Ketika Rasa Takut kepada Allah Menjadi Sumber Ketenteraman Jiwa
Ketika Rasa Takut kepada Allah Menjadi Sumber Ketenteraman Jiwa
Allah ta’ala berfirman:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Dan bagi orang yang takut akan kedudukan Tuhannya, ada dua surga. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 46–47)
Musuh Allah selalu membesar-besarkan kebatilan, menghiasinya, dan menyesatkan orang agar menjauh dari kebenaran. Mereka mencela siapapun yang menolak kesesatan mereka.
Mereka juga menakut-nakuti orang-orang yang berada di atas kebenaran agar mundur dari jalan Allah, dengan ancaman dan cerita-cerita palsu.
Allah juga berfirman:
وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Dan mereka menakut-nakutimu dengan sembahan selain Allah. Padahal siapa yang disesatkan Allah, tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.” (QS. Az-Zumar: 36)
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan makna firman Allah:
وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ
“Mereka menakut-nakutimu dengan sembahan selain Allah”
Bahwa orang-orang musyrik menakut-nakuti Nabi Muhammad ﷺ akan bahaya dari berhala-berhala mereka. Mereka berkata, “Apakah engkau mencela tuhan-tuhan kami? Jika engkau tidak berhenti, mereka akan mencelakaimu atau membuatmu gila.”
Qatadah berkata, “Khalid bin Walid pernah berjalan menuju berhala al-‘Uzza untuk menghancurkannya dengan kapak. Penjaganya berkata, ‘Aku peringatkan engkau wahai Khalid, karena berhala ini punya kekuatan yang tak ada yang sanggup menahannya.’ Tapi Khalid langsung menghantam wajahnya dan mematahkannya. Ancaman mereka kepada Khalid itu juga merupakan bentuk ancaman kepada Nabi ﷺ, karena Nabi-lah yang mengutus Khalid.”
Tentang khasyyah (takut disertai pengagungan) dalam Al-Qur’an
Rasa takut (khasyyah) kepada Allah adalah sifat fitrah manusia yang tingkatannya berbeda-beda. Semakin seseorang mengenal Allah, memahami keagungan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin besar rasa takutnya kepada-Nya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” (QS. Fathir: 28)
Semakin besar khasyyah seseorang kepada Allah, maka Allah akan cabut rasa takutnya terhadap musuh-musuh-Nya. Ia menjadi rendah hati di hadapan Allah, tapi berani dan tegas menghadapi musuh Allah.
Sebaliknya, jika khasyyah kepada Allah lemah, maka ia akan takut kepada segala sesuatu, hidup dalam kegelisahan dan ketakutan, tanpa ketenangan.
يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ
“Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan ditujukan kepada mereka.” (QS. Al-Munafiqun: 4)
Namun, rasa takut ini tidak menafikan pentingnya usaha lahiriah (sebab), seperti berhati-hati dan menyesuaikan diri dengan situasi, sebagaimana Islam pun mensyariatkan shalat khauf (shalat dalam kondisi takut).
7 Ayat Penting tentang Khasyyah (Takut kepada Allah):
- Orang beriman hanya takut kepada Allah, bukan manusia
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Orang-orang beriman diberitahu bahwa musuh telah berkumpul menyerang, namun justru keimanan mereka bertambah dan berkata: Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)
- Takut kepada Allah adalah perlindungan terbaik
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Ingatlah saat kalian sedikit, lemah, dan takut diserang, lalu Allah lindungi dan beri rezeki. Maka bersyukurlah”. (QS. Al-Anfal: 26)
- Setan menakut-nakuti melalui para pengikutnya
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Itulah setan yang menakut-nakuti kalian dengan pengikutnya, maka jangan takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kalian beriman”. (QS. Ali ‘Imran: 175)
- Allah menjaga orang-orang yang takut kepada-Nya
قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
Musa dan Harun berkata: “Kami takut ia (Fir’aun) berlaku zalim.” Allah menjawab: “Jangan takut, Aku bersama kalian, Aku mendengar dan melihat.” (QS. Thaha: 45–46)
- Yang paling takut kepada Allah adalah yang paling mudah menerima kebenaran
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى
“Dalam kisah-kisah itu ada pelajaran bagi orang yang takut kepada Allah”. (QS. An-Nazi’at: 26)
- Takut kepada Allah bahkan bisa terjadi pada makhluk selain manusia
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Seandainya Al-Qur’an diturunkan kepada gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah karena takut kepada Allah”. (QS. Al-Hasyr: 21)
- Orang yang takut kepada Allah meski tak melihat-Nya akan mendapat pahala besar
إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang takut kepada Tuhannya dalam keadaan tidak melihat, bagi mereka ampunan dan pahala besar”. (QS. Al-Mulk: 12)
Nabi ﷺ sangat takut kepada Allah, bahkan dalam hal kecil sekalipun. Contohnya, beliau melarang cucunya Hasan bin Ali memakan satu butir kurma dari harta sedekah karena sedekah tidak halal bagi beliau.
Beliau bersabda:
عينان لا تمسهما النار: عين بكت من خشية الله، وعين باتت تحرس في سبيل الله
“Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi)
Nabi ﷺ juga mendidik para sahabat untuk memiliki rasa takut kepada Allah yang positif — yang mendorong taat, memperbaiki akhlak, dan mencapai ketakwaan. Para sahabat meneladani beliau hingga menjadi contoh luar biasa dalam hal ini.
Penutup
Maka kini, tanyalah diri: Di manakah posisi kita dalam rasa takut kepada Allah Yang Maha Agung?
Sementara seluruh makhluk tunduk dalam gemetar, Langit dan bumi bertasbih dalam takut yang penuh cinta, Malaikat Jibril pun — dalam peristiwa Isra — terdiam seperti kain lusuh,
Karena takutnya kepada Allah, penuh hormat dan pengagungan. Andai rasa takut itu hadir di hati kita sebagaimana yang Allah cintai, Niscaya berkah turun dari langit dan bumi,
Masalah lenyap, hati tenang, Dan dunia pun bersinar dengan cahaya Rabb-nya. Hingga kenikmatan akhirat pun terasa sejak di dunia. Ya Allah, tanamkan dalam hati kami rasa takut yang mendalam kepada-Mu, takut yang menghalangi kami dari maksiat, takut yang menjadikan kami dekat dengan ketaatan, takut yang melapangkan jalan menuju ridha dan surga-Mu.
Jadikan hati kami hidup dengan iman, tunduk dalam khusyuk, dan selalu rindu untuk kembali kepada-Mu dalam keadaan terbaik. Ya Allah, jangan palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, karuniakan kepada kami husnul khatimah, dan pertemukan kami dengan Nabi-Mu tercinta di surga-Mu yang abadi.
Amin ya Rabbal ‘alamin._