Istiqomah Selalu Terkait Perkataan, Perbuatan, dan Niat

Istiqomah Selalu Terkait Perkataan, Perbuatan, dan Niat


SEPULUH KAIDAH PENTING TENTANG ISTIQOMAH

Kaidah Kelima: Istiqomah itu selalu terkait dengan perkataan, perbuatan, dan niat

Istiqomah yang di tuntut dari seorang muslim adalah istiqomah dalam perkataan, perbuatan dan dalam setiap keinginan dan kemauananya. Dengan artian lain bahwa perkataannya seorang muslim, demikian pula amal perbuatan dan juga hatinya hendaknya seluruhnya di kerjakan di atas keistiqomahan.

Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam kitabnya Madaariju Saalikin 2/105 :

والاستقَامةُ تتعلَّق بالأقوالِ والأفعالِ والأحوالِ والنِّياتِ 

Istiqomah erat kaitannya dengan perkataan, perbuatan, keadaan dan juga maksud dan keinginannya“.

Diriwayatkan dalam Musnadnya Imam Ahmad dari hadirtsnya Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ 

Tidak akan bisa lurus (istiqomah.pent) imannya seorang hamba sampai hatinya lurus, dan tidak akan bisa lurus hatinya seorang hamba sampai lisannya lurus“. Dan telah lewat tahrij haditsnya.

Al-Hafidhz Ibnu Rajab mengatakan: “Dan perhatian yang terbesar yang harus di perhatikan oleh seorang muslim dalam masalah istiqomah setelah hati dan amalan badannya adalah lisan, sesungguhnya lisan adalah penerjemah dan pengungkap apa yang ada dalam hatinya”[1]

Yang perlu di beri perhatian di sini adalah bagaimana bahayanya hati dan lisan bagi seorang hamba di dalam masalah istiqomah bahkan bisa di katakana keduanya adalah seperti sayap bagi istiqomah.

Dalam masalah ini sebagian ulama mengatakan: “Seseorang itu berada dalam besar dan kecilnya apa yang ada dalam hati dan yang di keluarkan oleh lisannya”.

Maka hati dan lisan keduanya adalah segumpal daging yang sangat kecil namun seluruh anggota badan seseorang itu mengikuti apa yang dalam kata hati dan ucapan lisan. Oleh karena itu jika hati seseorang itu bisa istiqomah (lurus.pent) demikian pula lisannya maka anggota badan tentu akan mengikutinya dalam beristiqomah.

Adapun dalil pertama yang menunjukan istiqomahnya hati adalah haditsnya Nu’man bin Basyir semoga Allah meridhoinya yang telah lewat penjelasannya. Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ألا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً , إِذَا صَلَحَتْ, صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ, أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika dia baik maka baik pula seluruh anggota badannya namun jika segumpal daging tersebut rusak maka akan rusak pula seluruh anggota badannya, maka ketahuilah bahwa segumpal daging tersebut adalah hati“.

Adapun dalil yang menjelaskan istiqomahnya lisan adalah apa yang telah di riwayatkan oleh Tirmidzi dari haditsnya Abu Sa’id al-Khudri semoga Allah meridhoinya bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda:

إِذَا أصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسانَ، فتَقُولُ: اتَّقِ اللهَ فِينَا؛ فَإنَّما نَحنُ بِكَ؛ فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وإنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

Jika anak cucu adam berada di pagi hari, sesungguhnya semua anggota badan mengingkari lisan seraya mengatakan padanya: “Takutlah kepada Allah atas kami semua, sesungguhnya kami adalah bagian dirimu, jika kamu istiqomah (lurus.pent) maka kami pun akan istiqomah namun jika kamu bengkok (menyeleweng) maka kami pun akan terseret ikut (denganmu)“. HR Tirmidzi no: 2407. Di Hasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no: 2871.

Maka jika hati seseorang sudah istiqomah maka amalan anggota badan pun akan ikut serta di dalamnya, begitu juga lisan jika ia istiqomah maka anggota badan pun ikut serta di dalam istiqomah. Karena lisan adalah penerjemah apa yang ada di dalam hati seseorang bahkan dia adalah pemimpin bagi amalan dhohir.

Jika hati telah memerintahkan kepada lisan untuk mengucapkan sesuatu maka lisan pun patuh mengucapkan apa yang menjadi kemauan hati, karena pada hakekatnya lisan adalah pengekor hati sedangkan amal perbuatan maka mereka mengikuti kemauan serta tunduk patuh kepada hati dan lisannya.

Oleh karenanya menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk selalu memperhatikan hatinya dan selalu berusaha untuk memperbaikinya, dengan memohon kepada Allah Ta’ala supaya di luruskan hatinya dan di jauhkan dari segala macam penyakit hati dari iri, dengki, hasad dan lainnya. Sehingga pada akhirnya akan melahirkan ucapan dan perkataan yang baik sambil di iringi dengan amalan-amalan sholeh.

[Disalin dari عَشْرُ قَوَاعِدَ فِي الاسْتِقَــامَةِ   (edisi Indonesia : Sepuluh Kaidah Penting Tentang Istiqomah). Penulis Prof. DR. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr  Penerjemah Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com]
_______
Footnote
[1] Jaami’ul ulum wal Hikam hal: 386



Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *