Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-27 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.
Sampai kita pada bab yang kelima dari kitab ini, yaitu tentang
بَابُ الدُّعَاءِ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Beliau membawakan di sini satu ayat dan dua hadits Nabi ﷺ untuk menunjukkan tentang wajibnya berdakwah kepada tauhid, baik secara global maupun secara terperinci. Yang pertama adalah
وَقَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
Katakanlah, inilah jalanku; aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru (manusia) kepada Allāh di atas dasar ilmu yang nyata. (QS. Yusuf [12]: 108)
Dan firman Allāh ﷻ, Katakanlah: ini adalah jalanku, yaitu katakanlah wahai Muhammad, katakan kepada mereka hādhihi sabīlī — ini adalah jalanku yang aku berjalan di atasnya. Ini adalah cara beliau, ini adalah jalan beliau. Apa jalan beliau dan apa syiar utama dari jalan beliau? Ad‘ū ilallāh — aku berdakwah kepada Allāh.
Dan makna berdakwah kepada Allāh ada dua makna.
Makna yang pertama adalah berdakwah kepada Allāh maksudnya adalah berdakwah kepada tauhid, yaitu mengajak manusia untuk menyembah Allāh saja. Maka ini di antara makna berdakwah kepada Allāh, bukan kepada selain Allāh, tapi mengajak manusia untuk menyembah kepada Allāh saja.
Maka ini menunjukkan bahwasanya jalan Rasulullah ﷺ adalah berdakwah kepada tauhid. Dan kita adalah pengikut beliau ﷺ yang diperintahkan untuk mengikuti beliau. Namanya pengikut maka dia mengikuti; kalau jalan beliau adalah dakwah kepada tauhid, maka kita sebagai umat juga berdakwah kepada tauhid.
Allāh ﷻ mengatakan:
وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan ikutilah dia agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Al-A‘rāf [7]: 158)
Dan Allāh ﷻ juga mengatakan:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allāh dan (kedatangan) hari akhir serta banyak mengingat Allāh.” (QS. Al-Ahzāb [33]: 21)
Menunjukkan bahwasanya kita diharuskan untuk mengikuti Rasulullah ﷺ. Kalau memang ini adalah jalan beliau, maka jangan kita mengambil jalan yang lain. Kita ikuti jalan beliau, yaitu dengan berdakwah kepada tauhid.
Dan mengikuti beliau ﷺ adalah sebuah kewajiban. Allāh ﷻ berfirman:
فَاتَّبِعُوهُ وَاهْتَدُوا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Maka ikutilah dia dan hendaklah kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A‘rāf [7]: 158)
Dan makna yang lain, ad‘ū ilallāh — aku berdakwah dengan ikhlas. Aku berdakwah kepada Allāh, bukan kepada diriku sendiri. Mengajak manusia untuk mengenal Allāh, bukan mengenal da‘inya, atau ingin supaya manusia itu mengagungkan dirinya — tidak. Atau supaya mengagungkan yayasannya dan yang serupa — tidak. Itu semua adalah wasilah. Yang penting adalah bagaimana manusia itu mengenal Allāh.
Maka di antara makna ad‘ū ilallāh adalah ikhlas di dalam dakwahnya; tidak menginginkan dengan dakwah tadi tujuan-tujuan yang tidak benar.
Dan kedua makna ini saling mendukung satu dengan yang lain. Artinya seorang da‘i berdakwah kepada tauhid dan ikhlas di dalam berdakwah kepada tauhid.
Karena terkadang seseorang berdakwah kepada tauhid, mengajarkan Kitābut-Tauhīd, mengajarkan kitab-kitab ‘aqidah, tetapi dalam hatinya ada ketidakikhlasan di dalam menyampaikan dakwah tadi. Di sana ada niat yang tersembunyi yang tidak diridhai oleh Allāh.
Maka ad‘ū ilallāh adalah memiliki dua makna yang tadi kita sebutkan.
‘Alā bashīrah — di atas bashīrah. Yang dimaksud dengan bashīrah di sini adalah ilmu. Artinya, Nabi ﷺ berdakwah kepada tauhid dengan ilmu. Ini menunjukkan bahwa seorang da‘i yang ingin berdakwah kepada tauhid, dia harus mempelajari tentang apa yang akan dia sampaikan. Tidak boleh dia menyampaikan sesuatu yang dia tidak memiliki ilmunya.
Karena kalau dia sampai berdakwah sementara dia tidak memiliki ilmunya, dan dia tidak mempelajari terlebih dahulu apa yang akan dia sampaikan, maka dia akan menyesatkan manusia, bukan mengajak manusia kepada jalan Allāh, justru malah akan menyesatkan manusia dari jalan Allāh.
Maka dakwah harus didasarkan oleh ilmu, bukan hanya berdasarkan semangat untuk menyampaikan, semangat untuk memberikan hidayah, tapi harus disertai dengan ilmu.
Dan ilmu tidak didapatkan dengan mudah. Di sana harus ada perkara-perkara yang dilakukan oleh seorang penuntut ilmu supaya dia mendapatkan ilmu yang benar.
Dia harus mencari seorang guru yang berada di atas akidah yang shahihah, dan mempelajari kitab-kitab bersama beliau, dari kitab-kitab yang paling mudah, yang paling sederhana, kemudian meningkat dan meningkat sampai pada keadaan di mana dia mampu untuk mempelajari dan membaca kitab-kitab itu sendiri.
Dan ini perlu waktu yang panjang. Tidak bisa kita hanya mempelajari satu atau dua minggu, satu bulan atau dua bulan — memerlukan waktu yang panjang. Sehingga sampai seseorang pada tingkatan di mana dia siap untuk mendakwakan agama ini kepada manusia.
Apakah ini hanya beliau saja? Beliau mengatakan: ana wa man ittaba‘anī — “Aku dan orang-orang yang mengikuti aku.”
Yaitu orang-orang yang mengikuti beliau ﷺ juga berdakwah kepada Allāh. Jadi, pengikut Nabi juga punya perhatian terhadap tauhid, mendakwakan manusia kepada tauhid.
Ini menunjukkan tentang wajibnya pengikut-pengikut beliau untuk berdakwah kepada tauhid dan memprioritaskan dakwah tauhid ini sebelum yang lain. Karena ini adalah sifat dari pengikut beliau ﷺ: ana wa man ittaba‘anī — “Aku dan orang-orang yang mengikuti aku.”
Sehingga orang-orang yang tidak memiliki perhatian tentang dakwah tauhid, dan cenderung dia menyepelekan, meringankan tentang masalah tauhid ini, maka dia telah menyelisihi jalan Rasulullah ﷺ.
Dan cukup itu menjadi tanda jauhnya dia dari jalan yang lurus. Karena jalan yang lurus — jalannya Rasulullah ﷺ — syiarnya yang utama adalah tauhid ini.
Ini adalah ayat yang pertama, menunjukkan tentang wajibnya seseorang untuk mendakwahkan kepada tauhid.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته