Khotbah pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى عَبْدِكَ ورَسُوْلِكَ محمَّد وعلى آله وصحبه أجمعين
عباد الله اتقوا الله تعالى ، فقد قال الله تبارك وتعالى: {يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ}
Mari kita bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-larangan-Nya, karena Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah anda kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan. Dan janganlah sekali-kali kalian meninggal, kecuali dalam keadaan beragama Islam.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ramadan Syahrul Mubarok. Bulan suci Ramadan adalah bulan yang diberkahi. Tamu agung itu akan tiba, sudahkan kita siap menyambutnya? Akankah bulan Ramadan yang akan datang ini menjadi Ramadan terakhir kita? Bukankah banyak saudara-saudara kita seiman yang sekarang telah tiada dan tidak bisa lagi menjumpai bulan suci Ramadan, padahal mereka tahun kemarin masih merasakan indahnya bulan Ramadan?
Dua golongan yang saling bertolak belakang
Dalam hadis, ada dua golongan yang kontradiktif. Di antara dua golongan tersebut, termasuk ke dalam golongan manakah kita pada bulan-bulan Ramadan yang telah berlalu?
Golongan pertama, digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan mengimani wajibnya puasa di bulan tersebut dan mengharap pahalanya, niscaya Allah akan ampuni dosanya yang telah lalu.”
Sedangkan golongan kedua, digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Dan berapa banyak orang yang salat, namun hanya mendapatkan begadang saja.” (HR. Imam Ahmad, sahih)
Termasuk golongan manakah kita pada bulan-bulan Ramadan sebelumnya? Dan akan termasuk golongan manakah kita pada Ramadan yang akan datang ini?
Bulan Ramadan adalah bulan perlombaan kebaikan, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menjadi pemenangnya dan bermental juara?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Bulan Ramadan, selain merupakan bulan ampunan, bulan kesabaran, juga merupakan bulan perlombaan kebaikan. Karena dalam Al-Qur’an, hakikatnya Allah menamai aktifitas mengamalkan kebaikan itu dengan “perlombaan”. Sedangkan pada bulan Ramadan, terdapat berbagai macam amal kebaikan yang bisa kita lakukan, seperti puasa Ramadan, salat tarawih, membaca Al-Qur’an, memberi makan buka puasa, beribadah saat lailatulqadar, dan lain-lain.
InsyaAllah, kita semua akan berlomba mencari ampunan Allah dan surga-Nya pada bulan suci Ramadan, karena Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Hadid ayat 21,
سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ
“Berlomba-lombalah kalian untuk mendapatkan ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”
Layaknya seseorang mengikuti sebuah perlombaan, maka butuh persiapan dan kiat-kiat untuk menjadi juara di bulan Ramadan. Bukankah seseorang jika ingin menjadi juara, maka dia jauh-jauh hari mempersiapkan dengan berlatih berkali-kali?
Inilah kiat menyambut bulan Ramadan!
Secara garis besar, kiat untuk memenangkan perlombaan kebaikan di bulan Ramadan ada tiga macam:
Pertama: Kiat sebelum masuk Ramadan,
Kedua: Kiat ketika di bulan Ramadan, dan
Ketiga: Kiat pasca bulan Ramadan.
Kiat sebelum masuk Ramadan
Pertama: Memasang tekad kuat dengan keikhlasan hati untuk bisa melakukan seluruh perintah Allah dan menghindari perkara yang dilarang oleh-Nya. Dan tidaklah kita berpuasa dan beribadah lainnya di bulan Ramadan, kecuali demi mencari rida Allah dan pahala Allah.
Ini dilakukan agar terpenuhi syarat pertama diterimanya sebuah amal ibadah seseorang, yaitu ikhlas.
Kedua: Mempersiapkan diri dengan mempelajari fikih Ramadan, bagaimana dulu tata cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beribadah puasa, salat tarawih, dan ibadah-ibadah lain.
Ini dilakukan agar terpenuhi syarat kedua diterimanya sebuah amal ibadah seseorang (yaitu, mutaba’atur rasul shallallahu ‘alaihis wasallam).
