Dosa Syirik Menghapus Semua Amal, Apakah Amalan yang Terhapus Itu Kembali dengan Taubat?

Dosa Syirik Menghapus Semua Amal, Apakah Amalan yang Terhapus Itu Kembali dengan Taubat?

9 hours yang lalu
Dosa Syirik Menghapus Semua Amal, Apakah Amalan yang Terhapus Itu Kembali dengan Taubat?

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ.

Syirik adalah dosa terbesar di sisi Allah Ta’ala. Ia adalah kezaliman yang paling besar (ظلم عظيم) dan merupakan satu-satunya dosa yang jika dibawa mati tanpa taubat, tidak akan diampuni oleh Allah.

Namun, bagaimana jika seseorang terjatuh ke dalam syirik akbar (syirik besar) atau riddah (murtad), lalu ia bertaubat dengan taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya) dan kembali memeluk Islam? Apakah amalan baiknya yang dahulu sempat terhapus akan kembali dicatat sebagai pahala di sisi Allah?

Berikut adalah rincian masalah yang menjadi khilaf di kalangan para ulama.

Kepastian Penghapusan Amal (Ihbathul A’mal)

Tidak ada perbedaan di kalangan ulama bahwa syirik akbar atau riddah dapat menghapus pahala dari semua amal saleh yang pernah dilakukan seorang hamba sebelumnya. Dalil-dalil Al-Qur’an secara tegas menyebutkan hal ini, Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’.” (QS. Az-Zumar: 65)

Juga firman-Nya tentang orang yang kafir setelah beriman:

وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman, maka terhapuslah amalannya dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Ma’idah: 5)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa dosa syirik akbar atau kekafiran menyebabkan ihbath (gugurnya/terhapusnya) pahala amal saleh yang dilakukan sebelum perbuatan syirik itu.

Status Amal Setelah Taubat

Para ulama berbeda pendapat mengenai status amalan yang terhapus tersebut, jika pelakunya bertaubat dan kembali kepada Islam:

  1. Pandangan Syafi’i dan Hambali

Pandangan ini menyatakan bahwa ihbathul a’mal (penghapusan amal) yang disebabkan oleh syirik/murtad adalah bersyarat, yaitu disyaratkan pelakunya mati dalam keadaan syirik/murtad. Jika dia bertaubat sebelum meninggal, maka amalan baiknya yang dahulu terhapus akan dikembalikan pahalanya.

Dalilnya adalah berikut:

  1. Surat Al-Baqarah ayat 217

  وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat.”

Ayat ini menunjukkan adanya dua syarat yang harus terpenuhi untuk berlakukannya hukuman hapusnya amal dan kekal di neraka:

  1. Al-Riddah (Kemurtadan): Yaitu keluarnya seseorang dari Islam atau batalnya keislaman seseorang (لِنَ يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ).
  2. Mati dalam Kekafiran: Yaitu orang tersebut meninggal dunia dan tetap berada dalam kondisi kafir (فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ).

Syarat ini mengindikasikan bahwa jika ia bertaubat sebelum meninggal, amalnya tidak gugur, sehingga pahala amalnya kembali. Sebagaimana keterangan dari Abu Hayyan dalam tafsirnya untuk ayat di atas:


وَظَاهِرُ هَذَا الشَّرْطِ وَالْجَزَاءِ تَرَتُّبُ حُبُوطِ الْعَمَلِ عَلَى الْمُوَافَاةِ عَلَى الْكُفْرِ، لَا عَلَى مُجَرَّدِ الِارْتِدَادِ. وَهَذَا مَذْهَبُ جَمَاعَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ، مِنْهُمُ: الشَّافِعِيُّ،

“Tampak jelas dari syarat dan konsekuensi yang disebutkan dalam ayat tersebut bahwa gugurnya amal seseorang hanya terjadi manakala ia benar-benar wafat dalam keadaan kafir. Gugurnya amal itu tidak otomatis terjadi hanya dengan sekadar tindakan murtad itu sendiri. Pendapat yang menunda status hukuman ini (hingga saat kematian) adalah pegangan dari sekelompok ulama besar, di antaranya adalah Imam Asy-Syafi’i.”

