Halaqah 25 | Kandungan-Kandungan Dalam Bab 04 – ilmiyyah.com

Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-25 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.

Beliau rahimahullāh mengatakan,

فِيهِ مَسَائِلُ

Di dalam bab ini ada beberapa permasalahan.

الأُولَى: الخَوْفُ مِنَ الشِّرْكِ

1. Rasa takut dari kesyirikan. Berdasarkan ayat dan hadits di atas yang semuanya isinya adalah ancaman bagi orang yang melakukan kesyirikan, maka ini semua menimbulkan atau menjadikan di dalam hati kita rasa takut terhadap kesyirikan itu sendiri.

الثَّانِيَةُ: أَنَّ الرِّيَاءَ مِنَ الشِّرْكِ

2. Riya adalah termasuk kesyirikan, berdasarkan sabda Nabi ﷺ

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ»، فَسُئِلَ عَنْهُ؟ فَقَالَ: «الرِّيَاءُ

Termasuk kesyirikan. Karena Nabi ﷺ mengatakan الشِّرْكُ الأَصْغَرُ berarti riya ini termasuk kesyirikan, dan kesyirikan yang dimaksud di sini adalah kesyirikan yang kecil. Sehingga beliau mengatakan

الثَّالِثَةُ: أَنَّهُ مِنَ الشِّرْكِ الأَصْغَرِ

3. Riya ini adalah termasuk syirik yang kecil.

الرَّابِعَةُ: أَنَّهُ أَخْوَفُ مَا يُخَافُ مِنْهُ عَلَى الصَّالِحِينَ

4. Syirik kecil ini yang sangat ditakutkan adalah ketika dia menimpa orang-orang yang shalih. Karena orang-orang yang shalih mereka beramal shalih, sehingga syaitan berusaha untuk menghancurkan amalannya dengan memasukkan niat-niat yang tidak baik. Sehingga dikhawatirkan orang-orang yang shalih tersebut terkena penyakit riya ini. Dan ini yang dikatakan oleh Nabi ﷺ:

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ

Perkara yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik yang kecil.

Oleh karena itu, karena riya ini adalah termasuk asy-syirkul ashghar atau termasuk kesyirikan, maka seharusnya kita takut dengan perbuatan riya ini. Jangan sampai seseorang bermudah-mudahan, kemudian setiap kali datang riya pada dirinya dia diam saja, tidak berusaha untuk melawan. Maka setelah kita mengetahui tentang hadits ini, harusnya di sana ada perlawanan yang harus kita lakukan untuk menghilangkan riya yang mampir di dalam hati kita. Kita harus melawan. Dan bagaimana cara melawannya? Di antaranya adalah dengan mengingat keutamaan ikhlas dan bahaya riya, demikian pula dengan berdoa kepada Allāh ﷻ semoga Allāh menghilangkan riya ini dari dirinya.

الخَامِسَةُ: قُرْبُ الجَنَّةِ وَالنَّارِ

5. Begitu dekatnya surga dan juga neraka.

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

Barang siapa yang bertemu dengan Allāh dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun maka dia masuk ke dalam surga. Dan siapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka dia masuk ke dalam neraka. (HR. Muslim)

Maka ini menunjukkan tentang dekatnya surga dan juga neraka.

السَّادِسَةُ: الجَمْعُ بَيْنَ قُرْبِهِمَا فِي حَدِيثٍ وَاحِدٍ

6. Penggabungan antara dekatnya surga dan neraka di dalam satu hadits. Sebagaimana dalam hadits yang terakhir.

السَّابِعَةُ: أَنَّهُ مَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ، وَلَوْ كَانَ مِنْ أَعْبَدِ النَّاسِ

7. Barang siapa yang bertemu dengan Allāh dalam keadaan menyekutukan Allāh dengan yang lain, maka dia akan masuk ke dalam neraka meskipun dia adalah orang yang paling banyak ibadahnya.

Kalau dilihat dari sisi ibadahnya banyak shalat, shalat tahajud, berpuasa baik yang wajib maupun yang sunnah, tapi kalau dia di waktu yang lain menyekutukan Allāh, menyembah kepada selain Allāh, maka masuk dalam hadits ini dakhalal-nār, dia akan masuk ke dalam neraka meskipun dia adalah a‘badi n-nās (orang yang paling banyak ibadahnya). Ini menunjukkan tentang bahayanya kesyirikan ini, karena meskipun dia banyak amalannya tapi kalau dia menyekutukan Allāh dengan yang lain, seluruh amalannya akan batal.

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: “Jika engkau mempersekutukan (Allāh), niscaya akan terhapus seluruh amalmu, dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Akan batal seluruh amalannya. Sehingga meskipun dia adalah ahli ibadah, tidak ada manfaatnya kalau dia menyekutukan Allāh dengan yang lain.

الثَّامِنَةُ: المَسْأَلَةُ العَظِيمَةُ سُؤَالُ الخَلِيلِ لَهُ وَلِبَنِيهِ وِقَايَةَ عِبَادَةِ الأَصْنَامِ

8. Permasalahan yang besar, yaitu tentang permintaan Ibrāhīm al-Khalīl untuk dirinya dan juga anak-anaknya supaya dijaga dari beribadah kepada berhala. Tentunya ini adalah perkara yang besar, seperti yang disebutkan di sini, seorang Khalīl, seorang kekasih Allāh, meminta kepada Allāh ﷻ untuk dirinya sendiri padahal dia adalah Khalīlullāh, dan juga untuk anak-anaknya supaya dijaga dari beribadah terhadap berhala. Lalu bagaimana dengan kita? Harusnya kita lebih semangat lagi mendoakan diri kita dan juga anak-anak kita supaya dijauhkan dari perbuatan syirik yang terlarang.

التَّاسِعَةُ: الاِعْتِبَارُ بِحَالِ الأَكْثَرِ؛ لِقَوْلِهِ: {رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ}

9. Bahwasanya beliau, yaitu Nabi Ibrāhīm ‘alaihis-salām, memperhatikan keadaan orang banyak, karena Allāh ﷻ menceritakan dalam ucapan beliau “Wahai Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia.” (QS. Ibrāhīm: 36).

Maksudnya apa? Beliau mengambil pelajaran (i‘tibāruhu bihāli al-aktsar), maksudnya adalah mengambil pelajaran dari kebanyakan orang yang ada di sekitarnya, karena banyak di antara mereka yang tersesat akhirnya menyembah berhala. Ketika beliau melihat banyaknya orang yang menyembah berhala, maka beliau takut bahwasanya fitnah kesyirikan tadi akan menimpa dirinya. Dan demikian seorang muslim melihat apa yang ada di sekitarnya berupa kerusakan, khawatir apabila kerusakan tadi juga menimpa dirinya.

العَاشِرَةُ: فِيهِ تَفْسِيرُ (لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ) كَمَا ذَكَرَهُ البُخَارِيُّ

10. Di dalam apa yang disebutkan di dalam sebagian dalil, ada tafsir lā ilāha illallāh, yaitu penjelasan dari kalimat lā ilāha illallāh, sebagaimana disebutkan oleh al-Imām al-Bukhārī. Mungkin maksud pengarang di sini adalah sabda Nabi ﷺ:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ

Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan dia menyembah kepada selain Allāh, karena tafsir lā ilāha illallāh adalah tidak boleh menyembah kecuali hanya kepada Allāh saja. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh. Ketika seseorang meninggal dunia dalam keadaan dia berdoa kepada selain Allāh, maka dia telah melawan dan juga menentang kalimat ini, kamā dzakarahu al-Bukhārī (sebagaimana disebutkan oleh al-Imām al-Bukhārī).

الحَادِيَةُ عَشْرَةَ: فَضِيلَةُ مَنْ سَلِمَ مِنَ الشِّرْكِ

11. Ada keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan. Selamat dari kesyirikan, maka dia akan masuk ke dalam surga.

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barang siapa yang bertemu dengan Allāh dalam keadaan tidak menyekutukan Allāh dengan sesuatu apa pun, maka dia akan masuk ke dalam surga. (HR. al-Bukhārī, Muslim)

Ini menunjukkan tentang keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan. Dengan demikian kita sudah menyelesaikan bab yang sangat penting ini, yaitu bab tentang kewajiban untuk takut terhadap kesyirikan.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Halaqah 25 | Kandungan-Kandungan Dalam Bab 04 – ilmiyyah.comimage_print

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link