Pedoman Mandi Junub Ketika Terluka

Pedoman Mandi Junub Ketika Terluka

59 mins yang lalu
Pedoman Mandi Junub Ketika Terluka

Pedoman Mandi Junub Ketika Terluka

Dalam kondisi normal, mandi junub dilakukan dengan membasuh seluruh tubuh menggunakan air. Namun, bagaimana jika seseorang junub dalam keadaan memiliki luka yang tidak boleh terkena air? Apakah tetap wajib mandi? Atau boleh tayamum? Artikel ini akan membahas panduan lengkap mandi junub bagi orang yang sedang terluka, berdasarkan penjelasan para ulama terpercaya.

Berikut ini kami ringkaskan penjelasan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin —rahimahumallah— mengenai tata cara mandi junub bagi orang yang memiliki luka atau balutan di anggota tubuhnya:

Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- menjelaskan

إذا احتلم الإنسان، أو أتى زوجته، وجامعها، وفيه جرح، وعليه جبيرة يغسل بقية بدنه، ويمسح على الجبيرة، يغسل بقية بدنه عن الجنابة، والجبيرة التي عليها اللفافة، يمسح على اللفافة مسحًا رافقًا، لا يصل الماء إلى الجرح، ويتحرى، ويمسح على اللفافة.

فإن كان ما على الجرح شيء، أو اللفافة ضعيفة، لو جاءها الماء ضر بالجرح؛ يتيمم، إذا فرغ من الغسل، وانتهى، وتجفف؛ يضرب التراب بيديه، ويمسح وجهه، وكفيه بالنية عن محل الجرح، أما إذا كان في الجرح لفافة، جبيرة مربوطة، يمسح عليها، ويكفي، والحمد لله.

وهكذا الذي عليه لزقه في جنبه، أو في ظهره، أو بطنه لمرض إذا أصابته الجنابة؛ يكفي مرور الماء على اللزقة إذا مر عليها الماء؛ كفى.

السؤال: ما يتيمم؟

الجواب: ما يتيمم، ما عليه تيمم، ما يحتاج، المسح كاف.

Jika seseorang junub karena mimpi basah atau berhubungan dengan istrinya, sementara di tubuhnya ada luka yang dibalut (dengan perban atau sejenisnya), maka dia tetap wajib mandi dengan cara:

– Membasuh seluruh tubuhnya seperti biasa.

– Bagian yang terluka dan dibalut, cukup dilap/diusap di atas balutannya secara perlahan, tanpa harus membasahi lukanya langsung.

Jika balutannya sangat tipis atau terbuka, dan air bisa masuk dan membahayakan luka, maka setelah selesai mandi:

– Bertayamum untuk mengganti bagian yang tidak bisa kena air: dengan menepukkan tangan ke tanah, lalu mengusapkan ke wajah dan kedua tangan dengan niat tayamum menggantikan bagian luka.

Tapi kalau lukanya sudah dibalut dengan benar (seperti plester, perban, atau semacamnya), cukup usap di atasnya saja saat mandi, dan tidak perlu tayamum lagi.

Contoh lain, kalau ada plester di sisi tubuh (seperti punggung, perut, atau samping badan) karena sakit, maka cukup alirkan air di atas plester tersebut saat mandi, tidak perlu tayamum.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin -rahimahullah- memberi penjelasan juga

” الجرح ونحوه إما أن يكون مكشوفا، أو مستورا.

فإن كان مكشوفا فالواجب غسله بالماء، فإن تعذر فالمسح، فإن تعذر المسح فالتيمم، وهذا على الترتيب.

وإن كان مستورا بما يسوغ ستره به؛ فليس فيه إلا المسح فقط، فإن أضره المسح مع كونه مستورا، فيعدل إلى التيمم، كما لو كان مكشوفا، هذا ما ذكره الفقهاء رحمهم الله في هذه المسألة “

“Luka dan semisalnya itu ada dua keadaan: terbuka atau tertutup.
Jika luka itu terbuka, maka wajib dibasuh dengan air. Jika tidak memungkinkan, maka (cukup) diusap. Jika pengusapan pun tidak memungkinkan, maka beralih kepada tayammum. Semua ini dilakukan secara berurutan.

Dan jika luka itu tertutup dengan sesuatu yang dibolehkan untuk menutupnya, maka tidak ada (kewajiban) kecuali mengusap bagian tutup tersebut saja. Jika pengusapan itu membahayakan (luka), padahal luka tersebut tertutup, maka berpindah kepada tayammum, sebagaimana jika luka itu terbuka. Inilah yang disebutkan oleh para fuqaha rahimahumullah dalam masalah ini.”

Luka dan semisalnya terbagi menjadi dua kondisi:

  1. Jika lukanya terbuka:

   – Maka wajib dibasuh dengan air.

   – Jika tidak memungkinkan dibasuh, maka cukup diusap dengan air.

   – Jika mengusap pun tidak memungkinkan, maka cukup bertayamum.

   – Semua dilakukan secara berurutan sesuai kemampuan.

  1. Jika lukanya tertutup dengan balutan yang dibolehkan secara syar’i:

  – Maka cukup mengusap bagian atas balutan saja.

 – Jika mengusap pun membahayakan, maka berpindah ke tayamum, sebagaimana perlakuan terhadap luka yang terbuka. “الشرح الممتع” (1 / 247).

Kesimpulan ringkas dari penjelasan Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahumallah :

– Jika luka terbuka: maka urutannya adalah  

  dicuci dengan air → jika tidak memungkinkan, maka diusap dengan tangan basah → jika masih membahayakan, maka bertayamum.

– Jika luka tertutup dengan perban atau pembalut yang dibenarkan secara syar’i: maka cukup  

  diusap bagian atas balutannya → jika mengusap pun membahayakan, maka bertayamum sebagai ganti.

– Tayamum dilakukan setelah mandi selesai, untuk menggantikan bagian tubuh yang tidak bisa terkena air secara langsung ataupun diusap.

– Cara tayamumnya dengan menepukkan tangan ke tanah, lalu mengusapkan ke wajah dan kedua tangan dengan niat tayamum menggantikan bagian luka.

Sebagai Penutup, 

Hendaknya seorang muslim memahami bahwa syariat Islam senantiasa memberi kemudahan sesuai dengan kondisi hamba-Nya. Dalam hal mandi wajib, apabila terdapat halangan seperti luka terbuka atau anggota tubuh yang tidak bisa terkena air, maka Islam telah mengatur solusinya dengan rinci dan penuh rahmat. Maka, lakukan sesuai kemampuan, dan jangan lupa bersyukur atas kemudahan-kemudahan dari Allah dalam menjalankan agama-Nya. 

Wallahu a’lam.

Ditulis oleh Ustadz Nurhadi Nugroho hafidzhohulloh

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link