Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-29 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.
وَلَهُمَا: عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ يَوْمَ خَيْبَرَ
Dan di dalam Shahih Bukhari dan juga Muslim dari Sahl ibn Sa’ad, Rasulullah ﷺ berkata pada saat dibukanya Khaybar — yaitu ketika akan perang Khaybar —
لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ؛
“Aku akan memberikan besok bendera ini kepada seseorang yang dia cinta kepada Allāh dan juga Rasul-Nya, dan Allāh pun cinta kepada dia dan juga Rasul-Nya.” Yaitu Allāh dan Rasul-Nya juga cinta kepada laki-laki tersebut.
يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ
Allāh ﷻ akan memenangkan peperangan dengan kepemimpinan laki-laki tersebut.
Bahwa Khaybar akan dibuka dan mereka akan dikalahkan dengan sebab kepemimpinan orang ini. Para sahabat radhiyallāhu ‘anhum ketika mendengar ucapan Nabi ﷺ, ucapan ini masuk ke dalam hati mereka; masing-masing dari mereka ingin menjadi laki-laki tersebut.
Pertama, diberikan amanah untuk memegang bendera; kemudian ternyata laki-laki tersebut cinta kepada Allāh dan Rasul-Nya, dan Allāh dan Rasul-Nya cinta kepadanya. Selanjutnya, Allāh akan memenangkan peperangan ini dengan kepemimpinan orang itu. Maka masing-masing sahabat ingin menjadi orang tersebut.
فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ، أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا
Maka manusia bermalam dalam keadaan tidak tidur, saling berbicara satu dengan yang lain: siapakah laki-laki yang besok kira-kira akan mendapatkan kehormatan ini? Siapakah yang akan diberikan bendera tersebut?
فَلَمَّا أَصْبَحُوا، غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
Ketika masuk waktu pagi, segera mereka datang kepada Rasulullah ﷺ. Apa yang mereka inginkan?
كُلُّهُمْ يَرْجُو أَنْ يُعْطَاهَا
Masing-masing dari mereka berharap bahwasanya dialah yang diberikan bendera tersebut. Ini menunjukkan bagaimana para sahabat ingin mendapatkan keutamaan yang besar ini: menjadi sebab ditinggikannya kalimat Allāh, menjadi orang yang cinta kepada Allāh dan juga Rasul-Nya, dan Allāh serta Rasul-Nya cinta kepadanya. Maka ini adalah keutamaan yang besar.
فَقَالَ: «أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ؟
Lalu Nabi Muḥammad ﷺ berkata, “Di mana ‘Alī ibn Abī Ṭālib?” Setelah para sahabat berkumpul dan beliau ingin memberikan bendera, ternyata tidak melihat ‘Alī. Maka beliau bertanya, “Di mana ‘Alī ibn Abī Ṭālib?”
فَقِيلَ: هُوَ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ
Dikatakan kepada beliau bahwa ‘Alī sedang sakit kedua matanya — itulah yang menjadikannya tidak mendatangi perkumpulan di pagi hari tersebut, yaitu kedua matanya dalam keadaan sakit.
فَأَرْسَلُوا إِلَيْه
Maka mereka pun mengutus utusan kepada ‘Alī ibn Abī Ṭālib, karena Nabi ﷺ menanyakan ‘Alī akhirnya merekapun mengutus untuk mendatangkan ‘Alī ibn Abī Ṭālib.
فَأُتِيَ بِهِ
Maka didatangkan ‘Alī ibn Abī Ṭālib,
فَبَصَقَ فِي عَيْنَيْهِ
Nabi ﷺ pun meludah pada kedua mata ‘Alī ibn Abī Ṭālib,
وَدَعَا لَهُ
kemudian Beliau mendoakan, yaitu mendoakan dengan kesembuhan.
فَبَرَأَ حَتَّى كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ
Maka beliau radhiyallāhu ‘anhu sembuh seketika, seakan-akan belum pernah ada sakit sebelumnya.
Karena biasanya orang yang sembuh itu bertahap, pelan-pelan menuju kesembuhan. Namun di sini termasuk mu‘jizat Nabi ﷺ: ketika diludahi dan didoakan oleh Nabi ﷺ, maka sembuh kedua mata ‘Alī ibn Abī Ṭālib, seakan-akan sebelumnya tidak ada sakit matanya.
فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ
Maka Nabi ﷺ pun memberikan kepada ‘Alī bendera,
فَقَالَ: «اُنْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ
lalu Nabi ﷺ bersabda: “Berjalanlah kamu pelan-pelan”, artinya jagalah ketenangan, tidak perlu tergesa-gesa, atau teriak-teriak, dan lain-lain. Berjalanlah, dengan tenang,
حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ
sampai engkau kepada halaman mereka atau sampai ke halaman mereka, di depan benteng-benteng orang-orang Yahudi. Kalau sudah sampai sana,
ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلَامِ
kemudian ajaklah mereka untuk Islam.
