Halaqah 46 | Penjelasan Umum Bab 09 – ilmiyyah.com

Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-46 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.

Bab yang insyaAllāh akan kita pelajari bersama hari ini adalah bab yang ke-9, yaitu tentang orang yang bertabarruk dengan pohon atau batu atau yang semisalnya. Beliau mengatakan rahimahullah:

بَابُ مَنْ تَبَرَّكَ بِشَجَرٍ أَوْ حَجَرٍ وَنَحْوِهِمَا

Bab orang yang bertabarruk dengan pohon atau batu atau yang semisalnya.

Maksudnya adalah bahwasanya perbuatan ini adalah termasuk kesyirikan. Dan kesyirikan yang terjadi di sini bisa kesyirikan yang besar dan juga bisa kesyirikan yang kecil. Sehingga beliau rahimahullah mendatangkan bab ini karena ini bertentangan dengan kalimat lā ilāha illāllāh, yang melazimkan orang yang mengucapkannya untuk meninggalkan kesyirikan dengan berbagai jenisnya, baik syirik yang kecil maupun syirik yang besar. Maka orang yang bertabarruk dengan pohon atau dengan batu atau yang semisalnya, dia telah melakukan kesyirikan.

Yang dimaksud dengan tabarraka adalah mencari barakah, dan yang dimaksud dengan barakah adalah banyaknya sebuah kebaikan dan langgengnya kebaikan tersebut. Jadi di dalam sesuatu yang berbarakah itu dua perkara: yang pertama, dia adalah kebaikan yang banyak, bukan kebaikan yang sedikit; kemudian yang kedua, dia langgeng, artinya kebaikan tersebut diambil kebaikannya dalam waktu yang lama, bukan dimanfaatkan dan diambil kebaikannya hanya dalam waktu yang sebentar. Kalau terkumpul di dalam sebuah perkara dua sifat ini, yaitu banyaknya kebaikan dan langgengnya kebaikan tersebut, maka ini dinamakan dengan sesuatu yang berbarakah.

Man tabarraka—orang yang mencari barakah, karena tabarraka artinya adalah thalabul barakah, mencari barakah. Orang yang mencari barakah dengan pohon atau dengan batu dan yang semisalnya, ini ada dua makna.

Makna yang pertama: dia mencari berkah dari pohon tersebut atau dari batu tersebut, yaitu meyakini bahwasanya yang memberkahi, yang mengeluarkan barakah, yang menjadikan sesuatu itu banyak kebaikannya dan langgeng kebaikannya adalah pohon atau batu tersebut. Maka ini syirik yang besar. Karena tidak ada yang memberkahi kecuali Allāh ﷻ. Allāh ﷻ Dia-lah Dzat yang berbarakah.

Allāh ﷻ Dia-lah yang tabārak, Dia-lah yang berbarakah, dan Dia-lah Allāh ﷻ yang menurunkan berkah. Dia-lah yang memiliki keberkahan, dan Dia-lah yang berbarakah, dan Dia-lah yang menurunkan berkah, menjadikan sesuatu itu banyak kebaikannya dan langgeng kebaikannya. Siapa yang melakukan itu semua? Tidak lain kecuali Allāh ﷻ.

Allāh ﷻ Dia-lah yang memberkahi sebagian waktu dan memberkahi sebagian tempat, menjadikan sebuah benda itu berbarakah. Maka yang melakukan adalah Allāh ﷻ. Disebutkan dalam ayat, Allāh mengatakan:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Mahasuci Dzat yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami. Dan sungguh, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isrā’: 1).

Mahasuci Allāh Dzat yang telah menggerakkan atau menjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjidil Harām ke Masjidil Aqshā, yang kami berkahi, di tempat yang kami berkahi, apa yang ada di sekitarnya. Menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ menurunkan berkah terhadap tempat tersebut. Siapa yang memberkahi dan siapa yang menurunkan berkah? Allāh ﷻ.

Kemudian Allāh ﷻ juga memberkahi bulan Ramadhan. Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi ﷺ ketika beliau mengabarkan dengan kabar gembira kepada para sahabatnya.

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang berbarakah.