Ketiga: Bertobat dari segala dosa, karena dosa itu menghalangi seseorang dari mendapatkan taufik Allah. Terutama bertobat dari syirik besar, karena syirik besar mengeluarkan pelakunya dari Islam dan mengugurkan seluruh amal ibadah pelakunya.
Keempat: Mempersiapkan diri kita dengan meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah semata dengan semakin rajin salatnya (wajib maupun sunah), rajin membaca Al-Qur’an, dan lain-lain. Hal ini agar saat tiba Ramadan, kita sudah siap beribadah kepada Allah semata dengan terbaik.
Kiat ketika berada di bulan Ramadan
Pertama: Melaksanakan seluruh ibadah pada bulan Ramadan dengan ikhlas dan mutaba’ah agar diterima amal ibadah yang dilakukan dan terus memonitor keduanya selama melakukan peribadatan tersebut.
Kedua: Menghindari hal-hal yang merusak ibadah kita di bulan Ramadan, seperti: menghindari riya’, sum’ah, ujub, menyombongkan prestasi amal saleh, pembatal-pembatal puasa, dan menghindari seluruh maksiat dan dosa, terutama kesyirikan.
Ketiga: Memprioritaskan amalan wajib, seperti: bertauhid, menghindari syirik, salat lima waktu, bertekad kuat berpuasa Ramadan sebulan penuh, zakat mal bagi yang wajib melaksanakannya, dan lain-lain.
Keempat: Bersabar memenuhi syarat-syarat, adab-adab, sunah-sunah, wajib-wajib, dan rukun-rukun dari amal ibadah yang sedang kita lakukan.
Kiat setelah bulan Ramadan
Pertama: Bersyukur kepada Allah dan memuji Allah.
Kedua: Memperbanyak istigfar kepada Allah atas dosa yang kita lakukan di bulan Ramadan.
Ketiga: Bersabar menahan diri dari segala hal yang dapat merusak amal ibadah yang berhasil kita lakukan selama Ramadan, seperti riya’, sum’ah, ujub, menyombongkan amalan, dan mengungkit-ungkit kebaikan, serta menghindari syirik besar, karena syirik besar mengeluarkan pelakunya dari Islam dan menggugurkan seluruh amal ibadah pelakunya.
أقول هذا القول وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Baca juga: Tidak Bersemangat Menyambut Ramadan
Khotbah kedua
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، إقرارا به وتوحيدا ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما مزيدا ، أما بعد :
أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله تعالى ؛ فإن تقوى الله جل وعلا خير الزاد ، فقد قال الله تبارك وتعالى: {وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ}
Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”
Hikmah berpuasa dalam ayat ini adalah agar kita bertakwa. Oleh karena itu, berpuasa yang sempurna itu bukan sekadar menahan dari lapar dan dahaga. Bahkan, puasa yang sempurna itu bukan hanya menghindarkan diri dari segala pembatal-pembatal puasa saja. Tidak!
Berpuasa yang sempurna itu bukan sekedar puasanya perut saja, namun puasa yang sempurna itu adalah berpuasanya hati dan seluruh anggota tubuh dari segala hal yang tidak dicintai Allah. Berpuasa yang sempurna itu selain menahan diri dari seluruh pembatal-pembatal puasa, juga menahan diri dari syirik dan seluruh kemaksiatan, bahkan menahan diri dari perkara yang makruh.
Dengan puasa sempurna inilah, diraih ketakwaan yang sempurna!
Marilah kita merendahkan diri kita, berdoa kepada Allah semata.
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ و الصلاة و السلام على رسول الله،
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا هَب لنا مِن أزواجنا وذُرياتنا قُرَّةَ أعيُنٍ واجعلنا للمُتقينَ إمَامًا
اللهم إنا نسألك الجنة، وما قرب إليها من قول أو عمل، ونعوذ بك من النار وما قرب إليها من قول أو عمل.
اللهم إنا نسألك حبّك، وحب من يحبّك، وحب كل عملٍ يقربني إلى حبّك
اللَّهُمَ حَبَّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله محمد و آخر دعوانا أن الحمد لله ربّ العالمين
Baca juga: Cara Salafus Shalih Menyambut Ramadan
***
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply