Doa Saat Semua Terasa Sulit

Doa Saat Semua Terasa Sulit

Di antara tujuan besar ketika Allah menakdirkan kesulitan dan kesusahan adalah agar kita kembali kepada Allah Ta’ala, agar kita merintih, merengek, dan bersimpuh di hadapan Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam surah Al-An’am ayat 42,

وَلَقَدْ أَرْسَلنَا إِلَى أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan (kesulitan) dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.”

Dalam ayat tersebut, Allah jelaskan bahwa tujuan Allah menimpakan kesulitan kepada seorang hamba adalah agar hamba tersebut merendahkan diri di hadapan Allah, agar mereka memperbanyak sujud dan rukuk, agar mereka memanjatkan doa memohon ampun kepada Allah. Juga agar lisan seorang hamba mengucapkan, “Ya Allah, tolonglah aku; Ya Allah, tolonglah aku.” Karena dia tahu bahwa tidak ada penolong dari musibah yang saat ini menimpanya kecuali dengan kembali menuju kepada Allah Ta’ala.

Mereka yakin bahwa tidak ada jalan keluar, tidak ada secercah harapan, kecuali hanya dengan kembali kepada Allah.

وَظَنُّواْ أَن لاَّ مَلْجَأَ مِنَ اللّهِ إِلاَّ إِلَيْهِ

“Serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja.” (QS. At-Taubah: 118)

Oleh karena itu, kita harus memperbanyak doa di hari-hari itu, hari ketika kita merasa hidup terasa sempit, hari ketika musibah dan kesulitan datang silih berganti. Karena inilah yang membuat Allah Ta’ala mengangkat segala kepiluan yang ada. Jangan sampai justru kita berkeluh kesah kepada manusia, dan kita turunkan marwah kita sebagai seorang hamba Allah Ta’ala. Yang harus kita lakukan adalah bergantung hanya kepada Allah Ta’ala saja. Dan simbol hati kita telah bergantung kepada Allah Ta’ala saja adalah meminta kepada Allah, Rabbul ‘alamin.

Allah telah menjanjikan,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”

Dan Allah marah dan ancam kita di ayat yang sama kalau kita enggan dan sombong, tidak mau berdoa kepada-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60)

Oleh karena itu, kita yang saat ini sedang susah, atau usaha kita yang sedang berat, atau kita kehilangan pekerjaan, hendaknya kita memperbanyak doa, sebagaimana kita memperbanyak usaha untuk keluar dari musibah dan masalah sedang kita hadapi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita sebuah doa, yang hendaknya dibaca oleh orang yang sedang susah atau sedang ditimpa musibah,

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“ALLAHUMMA RAHMATAKA ARJUU, FALAA TAKILNII ILA NAFSII THARFATHA ‘AININ, WA ASHLIH LII SYA’NII KULLAHU, LAA ILAAHA ILLA ANTA.” (Artinya: Ya Allah, aku hanya memohon rahmat-Mu, maka jangan Engkau biarkan aku bertumpu kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata, perbaikilah urusanku semuanya, dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau.) (HR. Abu Dawud no. 5090, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Namun, doa tidak akan memiliki peran yang besar, kalau hanya dibaca di lisan saja, tanpa merenungi dan memahami maknanya. Bukankah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan,

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Begitu juga dengan doa ini. Bagaimana mungkin Allah akan kabulkan kalau kita sendiri tidak memahami makna doa yang kita panjatkan?

“Ya Allah, aku hanya memohon rahmat-Mu”, di sini kita hanya memohon rahmat dan pertolongan dari Allah Ta’ala, kita tidak berharap kepada siapapun dari makhluk-Nya. Hati kita tidak berharap kepada iba dan belas kasihan manusia. Tidak berharap kepada uluran tangan orang. Sesulit apapun, seberat apapun, yang diharapkan hanyalah rahmat Allah Ta’ala. Kita tetap berusaha, namun hati kita tidak boleh bergantung kepada usaha yang kita lakukan.

“Maka jangan Engkau biarkan aku bertumpu kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”, karena diri ini harus bertumpu dan bergantung kepada Allah. Karena tawakal adalah kunci dari solusi dan jalan keluar. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah: 23)

Dalam ayat tersebut, Allah tegaskan bahwa kriteria mutlak orang yang beriman adalah bertawakal hanya kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa perubahan kondisi kita saat ini, merupakan ujian bagi orang-orang yang beriman. Yang selama ini bisnisnya lancar, kemudian Allah buat seret. Ketika selama ini grafik penjualan konsisten naik, tiba-tiba ambruk. Usaha harus tutup. Untuk apa itu semua? Karena Allah ingin buktikan, siapa di antara hamba-Nya yang benar-benar beriman kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاء وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir), supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 140)

Oleh karena itu, jangan sekali-kali kita mengatakan, “Kita pasti bisa menghadapi semua ini”, dalam kondisi hati kita bergantung kepada diri kita sendiri. Namun yang benar, kita pasti bisa jika Allah tolong dan Allah bantu kita untuk keluar dari masalah yang kita hadapi. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَداً إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi”, kecuali (dengan menyebut), “Insya Allah” (jika Allah menghendaki).” (QS. Al-Kahfi: 23-24)

“Perbaikilah urusanku semuanya”, kalimat ini menunjukkan betapa butuhnya seseorang kepada Allah Ta’ala. Bahwa dia benar-benar membutuhkan Rabbnya, walaupun dalam durasi sesingkat apapun. Dan yang bisa memperbaiki urusan kita hanyalah Allah Ta’ala. Allah-lah yang telah membuat kita tetap hidup walaupun kita tidak punya uang. Hanya Allah yang bisa mengubah kondisi ini. Dan itu harus kita ucapkan dengan penuh keyakinan.

“Laa ilaaha illa anta”, kita pun tutup doa ini dengan kalimat tauhid. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Kita pun evaluasi iman kita kepada Allah. Sudahkah kita hanya beribadah kepada Allah? Sudahkah selama ini kita mencintai Allah dengan penuh kehinaan dan ketundukan?

Demikian, semoga bermanfaat.

Baca juga: Benarkah Pahala Itu Sebanding dengan Tingkat Kesulitan Sebuah Amal?

***

@11 Dzulhijan 1445/ 18 Juni 2024

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

Diketik ulang dari ceramah Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah di link berikut:

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *