Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله
Halaqah yang ke-37 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.
وَقَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ﴾ الآيَةَ
Dan juga Firman Allāh ﷻ: Katakanlah, “Apakah pendapat kalian, kabarkan kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allāh, kalau Allāh menghendaki aku untuk mendapat mudharat. Artinya seandainya Allāh ingin memudharati aku, apakah yang kalian sembah ini bisa menyingkap, bisa menghalangi, dan bisa mengangkat mudharat tersebut?
Allāh ﷻ menginginkan untuk memudharati aku, apakah yang kalian sembah selain Allāh—Lātā, ‘Uzzā, Hubal, dan selainnya—itu bisa menyingkap mudharat tadi, bisa menghilangkan mudharat tadi?”
Tentunya orang-orang musyrikin, yang mereka mengakui bahwa Allāh ﷻ Dia yang menciptakan, memberikan rezeki, dan mengatur alam semesta, tentunya jawaban mereka tidak mungkin. Kalau Allāh ﷻ menghendaki untuk memberikan mudharat, bagaimana Lātā, ‘Uzzā, dan lain-lain ini bisa menghindarkan mudharat tadi?
Ini kelengkapan ayatnya:
أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَٰتُ رَحْمَتِهِۦ
Kalau misalnya Allāh ingin memberikan rahmat kepadaku, ingin menyayangiku, ingin memberikan aku sesuatu, apakah mereka ini bisa menahan rahmat Allāh sehingga rahmat tadi tidak sampai kepadaku? Bisa tidak mereka melakukan yang demikian? Tentunya jawabannya: tidak bisa.
Kalau Allāh ﷻ menghendaki untuk memberikan rahmat kepada seorang hamba, tidak ada seorang pun yang bisa menahan rahmat tersebut. Dialah Allāh ﷻ Al-Malik, Dialah Al-Qahhār, Dialah yang menguasai segala sesuatu, dan Dialah Raja Diraja.
Kalau Allāh menghendaki sesuatu, tidak ada yang bisa menolaknya. Kalau memang keadaannya demikian—ternyata mereka lemah, tidak bisa melawan apa yang Allāh inginkan, Allāh mau menurunkan manfaat, Allāh mau menurunkan mudharat—ternyata sesembahan-sesembahan selain Allāh itu tidak bisa apa-apa, tidak bisa melawan. Kalau memang demikian,
قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ
Katakanlah yang mencukupi aku adalah Allāh.
Hasbi artinya kāfī. Kalau memang mereka-mereka ini tidak bisa berbuat apa-apa, Allāh menginginkan demikian, mereka tidak bisa berbuat apa-apa; Allāh menginginkan demikian, mereka juga lemah—kalau demikian hasbiyallāh, cukuplah Allāh bagiku. Allāh, Dialah yang akan mencukupi aku, yaitu menolak mudharat dariku, dan Dialah yang akan memberikan rahmat kepadaku.
Ini menunjukkan bahwasanya segala sesuatu yang disembah selain Allāh itu dalam keadaan lemah. Nah, termasuk di antaranya—kenapa beliau berdalil dengan ayat ini—termasuk sesuatu yang dijadikan tempat bergantung bagi sebagian manusia, yang berupa barang, kalung, sabuk, atau gelang, mereka bergantung kepada benda-benda tersebut. Itu juga sama keadaannya: kalau Allāh menghendaki kebaikan, rahmat, dia tidak bisa menolaknya; dan kalau Allāh menghendaki mudharat, dia juga tidak bisa menolaknya.
Oleh karena itu, qul hasbiyallāh, katakanlah, “Hasbiyallāh—yang mencukupi aku adalah Allāh, aku tidak perlu yang lain.” Ini menunjukkan kebatilan orang-orang yang menjadikan logam atau benang tadi sebagai barang yang digunakan untuk mengangkat balā’ atau digunakan untuk menolak balā’.
قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
Katakanlah, “Allāh, Dialah yang mencukupi aku,” dan hanya kepada Allāh saja bertawakal orang-orang yang bertawakal.
Cukup bertawakal kepada Allāh, bergantung kepada Allāh saja. Untuk apa kita bergantung kepada benda-benda tersebut, padahal dia adalah benda yang lemah, makhluk, yang tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allāh ﷻ, bahkan dia adalah yang diatur oleh Allāh.
Ini jelas menunjukkan kewajiban kita untuk bertawakal hanya kepada Allāh dan meninggalkan barang-barang yang diyakini itu sebagai sebab untuk menolak balā’ atau mengangkat sebuah musibah.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


