Kedudukan zakat
Zakat merupakan ibadah agung dan salah satu dari lima rukun Islam. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma, bahwasanya Rasulullah sallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إلـــه إلا الله وأن محمدا رسولُ الله ، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة
“Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan salat; menunaikan zakat; …” (HR. Bukhari dan Muslim)
Zakat juga merupakan ibadah yang memiliki kedudukan yang tinggi dan sering Allah sebutkan bersamaan dengan ibadah salat yang merupakan salah satu ibadah badan yang paling mulia. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat ke-43,
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
“Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”
Allah juga berfirman dalam surah At-Taubah ayat ke-5,
فَاِنْ تَابُوْا وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, berilah mereka kebebasan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hukum zakat
Hukum zakat bagi orang Islam tentunya adalah wajib dan merupakan sebuah ijma‘ kaum muslimin bahwa membayar zakat merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah dalam kitab Mulakhas Fiqhy mengatakan,
أجمع المسلمونَ على فَرْضِيَّتِها، وأَنَّها الركن الثالثُ الإسلام، وعلى كُفْرِ مَنْ جَحَدَ وجوبها، وقتالِ مَنْ مَنَع إخراجها
“Kaum muslimin telah bersepakat atas wajibnya membayar zakat, dan bahwa zakat adalah rukun Islam yang ketiga, dan kafirnya orang yang menolak wajibnya zakat dan memerangi orang yang menolak untuk membayar zakat.”
Dengan menimbang bahwa zakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim dan rukun ketiga dari rukun Islam, maka dari itu, penting bagi setiap muslim untuk mengetahui hukum seputar zakat. Agar kita bisa menunaikan ibadah yang merupakan salah satu dari rukun Islam ini dengan benar.
Zakat dalam Islam terbagi menjadi beberapa jenis. Pada tulisan ini, kita akan membahas salah satu jenis zakat, yaitu zakat barang dagangan. Zakat barang dagangan merupakan zakat yang dikeluarkan dari barang dagangan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan barang dagangan di sini adalah setiap harta atau aset yang diperjualbelikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Wajibnya zakat barang dagangan
Dalil wajibnya zakat barang dagangan ini adalah surah Al-Baqarah ayat 267,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.”
Lalu, Allah Ta’ala berfirman dalam surah At-Taubah ayat 103,
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
“Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka.”
Lalu, firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Ma’arij ayat 24 dan 25.
وَالَّذِيْنَ فِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُوْمٌۖ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِۖ
“Dan orang-orang yang di dalam harta mereka disiapkan bagian tertentu, untuk orang yang meminta-minta dan yang menahan diri dari meminta-minta.”
Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah juga mengutip adanya ijma‘ dalam wajibnya mengeluarkan zakat barang dagangan beliau dalam kitab Mulakhas Fiqhy. Beliau menyatakan,
وقد حكى غيرُ واحدٍ إجماع أهل العلم على أنَّ في العروض التي يُراد بها التجارة الزكاةَ إذا حالَ عليها الحولُ .قال شيخ الإسلام ابن تيمية : الأئمة الأربعة وسائِرُ الأُمَّةِ – إلا من شذ متفقون على وجوبها في عروض التَّجَارَةِ.
“Lebih dari satu orang telah melaporkan adanya ijma’ ahli ilmu tentang adanya zakat untuk barang-barang yang dimaksudkan untuk jual-beli jika telah sampai haul. Syekh Islam Ibnu Taimiyah berkata, ‘Imam-imam yang empat dan imam-iman lainnya, kecuali pendapat yang aneh (ganjil), mereka bersepakat atas wajibnya zakat pada barang-barang dagangan.”
Syarat wajib zakat barang dagangan
Setelah mengetahui wajibnya zakat barang dagangan, lalu bagaimanakah syarat-syarat barang dagangan tersebut untuk wajib dikeluarkan zakatnya? Apakah semua barang dagangan wajib dizakati? Berikut ini ada beberapa syarat barang dagangan yang wajib dikeluarkan zakatnya:
Pertama: Barang tersebut dimiliki dengan pilihannya sendiri secara mubah, bisa dengan cara jual beli maupun dengan mendapatkan hibah ataupun wasiat.
Kedua: Barang tersebut dimiliki dengan tujuan untuk jual beli. Sehingga barang yang wajib dizakati adalah barang yang dimiliki memang tujuannya untuk diperjualbelikan. Oleh karena itu, barang yang dimiliki untuk tujuan lain, seperti mobil yang dibeli untuk keperluan transportasi lalu dijual, tidak termasuk dari barang dagangan yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Ketiga: Barang dagangan tersebut bukanlah barang yang asalnya wajib dizakati, seperti hewan ternak, emas, dan perak.
Keempat: Barang tersebut sudah mencapai nishab. Nishab yang digunakan untuk zakat barang dagangan bisa menggunakan salah satu dari nisab emas, yaitu 85 gram emas, atau nisab perak, yaitu sebesar 595 gram perak.
Kelima: Telah mencapai haul (genap satu tahun hijriah). Barang dagangan wajib untuk dikeluarkan zakat jika sudah mencapai haul selama satu tahun hijriah yang awalnya terhitung sejak nominal barang dagangan tersebut mencapai nishab yang sudah ditentukan.
Tata cara zakat barang dagangan
Setelah mengetahui wajibnya zakat barang dagangan dan syarat-syarat wajibnya barang dagangan tersebut untuk dizakati, lalu bagaimana cara untuk membayar zakat barang dagangan? Zakat barang dagangan dibayarkan setelah mencapai nishab dan terpenuhi haul selama satu tahun hijriah. Besaran zakat yang dibayarkan adalah 2,5% atau 1/40 dari nilai barang dagangan tersebut. Zakat tersebut dibayarkan kepada orang yang berhak menerima zakat, seperti fakir miskin atau disalurkan ke lembaga Amil Zakat. Zakat yang dibayarkan tentunya merupakan nilai dari barang tersebut, bukan barangnya tersebut. Sehingga jika memiliki barang dagangan berupa mobil seharga 200 juta rupiah misalnya, maka yang dibayarkan adalah uang senilai 1/40 dari barang tersebut, yaitu 5 juta rupiah.
Mari kita tunaikan zakat yang wajib bagi diri kita sendiri. Jangan sampai kita menganggap harta yang kita keluarkan untuk zakat adalah kerugian, padahal sejatinya harta zakat yang kita keluarkan adalah suatu bentuk bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam surah At-Taubah ayat 98-99,
وَمِنَ الْاَعْرَابِ مَنْ يَّتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ مَغْرَمًا وَّيَتَرَبَّصُ بِكُمُ الدَّوَاۤىِٕرَۗ عَلَيْهِمْ دَاۤىِٕرَةُ السَّوْءِۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ وَمِنَ الْاَعْرَابِ مَنْ يُّؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ قُرُبٰتٍ عِنْدَ اللّٰهِ وَصَلَوٰتِ الرَّسُوْلِۗ اَلَآ اِنَّهَا قُرْبَةٌ لَّهُمْۗ سَيُدْخِلُهُمُ اللّٰهُ فِيْ رَحْمَتِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian. Dia menanti-nanti marabahaya menimpamu. Merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan masukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel: Muslim.or.id
Sumber:
Kitab Mulakhas Fiqhy, karya Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah.
Leave a Reply