*Jawaban Pertanyaan Kedua:*
Ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, sekurang-kurang dua pendapat:
1. Pada saat duduk tasyahud akhir pada shalat apapun dan berapa raka’at pun duduknya tetap tawarruk.
2. Pada semua shalat yang dua raka’at atau yang duduk tasyahudnya cuma satu kali seperti shalat Witir yang 1, 3 dan 5 raka’at duduk tasyahud akhirnya iftirasy dan bukan tawarruk.
Yang perlu kita ingat dan perhatikan secara seksama, kita harus berlapang dada dalam perbedaan masalah-masalah fiqih seperti ini. Sebab ini menyangkut masalah ijtihad para ulama yang sudah pasti melahirkan khilafiyah. Oleh karenanya kita tidak boleh menghujat, mencela dan mencaci maki yang berbeda dengan kita.
Permasalahan ini jika kami kupas tuntas tentunya memakan halaman yang tidak sedikit, oleh karena itu kami bahas dengan ringkas saja. Insyaa Allahu Ta’ala kami nukil dari penjelasan *Al-Fadhil Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah*, beliau menjelaskan:
“Setelah selesai mengerjakan raka’at kedua, Rasulullah duduk untuk melakukan tasyahud. Dan apabila shalat yang Beliau lakukan hanya dua raka’at, seperti shalat Shubuh dan shalat Sunnah rawatib dan lainnya, Beliau duduk iftirasy seperti cara duduk pada duduk di antara dua sujud”.
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa untuk shalat yang dua raka’at duduknya adalah dengan tawarruk, seperti Imam Malik, Asy-Syafi’i, Asy-Syaukani dan lain-lain. Akan tetapi yang dirajihkan (dikuatkan) oleh Imam Ahmad, Abu Hanifah, Sufyan ats-Tsauri, Syaikh al-Albani dan yang lainnya adalah duduk dengan iftirasy. Lihat Ashlu Shifati Shalatin Nabiy (III/829, 982-987). Lihat Nailul Authar (III/238-240, cet. Dar Ibnil Qayyim dan Dar Ibni ‘Affan).
(Referensi: Sifat Wudhu & Shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 291-293, Pustaka Imam Asy-syafi’i).
Dalam salah satu catatan kaki di kitab tersebut kemudian beliau melanjutkan:
Dalam tasyahhud akhir pada shalat yang tiga raka’at atau empat raka’at maka duduknya dengan tawarruk yaitu menghamparkan kaki kiri, menegakkan kaki kanan dan duduk di atas lantai. Adapun tasyahhud akhir pada shalat yang dua raka’at maka duduknya dengan iftirasy yaitu menghamparkan kaki kiri, menegakkan kaki kanan dan duduk di atas telapak kaki kiri, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh al-Albani, Syaikh Al-Utsaimin dan para ulama sebelumnya rahimahumullah.
(Referensi: Sifat Wudhu & Shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 316 -foot note no. 689-, Pustaka Imam Asy-syafi’i)
Jika engkau mau dan untuk lebih luasnya tentang masalah ini silakan baca buku-buku di bawah ini:
1. Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (3 Jilid), Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Griya Ilmu.
2. Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Menurut Sunnah Yang Shahih, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Pustaka Ibnu Katsir.
3. Ensiklopedi Kesalahan Dalam Shalat, Syaikh Masyhur Hasan Salman, Pustaka Imam Asy-syafi’i.
4. Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Al-Qowam.
5. Ensiklopedi Shalat Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah (3 Jilid), Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani, Pustaka Imam Asy-syafi’i.
6. Al-Masaail (12 Jilid), Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah.
7. Sifat Wudhu & Shalat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Asy-syafi’i.
8. Shalat Bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi, Pustaka Al-Furqon.
Wallahu ‘alam. Wallahul muwaffiq.
Semoga bermanfaat.
07 Maret 2021.
Dijawab oleh : Ustadz Abu Uwais Muhammad
Yasin bin Sutan Muslim bin
Amir bin Syamsuddin.
Diperiksa oleh : Ustadz Yudi Kurnia, Lc.
Leave a Reply