Tulisan ini teruntuk orang-orang yang kini berada jauh dari kedua orang tua yang masih hidup. Entah itu karena merantau untuk studi, bekerja, atau alasan lain yang menyebabkan ia jauh secara fisik dari kedua orang tuanya. Ingin sekali rasanya berada dekat dengan mereka apalagi pada usia-usia senja, menyuapkan makanan langsung ke mulut mereka, membawa mereka berobat saat sakit, dan selalu ada kapan pun mereka inginkan.
Namun, kadangkala, kondisi yang ada tidak selalu seperti yang diinginkan. Karena keadaan tertentu, kita terpaksa harus jauh secara fisik dari orang tua. Sehingga perlu pula bagi kita untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita tetap berbakti kepada mereka, meskipun dari jarak jauh. Karena sejatinya berbakti kepada orang tua adalah perintah utama atas setiap muslim. Saking prioritasnya, dalam banyak dalil, Allah Ta’ala meletakkan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua setelah perintah untuk menyembah hanya kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra’: 23)
Alasan kenapa begitu pentingnya berbakti kepada orang tua sangat jelas. Telah banyak pengorbanan, kasih sayang, dan cinta yang diberikan sejak dalam kandungan, bahkan hingga dewasa seperti saat ini.
Allah Ta’ala berfirman.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, ‘Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Meskipun jauh
Hal penting yang perlu kita pahami bahwa sebaik-baik bakti kepada orang tua adalah berbuat baik kepada mereka dan selalu ada untuk memenuhi kebutuhan mereka. Meskipun semua kebutuhan orang tua mampu kita penuhi dengan materi, tetap saja fitrahnya para orang tua ingin selalu dekat secara fisik dengan anak-anaknya.
Tidak hanya itu, memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang tua secara langsung juga memiliki dampak positif bagi kesehatan mental dan emosional mereka. Menunjukkan rasa cinta dan perhatian kepada orang tua dapat meningkatkan perasaan bahagia dan kepuasan hidup mereka, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka di masa tua.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
المسلمُ أخو المسلمِ ، لا يَظْلِمُه ولا يُسْلِمُه ، ومَن كان في حاجةِ أخيه كان اللهُ في حاجتِه ، ومَن فرَّجَ عن مسلمٍ كربةً فرَّجَ اللهُ عنه كربةً مِن كُرُبَاتِ يومِ القيامةِ ، ومَن ستَرَ مسلمًا ستَرَه اللهُ يومَ القيامةِ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya, tidak boleh membiarkannya dalam bahaya. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan penuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang melepaskan satu kesulitan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan melepaskan ia dari satu kesulitan di hari kiamat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 2442)
Hadis di atas adalah umum diperuntukkan bagi saudara sesama muslim. Konon lagi, bila dilakukan kepada orang tua kita? Mereka adalah yang paling berhak untuk dijaga dari segala mara bahaya, dipenuhi kebutuhannya, dipermudah urusannya, dan ditutupi aib-aibnya. Tentunya, akan lebih mudah melakukan segala kebaikan tersebut kepada mereka tatkala kita hidup dan tinggal berdekatan secara fisik dengan mereka.
Bayangkan saja, bagi yang saat ini dikaruniai anak, bagaimana jika suatu saat nanti anak-anak yang sangat anda cintai itu berada jauh darimu. Mereka memiliki kehidupan sendiri dan jarang berjumpa secara fisik denganmu. Tidakkah berat terasa di hatimu? Demikian pula yang dirasakan oleh orang tuamu saat ini.
Namun demikian, meski keutamaan berada dekat secara fisik dengan orang tua itu sangat besar, kita pun tidak dapat mengelak ketika keadaan-keadaan tertentu memaksa kita untuk merantau berada jauh dari kedua orang tua. Seperti karena kebutuhan studi di luar kota ataupun di luar negeri, tugas dinas, ataupun karena alasan lainnya.
Oleh karenanya, meskipun berada jauh secara fisik dari orang tua, kewajiban kita untuk berbuat baik dan berbakti semaksimal mungkin kepada mereka tetaplah menjadi kewajiban. Jangan mau kalah dengan orang-orang yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk berbakti langsung kepada orang tuanya. Jarak bukan berarti penghalang. Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk bakti kepada kedua orang tua.
Baca juga: Potret Salaf Dalam Birrul Walidain
Bentuk bakti dari jarak jauh
Mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua
Pada waktu-waktu mustajabnya doa, mohonlah ampunan untuk kedua orang tua kita. Sebagaimana doa yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepadaku dan kedua ibu bapakku, dan orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat).” (QS. Ibrahim: 41)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Mendakwahkan sunnah kepada orang tua
Siapa yang tidak menginginkan orang tuanya memegang teguh manhaj salaf dalam beragama? Karenanya, dakwahkanlah dengan lembut agama yang mulia ini kepada orang tua. Merekalah orang yang paling berhak atas kita untuk mendapatkan kemuliaan dakwah sunnah. Sampaikan kepada mereka tentang manhaj salaf saleh dalam memahami agama mulia ini. Allah Ta’ala berfirman,
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS: An-Nahl: 125)
Sikap lemah lembut sangat dianjurkan dalam berdakwah terlebih kepada orang tua. Karenanya Allah Ta’ala berfiman,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
Intens melakukan komunikasi dengan orang tua
Luangkanlah waktu untuk berkomunikasi dengan orang tua sesering mungkin. Alhamdulillah, kita hidup di zaman modern dengan kecanggihan teknologi yang memudahkan banyak urusan kita terlebih komunikasi. Melalui telepon seluler, meski belum sempat menelpon langsung, kita bisa mengirimkan pesan singkat walaupun hanya bertanya kabar mereka.
