذب لكن قد يعمل المعاصي الأخرى، فما هو توجيه الحديث من كذب فتاب ويخشى أن يكون قد كتب كذابًا. فما عليه؟

Pertanyaan:

Apakah ada hadis dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa seorang mukmin tidak berbohong, tetapi masih mungkin melakukan dosa-dosa lainnya? Apa penjelasan hadis ini untuk seseorang yang berbohong lalu bertobat dan dia khawatir tercatat sebagai pendusta? Apa yang harus dia lakukan?

الجواب:

المؤمن الصادق لا يكذب، ولكن قد يكذب لنقص إيمانه وضعف إيمانه، فالواجب على كل مؤمن أن يحذر الكذب، ينبغي أن يتحرى الصدق، يقول النبي ﷺ: عليكم بالصدق! فإن الصدق يهدي إلى البر، وإن البر يهدي إلى الجنة، ولا يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقًا، وإياكم والكذب! فإن الكذب يهدي إلى الفجور، والفجور يهدي إلى النار، ويقول الله جل وعلا: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ [التوبة:119]، ويقول سبحانه: هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ [المائدة:119].

Jawaban:

Seorang mukmin sejati tidak akan berdusta, tetapi ia bisa saja berdusta karena kekurangan atau kelemahan imannya. Oleh karena itu, wajib bagi setiap mukmin untuk berhati-hati terhadap dusta dan berusaha untuk jujur. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetaplah jujur! Karena jujur itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga. Seseorang akan terus jujur dan berusaha untuk jujur sampai ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Waspadalah terhadap dusta! Karena dusta menuntun kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan menuntun ke neraka.”

Allah jalla wa ‘ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS At-Taubah: 119).

Allah subhanah berfirman,

هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدۡقُهُمۡ ۚ لَهُمۡ جَنَّٰتٌ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ

“Inilah hari di mana orang-orang yang jujur akan memetik manfaat dari kejujuran mereka. Bagi mereka janah-janah yang sungai-sungai mengalir di bawahnya.” (QS Al-Maidah: 119).

فالواجب تحري الصدق والحذر من الكذب أينما كان إلا في الأوجه التي يجوز فيها الكذب، تقول أم كلثوم بنت عقبة رضي الله عنها: لم يسمع النبي ﷺ يرخص في شيء من الكذب إلا في ثلاث: في الحرب، والإصلاح بين الناس، وحديث الرجل امرأته والمرأة زوجها، في هذا لا بأس في الثلاث إذا كذب للمصلحة، في هذه الثلاث فلا بأس: الإصلاح بين الناس، وفي الحرب من غير أن يغدر، وفي حديث الرجل مع امرأته، والمرأة مع زوجها.

Wajib mengupayakan kejujuran dan menjauhi kebohongan di mana pun dia berada, kecuali dalam situasi yang membolehkan kebohongan. Ummu Kultsum binti ‘Uqbah radhiyallahu ‘anha berkata: Aku tidak pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan kebohongan kecuali dalam tiga hal: dalam perang, dalam usaha mendamaikan antar manusia, dan dalam percakapan seorang pria dengan istrinya dan seorang wanita dengan suaminya.

Dalam hal ini, tidak ada salahnya dengan ketiga hal tersebut jika ia berbohong demi kepentingan. Dalam ketiga hal ini, tidak ada salahnya, yaitu: dalam usaha mendamaikan antar manusia, dalam perang tanpa berbuat curang, dan dalam percakapan seorang pria dengan istrinya dan seorang wanita dengan suaminya.


Pertanyaan diajukan kepada Syekh yang mulia setelah pelajaran yang beliau sampaikan di Masjidilharam tanggal 27 Zulhijah 1418 H. (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Asy-Syaikh Ibn Baz 28/436).

Sumber:

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link