Di sini adalah syahid, Beliau ﷺ memerintahkan ‘Alī setelah sampai dekat mereka dan mereka mendengar ucapan, untuk mendakwahkan mereka, mengajak mereka kepada Islam. Apa yang dimaksud dengan Islam? Menyerahkan diri kepada Allāh dengan mentauhidkan Allāh, yaitu ajak mereka untuk bersyahadat lā ilāha illallāh, ajak mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh.
Dan ucapan beliau ud‘uhum (dakwahilah mereka), ini adalah perintah, dan asal dari perintah adalah kewajiban, menunjukkan tentang wajibnya berdakwah kepada tauhid. Dan inilah yang pertama kali didakwahkan oleh ‘Alī ibn Abī Ṭālib radhiyallāhu ‘anhu, dan inilah yang pertama kali diperintahkan oleh Nabi ﷺ.
وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ تَعَالَى فِيهِ
Dan kabarkan kepada mereka tentang apa yang wajib atas mereka berupa hak Allāh.
Kita dahulukan yang wajib-wajib terlebih dahulu. Kita kabarkan tentang kewajiban shalat, kita kabarkan tentang kewajiban zakat. Ini termasuk hak Allāh. Termasuk di antaranya adalah larangan untuk melakukan berbagai hal yang diharamkan, termasuk di antaranya adalah dosa-dosa besar. Maka ini di antara yang wajib untuk dilakukan oleh seseorang: meninggalkan perkara yang diharamkan. Kita sampaikan.
Termasuk di antara yang wajib adalah mentauhidkan Allāh. Berarti dalam kalimat beliau,
وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ تَعَالَى فِيهِ
di dalamnya juga ada kandungan untuk menyampaikan tauhid, karena tauhid ini termasuk yang diwajibkan.
Kemudian beliau mengatakan,
فَوَاللَّهِ، لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Maka demi Allāh,” kata Nabi ﷺ — beliau bersumpah, dan beliau ﷺ adalah ash-shādiq al-mashdūq, orang yang jujur dan tidak didustakan. Seandainya beliau tidak bersumpah, maka apa yang beliau sampaikan adalah benar adanya. Dan ketika beliau ﷺ bersumpah, menunjukkan bahwasanya perkara ini besar.
Beliau mengatakan, “Sungguh Allāh ﷻ memberikan hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu,” yaitu engkau mengajak kepada Islam, mengajak kepada lā ilāha illallāh, ada di antara mereka yang mau masuk ke dalam agama Islam. Maka itu khairun laka — itu lebih baik bagi dirimu — daripada ḥumrin na‘am (unta merah)
Yang dimaksud dengan unta merah di sini adalah unta putih, kadang orang Arab mengatakan “merah” maksudnya adalah “putih”. Dan ini adalah harta mereka yang paling berharga. Kalau ada di antara mereka yang memiliki unta putih ini, maka ini menunjukkan bagaimana orang tersebut memiliki kekayaan, bagaimana orang tersebut memiliki bagian yang besar.
Maka Nabi ﷺ mengatakan, “Allāh ﷻ memberikan hidayah kepada seseorang dengan sebab dirimu, meskipun hanya satu orang. Di antara sepuluh ribu orang, misalnya, engkau mendakwahi, ternyata satu orang saja yang mendapatkan hidayah kepada tauhid, masuk ke dalam agama Islam, khairun laka min ḥumrin na‘am — itu lebih baik daripada unta merah atau unta putih.”
Beliau ingin memberikan semangat kepada ‘Alī ibn Abī Ṭālib radhiyallāhu ‘anhu untuk menyampaikan Islam. Dakwah itu adalah asal dari apa yang dibawa oleh agama Islam, yaitu bagaimana manusia itu mengenal Allāh, bagaimana mereka mengesakan Allāh di dalam ibadah.
Perang ini bukan tujuan utama; itu adalah sekadar wasilah bagaimana manusia itu mau mengesakan Allāh di dalam ibadah. Kalau mereka sudah masuk ke dalam agama Islam, untuk apa berperang? Itu bukan tujuan yang asal, tapi tujuannya adalah i‘lā’u kalimatillāh, ingin meninggikan kalimat Allāh, itu saja.
Beliau mengatakan
قَوْلُهُ: «يَدُوكُونَ» أَيْ: يَخُوضُونَ
Yang dimaksud dengan yadukūna maksudnya adalah yakhudhūna. Dan yakhudhūna maksudnya adalah berbicara — mereka berbicara siapa di antara para sahabat yang akan mendapatkan keutamaan tersebut. Jadi, di malam itu mereka sibuk dan meraba-raba siapa di antara sahabat yang akan mendapatkan keutamaan tadi.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



