Hadis: Doa untuk Pengantin Baru

Hadis: Doa untuk Pengantin Baru

Teks Hadis

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَّأَ الْإِنْسَانَ إِذَا تَزَوَّجَ، قَالَ: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan selamat kepada seseorang ketika menikah, beliau mengucapkan, “BAARAKALLAAHU LAKA WA BAARAKA ‘ALAIKA WA JAMA’A BAINAKUMAA FII KHAIRIN.” (Semoga Allah memberkahimu dan senantiasa memberkahimu; dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.)” (HR. Ahmad, 14: 517-518; Abu Dawud no. 2130; At-Tirmidzi no. 1091; An-Nasa’i dalam Al-Kubra, 9: 107; Ibnu Majah no. 1905; dan Ibnu Hibban, 9: 359. Hadis ini sahih.)

Kandungan Hadis

Hadis ini merupakan dalil dianjurkannya mendoakan pengantin baru agar Allah Ta’ala memberkahinya dan agar Allah Ta’ala mengumpulkan antara dia dan pasangannya dalam kebaikan. “Kebaikan” di sini merupakan kata yang bersifat umum. Maksudnya, mencakup semua bentuk kebaikan, baik berupa ketaatan kepada Allah, keluarga yang harmonis, dan keturunan yang saleh. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendokan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu ketika menikah dengan mengatakan,

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ

“Semoga Allah memberkahimu.

Doa untuk pasangan yang menikah termasuk dalam keluhuran akhlak Islam. Dengan doa tersebut, seorang muslim mengucapkan selamat karena pasangan tersebut memperoleh kebaikan, dan juga mendoakan sesuai dengan kondisi saat itu, yaitu turunnya keberkahan dan nikmat yang kontinyu.

Seorang muslim hendaknya tidak meninggalkan doa tersebut dan lebih memilih ucapan yang menjadi kebiasaan sebagian masyarakat, misalnya dengan mengucapkan,

بِالرِّفَاءِ وَالْبَنِينَ

“Semoga harmonis (langgeng) dan banyak anak.“

Karena hal ini termasuk dalam amalan jahiliyah. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah melarang hal tersebut.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, beliau berkata, “Aqil bin Abi Thalib menikahi seorang wanita dari Bani Jatsm. Kemudian ia diberi ucapan selamat,

بِالرِّفَاءِ وَالْبَنِينَ

“Semoga harmonis (langgeng) dan banyak anak.” Lalu ia mengatakan, “Katakanlah sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ، وَبَارَكَ لَكُمْ

“BAARAKALLAAHU FIIKUM WA BAARAKA LAKUM” (Semoga Allah memberi berkah kepada kalian dan melipatgandakan keberkahan bagi kalian).” (HR. An-Nasa’i no. 3371, sahih)

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Aqil bin Abi Thalib berkata,

لَا تَقُولُوا هَكَذَا، وَلَكِنْ قُولُوا كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ، وَبَارِكْ عَلَيْهِمْ

“Janganlah kalian mengatakan begitu, tetapi ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “ALLAHUMMA BAARIK LAHUM WA BAARIK ‘ALAIHIM” (Ya Allah, berilah berkah kepada mereka dan atas mereka.)” (HR. Ibnu Majah no. 1906, sahih)

Hikmah dari larangan tersebut, wallahu a’lam, adalah tiga hal berikut ini:

Pertama, untuk menyelisihi kebiasaan (adat) kaum jahiliyah.

Kedua, dalam kalimat tersebut, hanya disebutkan al-banin (anak laki-laki), tanpa menyebutkan banat (anak perempuan). Sehingga ucapan tersebut mirip dengan masyarakat jahiliyah yang membenci kelahiran anak perempuan. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.” (QS. An-Nahl: 58)

Ketiga, dalam ucapan tersebut, tidak disebutkan nama Allah, tidak pula memuji dan menyanjung Allah Ta’ala.

Akan tetapi, jika mengucapkan, “Semoga harmonis (langgeng)”, tidaklah terlarang. Hal ini karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga mengucapkan atau menggunakan kalimat tersebut, dan mereka lebih mengetahui dalil-dalil syariat dan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang terlarang adalah mendoakan pengantin baru dengan “semoga banyak anak laki-laki” (tanpa anak perempuan), dengan alasan (pertimbangan) yang telah disebutkan. (Lihat Tashhih Ad-Du’a, hal. 528)

Renungkanlah bagaimanakah yang dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rangkaian doa tersebut, doa yang ringkas dan banyak makna. Doa tersebut mengumpulkan semua kebaikan (maslahat) dunia dan akhirat. Didapatkannya keberkahan untuk mereka berdua dan berkumpulnya mereka berdua dalam kebaikan merupakan unsur pokok kebahagiaan suami-istri, kebaikan untuk mereka dan juga anak keturunannya.

***

@14 Zulkaidah 1445/ 22 Mei 2024

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Minhatul ‘Allam fi Syarhi Buluughil Maraam (7: 188-190).

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *