( آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة)
Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthāni rahimahullāh
Halaqah 01: Muqaddimah Kitāb
Telegram: https://t.me/ilmusyar1
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله و صلاة وسلم على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، و لَاحول ولاقوة الا بالله
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
In syā Allāh, kita akan mengambil faedah dari sebuah risalah karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthāni rahimahullāhu ta’āla yang membahas seputar Bahaya Lisan.
Risalah tersebut berjudul Āfātul Lisān Fī Dhau’il Kitābi was Sunnah ( آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة).
Syaikh Sa’id bin Ali Al-Qahthāni rahimahullāh merupakan seorang ulama kenamaan dengan segudang karya ilmiah, jika Anda tidak mengenal beliau, saya yakin Anda mengenal salah satu karya terbaik beliau yang bernama Hisnul Muslim.
Adapun kitāb yang akan kita pelajari kali ini membahas seputar berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh lisan, mulai dari ghibah, namimah, dusta dan sebagainya. Namun tidak cukup sampai di situ, beliau juga memaparkan bagaimana cara mengobati berbagai penyakit tersebut jika sudah terlanjur menjangkit.
Kita akan mengawali dari muqaddimah yang beliau bawakan, sebelum kita mempelajari berbagai pembahasan yang beliau bawakan dalam kitāb ini.
Pertama sebagaimana para ulama mengawali tulisannya, beliau memulai dengan muqaddimah dalam bentuk pujian kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kemudian penegasan tentang dua kalimat syahadah, kemudian beliau mengutip firman Allāh Ta’āla yang berkaitan dengan ketakwaan.
Allāh Ta’āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allāh dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Āli-Imrān: 102)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allāh) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allāh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allāh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allāh selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. An-Nissā: 1)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ۞ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allāh dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allāh memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allāh dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzāb: 70-71)
Beliau juga menegaskan tentang bahaya membuat suatu amalan baru yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Kemudian beliau menegaskan bahwa lidah merupakan sebuah nikmat yang agung yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla karuniakan kepada manusia. Bahkan ia merupakan nikmat terbesar setelah hidayah Islām.
Namun lidah ini bagaikan pedang bermata dua, jika seorang memanfaatkan dalam ketaatan kepada Allāh, seperti membaca Al-Qur’an, beramar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang yang terzhalimi, maka sejatinya itulah yang diperintahkan kepada seorang muslim.
Dan hal ini merupakan sebuah bentuk bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla atas nikmat tersebut.
Leave a Reply