Hal itu mungkin terlihat sederhana, tetapi insyaAllah menjadi sangat berarti bagi orang tua. Jarak yang jauh dari mereka menjadikan kepedulian kita menanyakan keadaan mereka sebagai momen yang sangat dinanti-nantikan.
Ingat pula, dalam berkomunikasi dengan orang tua jangan pernah membentak, memarahi, dan menyakiti hati mereka. Allah Ta’ala sangat tegas melarang hal ini.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)
Memberikan nafkah kepada orang tua
Orang tua kita, merekalah, yang membesarkan dan menghidupi kita, bahkan hingga beranjak dewasa di mana seharusnya khusus untuk seorang laki-laki, kewajiban orang tua untuk menafkahi hanyalah sampai usia balig. Namun, tidak sedikit pula anak-anak muda yang masih bergantung pada orang tua dari sisi nafkah, padahal usia mereka sudah dewasa.
Karenanya, muslim sejati adalah yang menyadari hakikat diri. Tumbuh dengan usia produktif di tengah-tengah pesatnya teknologi di zaman ini semestinya memacu semangat kita untuk meraih kesuksesan dalam bidang ekonomi dengan cara yang syar’i agar menjadi hamba Allah Ta’ala yang dapat memberikan banyak manfaat kepada sesama khususnya kepada orang tua.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا ، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ
“Mulailah dari dirimu sendiri, engkau beri nafkah dirimu sendiri. Jika ada lebih, maka untuk keluargamu. Jika ada lebih, maka untuk kerabatmu.” (HR. Muslim no.997)
Saudaraku, hadis di atas jelas menggambarkan kepada siapa seharusnya kita memberi nafkah. Maka, pemahamannya adalah bahwa untuk diri kita sendiri saja menjadi prioritas. Apalagi untuk kedua orang tua. Karenanya, utamakanlah kedua orang tua dalam memberi nafkah.
Menjadwalkan berkunjung kepada orang tua
Aturlah waktu khusus untuk mengunjungi orang tua. Sejauh apa pun jarak kita saat ini dengan mereka, tidak ada alasan rasanya jika kita tidak sempat untuk mengunjungi mereka. Bahkan, hitungan satu kali dalam satu tahun pun terasa masih kurang, sebagai wujud bakti kita kepada mereka. Namun, dengan berbagai keterbatasan yang ada, meski satu kali setahun, pulanglah.
Waktu Idulfitri biasanya menjadi momen mudik pulang kampung untuk mengunjungi orang tua. Sekali lagi, manfaatkanlah waktu tersebut dengan sebaik-baiknya. Maksimalkan waktu yang berkualitas untuk bercengkrama dengan mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan betapa keutamaan mengunjungi kerabat itu sangatlah besar. Apalagi mengunjungi orang tua, yang merupakan kerabat paling dekat dari kita.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
أنَّ رجلًا زارَ أخًا لَهُ في قريةٍ أخرى ، فأرصدَ اللَّهُ لَهُ على مَدرجَتِهِ ملَكًا فلمَّا أتى عليهِ ، قالَ : أينَ تريدُ ؟ قالَ : أريدُ أخًا لي في هذِهِ القريةِ ، قالَ : هل لَكَ عليهِ من نعمةٍ تربُّها ؟ قالَ : لا ، غيرَ أنِّي أحببتُهُ في اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، قالَ : فإنِّي رسولُ اللَّهِ إليكَ ، بأنَّ اللَّهَ قد أحبَّكَ كما أحببتَهُ فيهِ
“Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu, Allah pun mengutus malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, malaikat tersebut bertanya, ‘Engkau mau kemana?’ Ia menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?’ Orang tadi mengatakan, ‘Tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ‘Azza Wajalla.’ Maka, malaikat mengatakan, ‘Sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya.’“ (HR. Muslim no. 2567)
Mendekatkan istri dan anak kepada orang tua
Jarak yang jauh bisa jadi penyebab jauh pula kedekatan emosional terlebih bagi orang-orang terdekat kita, seperti istri dan anak-anak. Kitalah yang menjadi penentu hubungan baik antara keluarga kecil kita dengan kedua orang tua. Harmonisnya hubungan antar mereka merupakan kebahagiaan yang tak ternilai. Sebaliknya, pertikaian yang mungkin terjadi antara mereka adalah perkara yang sangat tidak kita inginkan.
Karenanya, jadilah penengah yang adil, penyambung hubungan emosional yang harmonis bagi mereka. Dalam hal terjadi sesuatu hal yang qadarullah menjadi pemicu persoalan, jadilah bijak dan berlaku adillah.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)
Baca juga: Ancaman Bagi Yang Lalai Dari Birrul Walidain
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel: Muslim.or.id
Leave a Reply