② Jika dilatar belakangi oleh faktor keinginan untuk membuat senang teman-temann…

② Jika dilatar belakangi oleh faktor keinginan untuk membuat senang teman-temannya, maka cara menanganinya ialah dengan meyakini bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan murka tatkala ia meraih keridhaan manusia dengan cara melakukan apa yang Allāh benci.

Bagaimana mungkin seorang rela membuat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dzat yang Maha Kuasa, hanya demi menyenangkan makhluk yang bahkan tidak memiliki kuasa apapun (tidak bisa mendatangkan manfaat atau bahaya).

③ Jika sebab ghibah adalah karena: الغضب لله , membenci perbuatan seseorang karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata-mata, maka hendaknya dia tidak menyebutkan nama orang tersebut. Cukup menyebutkan kesalahan yang terjadi.

④ Jika sebab dia mengghibahi orang lain adalah agar menganggapnya dirinya bersih kemudian melimpahkan kesalahan kepada orang lain, maka ketahuilah bahwa murka Allāh Subhānahu wa Ta’āla jauh lebih dahsyat dari kemarahan manusia. Belum lagi, tidak ada jaminan bahwa kita akan selamat dari amarah manusia di dunia. Sebab siapa saja yang mengorbankan keridhaan Allāh demi meraih keridhaan manusia maka Allāh beserta makhluk_Nya akan murka kepadanya.

⑤ Keinginan untuk dipandang lebih mulia di mata manusia, sehingga ia berusaha untuk menjatuhkan martabat orang lain dan mereka berpikir bahwa dirinya tak memiliki kekurangan tersebut.

Ketahuilah bahwa jika kita bersikap demikian maka sejatinya kita telah menghapus kemuliaan kita di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla demi meraih kemuliaan manusia yang belum tentu kita dapatkan.

Dan ketahuilah, jika mereka menyadari kemuliaan dalam diri kita, jika orang-orang menyadari kemuliaan kita, maka niscaya tidak ada suatu apapun yang bisa memalingkan mereka darinya. Sebab, hati manusia berada di antara dua jari Ar Rahman, di mana Allāh Ta’āla membolak-balikkan hati tersebut sekehendaknya.

فعليك أن تتدبر!

Maka renungilah hal ini dengan sebaik mungkin, jangan sekali-kali tertipu dengan apa yang tampak dari orang lain.

⑥ Jika faktor yang melatar belakangi ghibah adalah sifat hasad terhadap orang lain, maka ketahuilah bahwa kita telah mengumpulkan dua penderitaan, yaitu rasa tersiksa saat melihat nikmat orang lain dan siksaan telah menunggu di hari akhirat.

Maka orang yang hasad telah menggabungkan dua penderitaan, di dunia dan di akhirat kelak. Dan ia sejatinya telah berbuat baik kepada orang yang ia hasadi. Dan justru mengkhianati dirinya sendiri, sebab ia dengan suka rela memberikan pahala kebaikan yang dimilikinya kepada orang lain atau rela memikul kesalahan tersebut jika tidak tersisa lagi pahala kebaikan yang ia miliki.

⑦ Jika sebab ghibah adalah dorongan untuk mengejek dan mengolok-olok orang lain, maka hendaknya ia menyadari bahwa kapan pun ia melakukan keburukan tersebut, niscaya semakin bertambah keburukannya dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan hal ini merupakan kerugian yang amat nyata.

⑧ Jika didasari dengan niatan untuk menunjukkan rasa iba kepada orang lain, maka ketahuilah bahwa niat tersebut adalah niat yang cacat. Sebab jika ia sungguh menginginkan kebaikan untuk orang lain seharusnya ia menasihati dan mengarahkannya bukan malah menghibahinya.

⑨ Jika sebab ghibah karena perasaan takjub hingga menertawakan perbuatan orang lain, maka hendaknya ia merasa takjub terhadap dirinya, sebab bagaimana mungkin ada orang yang rela menghancurkan dirinya sendiri karena orang lain.

Seorang manusia yang berakal akan segera bertindak dengan memanfaatkan berbagai obat penyakit ghibah begitu menyadarinya. Sehingga ia selamat dari berbagai bahaya ghibah

وأسأل الله بأسمائه الحسنى وصفاته العُلى

Kami memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang mulia, agar menjadikan kita termasuk orang yang mengatakan kebenaran. Bersegera melakukan amal shalih yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

*BAB 8: TATA-CARA BERTAUBAT DARI DOSA GHIBAH (طريق التوبة من الغيبة)*


View Source


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *