*SBUM*
*Sobat Bertanya*
*Ustadz Menjawab*
╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝
*NO : 1⃣2⃣7⃣5⃣*
*Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*
https://grupislamsunnah.com
*Kumpulan Soal Jawab SBUM*
*Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab
═══════ ° ೋ• ═══════
*MENJAMAK SHALAT*
*KETIKA MUDIK SERTA*
*HUKUM MENYOLATKAN*
*SESEORANG YANG TIDAK*
*SHALAT SEMASA HIDUPNYA*
*KETIKA MENINGGAL*
*Pertanyaan*
Nama: Sri S
Angkatan: 05
Grup : 23
Nama Admin : Ida Nurlaia
Nama Musyrifah : Lia Emylda
Domisili : Bekasi
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Afwan Ustadz mau bertanya.
Apakah kalau kita pulang kampung selama beberapa hari, sholatnya bisa di jamak selama masih di kampung?
Satu lagi Ustadz.
Apakah orang yang selama hidupnya tidak pernah mengerjakan sholat, sewaktu beliau meninggal tidak boleh di sholatkan. Biarpun itu orang tua sendiri?
Mohon penjelasannya Ustadz.
Syukron.
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.
*Jawaban*
وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته
بسم الله
Bismillah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
A. Yang lebih tepat adalah anda mengqoshor sholat, adapun jamak itu sesuai kebutuhan, jika memang dibutuhkan seperti ada masyaqqoh (kesulitan) maka boleh menjamaknya. Berdasarkan keterangan para ulama kami simpulkan;
1. Jika niatannya mukim selama empat hari atau kurang dari itu, selama itu boleh mengqashar shalat.
2. Jika niatannya mukim lebih dari empat hari, hati-hatinya shalatnya dikerjakan secara sempurna (tidak diqashar). Inilah pendapat jumhur atau mayoritas ulama dari ulama Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hambali.
b. Permasalahan menyolatkan orang yang meninggalkan sholat sewaktu hidupnya ada khilafiyah.
Boleh mensholatkanya sebagaimana pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah ditanya tentang seseorang yang terkadang shalat, tetapi banyak meninggalkan atau tidak shalat. Apakah (bila mati) dia di shalati?
Jawab Beliau:
“Terhadap orang yang seperti ini, kaum muslimin tetap menyolatinya. Bahkan kaum munafik yang menyembunyikan kemunafikannya, kaum muslimin tetap menyolati dan memandikannya, dan diterapkan atasnya hukum-hukum Islam, sebagaimana kaum munafik di zaman Nabi Shalallahu alahi wasallam.
Bila mengetahui kemunafikannya, maka ia tidak boleh menyolatinya. Sebagaimana Nabi Shalallahu alahi wasallam dilarang menyolati orang yang beliau ketahui kemunafikannya.
Adapun seseorang yang dia ragukan keadaannya, maka diperbolehkan menyolatinya bila ia menampakkan keislamannya.
(Majmu’ Fatawa, 24/285-288)
والله تعالى أعلم
Dijawab oleh : Ustadz Wukir Saputro Lc., M.Pd
═══════ ° ೋ• ═══════
*Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)*
WebsiteGIS:
https://grupislamsunnah.com
Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
Telegram Soal Jawab: https://t.me/GiS_soaljawab
YouTube: bit.ly/grupislamsunnah
Leave a Reply