Keterangan yang lain sebagai penjelas, disampaikan oleh Al-’Ulaimi Al-Hambali -rahimahullah- :

في هذا دليل للشافعي وأحمد أن الردَّةَ لا تحبطُ العمل حتى يموتَ مرتدًّا، وأبو حنيفةَ ومالكٌ يبطلانه بالردَّة، وإن رجعَ مسلمًا..

“Dalam hal ini (yakni pernyataan dalam ayat; فيمت وهو كافر – lalu mati dalam keadaan kafir) terdapat dalil bagi Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bahwa kemurtadan (keluar dari Islam) tidak membatalkan amal hingga seseorang meninggal dunia dalam keadaan murtad. Adapun Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, keduanya membatalkan (menggugurkan).” (Fathur Rahman fi Tafsir Al-Quran)

  1. Kuatnya Dampak dari Taubat.

Taubat yang tulus menghapus dosa seolah-olah tidak pernah terjadi. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ

 التائب من الذنب، كمن لا ذنب له

“Orang yang bertaubat dari dosa, seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa.” (HR. Ibnu Majah)

Jika dosa-dosa besar yang baru dapat dihapus, maka lebih layak kiranya amalan baik yang dahulu juga dikembalikan pahalanya, sebagai konsekuensi dari pengampunan Allah. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).

Pandangan Ulama Hanafi dan Maliki

Pandangan ini menyatakan bahwa ihbathul a’mal berlaku seketika setelah seseorang melakukan syirik atau murtad. Amalan yang terhapus tersebut tidak akan kembali, meskipun pelakunya bertaubat.

Amalan orang tersebut dianggap dimulai kembali dari nol sejak ia kembali masuk Islam. Mereka memahami ayat-ayat ihbath (penghapusan) sebagai penghapusan yang langsung berlaku.

Tarjih (Pendapat yang Kuat)

Pandangan yang menyatakan bahwa amalan yang terhapus akan kembali (diperoleh kembali) dengan taubat yang tulus adalah pendapat yang kuat dan lebih sesuai dengan luasnya rahmat dan pengampunan Allah (maghfirah).

Ulama kontemporer yang menguatkan pendapat ini diantaranya Syaikh Abdulaziz bin Baz -rahimahullah-, yang berpegang teguh pada syarat yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 217, yaitu keharusan mati dalam keadaan kufur agar amal terhapus secara permanen. Dan perpegang pada sabda Nabi ﷺ kepada Hakim bin Hizam:

أسلمت على ما أسلفت من خير

“Anda telah masuk Islam dengan membawa kebaikan yang telah anda lakukan sebelumnya (saat masa Jahiliyyah).” (HR. Muslim)

Lihat fatwa beliau di situs resmi beliau:

Kesimpulan dan Nasihat

Saudaraku, ini adalah kabar gembira yang besar bagi setiap muslim yang pernah terjerumus ke dalam dosa syirik atau riddah. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah.

Jika Anda telah bertaubat dengan taubat nasuha (meninggalkan dosa itu, menyesalinya, dan bertekad tidak mengulanginya), maka yakinlah:

  1. Dosa syirik yang lalu diampuni.
  2. Amalan baik sebelum syirik memiliki harapan kuat untuk dikembalikan pahalanyandi sisi Allah Ta’ala.
  3. Anda memulai lembaran baru, seolah-olah tidak pernah berbuat dosa sama sekali.

Taubat yang tulus menghapus apa yang terjadi sebelumnya. Fokuslah pada memperbaiki diri di masa kini dan masa depan.

 Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Referensi:

Situs Resmi Syaikh Abdul Aziz bin Baz. (n.d.). حكم من ارتد وله اعمال صالحة ثم تاب [Hukum orang yang murtad setelah memiliki amal saleh kemudian bertaubat]. binbaz.org.sa. Diakses pada 8 Desember 2025, dari

Naasan.net. (n.d.). 2218 – إذا تاب المرتد فهل تعود إليه حسناته؟ naasan.net. Diakses pada 8 Desember 2025, dari

Islamweb. (2023, 7 Juni). مذاهب العلماء في طاعات وعبادات من ارتد وعاد إلى الإسلام [Pandangan Mazhab Ulama Mengenai Ketaatan dan Ibadah Orang yang Murtad dan Kembali ke Islam]. islamweb.net. Diakses pada 8 Desember 2025, dari

Ditulis oleh: Ahmad Anshori, Lc., M.Pd.

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link