Halaqah 33 | Pembahasan QS. At-Taubah 31 dan QS. Al-Baqarah 165 – ilmiyyah.com

Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-33 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.

Masuk kita pada bab yang keenam di dalam kitab ini, yaitu

بَابُ تَفْسِيرِ التَّوْحِيدِ وَشَهَادَةِ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Beliau akan menyebutkan beberapa ayat dan juga menyebutkan hadits Nabi ﷺ yang menunjukkan kepada kita sebenarnya apa hakikat dari tauhid ini. Kita lihat ayat apa saja yang akan dibawakan oleh pengarang rahimahullāh di dalam bab ini.

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَـٰهًا وَاحِدًا لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا

Mereka menjadikan orang-orang alim (pendeta) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allāh, dan juga al-Masīh putra Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Mahasuci Allāh dari apa yang mereka persekutukan. (QS. at-Tawbah [9]: 31)

Dan juga firman Allāh: mereka menjadikan pendeta-pendeta mereka dan ahli ibadah mereka sebagai rabb-rabb selain Allāh. Dan makna Rabb di sini adalah yang disembah. Mereka menjadikan ahbār mereka, pendeta-pendeta mereka, dan ahli ibadah mereka sebagai Rabb selain Allāh — yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karena mereka — dan nanti akan datang bab khusus tentang masalah ini — menjadikan pendeta-pendeta tersebut dan ahli ibadah tersebut sekutu bagi Allāh di dalam masalah pensyariatan.

Kalau mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh, mereka ikut mengharamkan. Dan kalau mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allāh, maka mereka ikut menghalalkan, padahal mereka tahu itu bertentangan dengan hukum Allāh. Apa yang mereka lakukan ini dinamakan oleh Nabi ﷺ

فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ

Itulah ibadah mereka.

Ketika seseorang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allāh, atau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh, mengikuti para pembesar, para tokoh, maka ini sudah menjadikan dia sekutu bagi Allāh di dalam masalah tashrī‘, yaitu di dalam masalah pensyariatan. Tidak ada yang berhak untuk menentukan syariat kecuali Allāh ﷻ. Ini sudah menyelisihi kalimat tawhīd. Perbuatan seperti ini menyelisihi tawhīd.

Jadi, di antara penyelisihan terhadap tawhīd adalah menyekutukan Allāh di dalam masalah tashrī‘. Ini termasuk yang bertentangan dengan tawhīd. Jadi, bukan hanya ibadah diserahkan kepada selain Allāh, tapi termasuk di antaranya adalah menyerahkan ketaatan mutlak kepada selain Allāh. Ini bertentangan dengan tawhīd.

Kemudian juga kelanjutan dari ayat ini, Allāh mengatakan:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَـٰهًا وَاحِدًا

Padahal tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah satu Tuhan saja.

Ini menunjukkan bahwasanya apa yang mereka lakukan tadi, اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ, bertentangan dengan perintah yang telah diperintahkan kepada mereka.

Apa yang Allāh perintahkan kepada Ahlul Kitāb? Untuk mengesakan Allāh, إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَـٰهًا وَاحِدًا — supaya mereka menyembah kepada Allāh yang satu saja.

لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia. Mahasuci Allāh dari apa yang mereka persekutukan. (QS. at-Taubah [9]: 31)

Menunjukkan bahwasanya pengertian tawhīd adalah mengesakan Allāh di dalam ibadah, menyerahkan ibadah hanya kepada Allāh, dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allāh. Masuk di dalamnya adalah mengesakan Allāh di dalam masalah tashrī‘, yaitu dalam masalah pensyariatan, kita mengikuti Allāh saja dan mengikuti syariat-Nya, bukan mengikuti apa yang diucapkan oleh manusia.

Kemudian beliau mengatakan,

وَقَوْلُهُ تَعَالَى: وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allāh; mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allāh. (QS. al-Baqarah [2]: 165)

Dan di antara manusia ada yang mengambil sekutu-sekutu selain Allāh, mencintai mereka sebagaimana mereka mencintai Allāh. Di antara manusia ada yang mengambil sekutu selain Allāh, andādan, yaitu yang sebanding atau dianggap sebanding dengan Allāh ﷻ, menyamakan mereka ini dengan Allāh. Inilah yang dimaksud dengan sekutu, menyembah mereka dan menyerahkan ibadah kepada mereka. Ini namanya i‘tiqād andād min dūnillāh, menjadikan tandingan-tandingan bagi Allāh ﷻ.

Apa sifat mereka? Yuḥibbūnahum ka ḥubbillāh, mereka mencintai sesembahan-sesembahan tersebut sebagaimana mereka mencintai Allāh. Bagaimana mencintai Allāh? Mencintai dengan cinta ibadah, berarti mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut dengan kecintaan yang merupakan ibadah. Dan ini adalah kesyirikan, karena mahabbah (rasa cinta) ini termasuk bagian dari ibadah kepada Allāh ﷻ.

Allāh senang dan Allāh cinta apabila kita mencintai Allāh, dan Allāh memberikan pahala bagi orang yang mencintai Allāh. Disebutkan dalam hadits, ayakūnallāhu wa rasūluhu aḥabba ilaihi mimmā siwāhumā, hendaklah dia mencintai Allāh dan Rasul-Nya lebih dari cintanya kepada yang lain. Mencintai Allāh adalah ibadah.

Nah, orang-orang ini mencintai sesembahan-sesembahan tadi seperti kecintaan kepada Allāh. Berarti kecintaan mereka kepada sesembahan-sesembahan tadi adalah kecintaan yang merupakan ibadah kepada sesembahan-sesembahan itu. Maka ini syirik, ini sudah bertentangan dengan kalimat tauhid, karena menyerahkan mahabbah yang merupakan ibadah kepada selain Allāh.

Harusnya, kalau sudah tahu bahwa itu adalah ibadah, maka dia hanya menyerahkannya kepada Allāh ﷻ. Sehingga ayat ini menunjukkan tentang tafsir tauhid dan bahwasannya pengertian tauhid adalah harus menyerahkan seluruh jenis ibadah kepada Allāh saja, termasuk di antaranya adalah mahabbah. Ini termasuk jenis ibadah yang harus diserahkan kepada Allāh ﷻ. Kalau diserahkan kepada selain Allāh, maka terjerumus ke dalam kesyirikan.

Jadi, sudah berlalu bahwa yang namanya mentauhidkan Allāh itu dari sisi rajā’ harus mentauhidkan Allāh, kemudian juga takut harus mentauhidkan Allāh, kemudian mahabbah juga harus diserahkan kepada Allāh saja. Termasuk di antaranya adalah ketaatan hanya kepada Allāh saja, bukan kepada ulama atau pembesar, menjadikan apa yang mereka ucapkan seakan-akan sejajar dengan wahyu, sehingga bisa menghalalkan apa yang diharamkan dan mengharamkan apa yang dihalalkan.

Baik, ayat-ayat ini menunjukkan tentang pengertian tauhid dan bahwasannya tauhid mengharuskan seseorang untuk mengesakan Allāh di dalam ibadah.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Halaqah 33 | Pembahasan QS. At-Taubah 31 dan QS. Al-Baqarah 165 – ilmiyyah.comimage_print

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link