Maka harus kita yakini bahwasanya bulan yang berbarakah. Allāh ﷻ Dia-lah yang menjadikan bulan ini menjadi bulan yang berbarakah. Di situ Allāh ﷻ banyak mengampuni para hamba yang melakukan shalat tarāwīh karena iman dan juga mengharap pahala dari Allāh. Orang yang berpuasa di siang hari karena iman dan juga mengharap pahala dari Allāh. Diampuni dosa yang telah lalu.

Diturunkan di dalamnya Al-Qur’ān. Dan disunahkan i‘tikāf pada 10 hari yang terakhir. Yang di dalam i‘tikāf banyak orang yang mendapatkan hidayah, mendekatkan diri kepada Allāh.

Kemudian di bulan Ramadhan ada malam Laylatul Qadr, di mana malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Dan bulan itu adalah bulan yang dianjurkan untuk banyak bersedekah. Ini menunjukkan tentang berkahnya bulan ini. Maka kita yakini bahwasanya bulannya adalah bulan yang berbarakah karena Allāh ﷻ Dia-lah yang menurunkan keberkahan tadi.

Di dalam sebuah ayat Allāh ﷻ menjelaskan bahwasanya rumah Allāh, yaitu Al-Ka‘bah, ini adalah rumah yang berbarakah. Allāh mengatakan.

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allāh jadikan untuk ibadah manusia adalah yang ada di Bakkah, yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (QS. Āli ‘Imrān: 96)

Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allāh jadikan untuk ibadah manusia adalah yang ada di Makkah. Dan nama lain dari Makkah adalah Bakkah. Kemudian Allāh mengatakan مُبَارَكًا Allāh jadikan rumah tersebut adalah rumah yang berbarakah. Banyak kebaikannya. Dan shadaqallāh. Benar apa yang Allāh ucapkan. Berapa berkah yang kita dapatkan, yang kita lihat dari adanya rumah Allāh ﷻ. Mulai dari berkah yang berkaitan dengan agama. Dengan pahala. Disyari’atkannya umrah. Disyari’atkannya haji. Dan di antara rukunnya adalah thawāf di Baitullāh.

Kemudian dari sisi dunia, ketika manusia berbondong-bondong datang ke Makkah, berapa banyak pihak yang mereka mengambil faedah dari kedatangan kaum muslimin ke Makkah dalam rangka mereka ibadah umrah maupun ibadah haji. Dari sisi agama kita melihat keberkahan dari rumah Allāh ﷻ. Dan dari sisi dunia kita juga melihat keberkahan tersebut. Bahkan orang-orang yang mereka tidak taat, atau bahkan orang-orang yang kafir sekalipun, juga ada di antara mereka yang merasakan keberkahan dari adanya rumah Allāh ﷻ.

Syahidnya di sini bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang berbarakah, dan Dia-lah yang menjadikan sebagian makhluk-Nya adalah makhluk yang berbarakah.

Ada tempat yang diberkahi oleh Allāh. Ada waktu yang diberkahi oleh Allāh. Ada benda yang diberkahi oleh Allāh. Ada makhluk hidup yang diberkahi oleh Allāh. Di dalam sebuah ayat ketika Allāh ﷻ menceritakan tentang ucapan ‘Īsā alaihis salam, beliau mengatakan

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا

Dan Allāh telah menjadikan aku sebagai orang yang berbarakah.

Orang yang banyak kebaikannya, dicontoh oleh orang lain, diikuti ucapannya, diteladani. Demikian pula berkah duniawiah ketika dia berada di mana saja manusia bisa mengambil manfaat dari beliau.

Dan di dalam ayat yang lain Allāh mengatakan

وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰ إِسْحَاقَ

Dan Kami telah berkahi Ibrāhīm dan juga Ishāq.

Menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang memberkahi.

Sehingga orang yang meyakini bahwasanya pohon itulah yang memberkahi, atau batu itulah yang memberkahi, maka ini jelas akidah yang bātilah. Dan orang yang memiliki keyakinan ini, dia telah menyekutukan Allāh dengan syirik yang besar karena meyakini bahwasanya selain Allāh ﷻ itulah yang memberikan berkah. Dan ini sebuah penyimpangan dan keyakinan yang bātil. Dan orang yang meyakininya, dia telah terjerumus ke dalam syirk yang besar.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link