Doa Memohon Petunjuk Ibadah Terbaik

Doa Memohon Petunjuk Ibadah Terbaik

Saudaraku, bayangkan jika seluruh ibadah dan ketaatan yang kita lakukan setiap hari ternyata tidak diterima oleh Allah Ta’ala karena kurangnya kualitas dan kekhusyukan. Apakah kita biarkan jika ibadah yang selama ini kita lakukan hanya sekedar melaksanakan ritual tanpa kekhusyukan? Hal yang patut kita renungkan dalam kehidupan beragama kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kita sebuah petunjuk agar kita bisa meningkatkan kualitas ibadah kita melalui sebuah doa yang sederhana, namun sarat makna. Sebuah doa yang dirangkaikan dengan zikir setelah salat, yaitu:

“اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك”

ALLAHUMMA A’INNI ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI IBADATIKA.

(Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).

Hadis tentang doa ini diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“يَا مُعَاذ، واللهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ، ثُمَّ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ، لاَ تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَة تَقُول: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ”.

Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Aku wasiatkan (perintahkan) kepadamu, wahai Mu’adz, agar engkau jangan sekali-kali meninggalkan pada setiap dubur (akhir) salat, sebuah doa: ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK (artinya: Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu).”

Kandungan doa

Kasih sayang Rasulullah

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai dengan ungkapan cinta kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dengan kalimat,

“وَاللَّهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ”

(Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu)

Yang menunjukkan betapa pentingnya doa ini, sehingga Rasulullah menyampaikannya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Artinya, doa dan zikir ini sangat penting untuk dirutinkan setiap selesai salat.

Ungkapan cinta yang tulus dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut memastikan bahwa Mu’adz memahami pentingnya doa dan zikir dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga menggambarkan bahwa Rasulullah berperan bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai sahabat yang penuh kasih sayang.

Selain itu, pengajaran yang disampaikan dengan penuh kasih sayang ini menunjukkan bahwa amalan zikir dan doa bukanlah sekadar rutinitas, melainkan ibadah yang memiliki dampak besar pada hati dan jiwa. Doa yang diajarkan oleh Nabi kepada Mu’adz memiliki makna yang dalam dan diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan spiritual yang terus mengingatkan kita akan kehadiran dan kebesaran Allah Ta’ala.

Dengan demikian, setiap kali kita mengamalkan doa dan zikir tersebut, kita sebenarnya sedang meneladani contoh terbaik dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menunjukkan kecintaan kita kepada Allah dan memperkuat taqarrub kita dengan-Nya.

Urgensi zikir

Memohon pertolongan Allah dalam mengingat-Nya sebagaimana tercermin dalam kalimat,

“أعِنِّي على ذكرك”

Kalimat mulia yang menegaskan bahwa manusia memerlukan bantuan dan kekuatan dari Allah untuk selalu bisa mengingat-Nya. Mengingat Allah atau zikir adalah aktivitas yang harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan keikhlasan hati, serta ittiba’.

Karena, zikir tidak hanya berdampak pada peningkatan ketakwaan individu, tetapi juga memberikan ketenangan batin dan kedamaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Zikir menjadi sarana bagi kita untuk senantiasa merasakan kehadiran Allah dan memotivasi kita untuk selalu berada di jalan yang benar.

Lebih jauh lagi, zikir berfungsi sebagai perisai dari godaan duniawi dan bisikan setan. Karena, apabila kita mengingat Allah secara terus menerus, kita akan lebih mudah menahan diri dari perbuatan yang dilarang dan selalu berusaha untuk melaksanakan kebaikan karena selalu merasa dalam pengawasan Allah Ta’ala.

Zikir ini menjadi penting untuk menjaga dan menguatkan hubungan kita dengan Allah Ta’ala, membangun kesadaran akan keagungan-Nya, serta menumbuhkan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan.

Syukur sebagai bentuk ibadah

Kalimat “شُكْرِكَ” mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah. Syukur tidak hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan dan perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap nikmat Allah. Ini termasuk menggunakan nikmat tersebut dalam kebaikan dan ketaatan.

Ketika kita bersyukur, kita sebenarnya sedang menjalankan perintah Allah dan menunjukkan ketaatan kepada-Nya. Syukur merupakan cara untuk mengingat dan mengakui bahwa segala nikmat yang kita terima berasal dari Allah semata. Maka, syukur juga menjadi bentuk penjagaan diri dari sifat sombong dan angkuh yang dapat merusak hubungan kita dengan Sang Pencipta. Sikap syukur juga mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan menyadari keterbatasan kita sebagai makhluk yang sangat bergantung pada rahmat dan kasih sayang Allah.

Oleh karenanya, maksimalkan wujud syukur kita dalam bentuk ibadah. Ketika kita menggunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, kita secara tidak langsung telah memperkuat keimanan dan ketakwaan kita. Misalnya, dengan mendermakan sebagian harta yang kita miliki untuk membantu orang yang membutuhkan, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan dalam umat. Tindakan ini mendatangkan keberkahan yang lebih besar dan memperlihatkan bahwa kita benar-benar memahami dan menghargai nikmat yang Allah berikan. Syukur yang ikhlas dan istikamah akan membuka pintu rahmat dan rezeki yang lebih luas dari Allah, sebagaimana yang dijanjikan-Nya dalam Al-Qur’an.

Ibadah yang baik

Ibadah yang baik, sebagaimana dimaksud dalam permohonan

“حُسْنِ عِبَادَتِكَ”

Zikir ini mengharuskan kita untuk memperhatikan kualitas dari setiap tindakan ibadah yang kita lakukan. Kualitas ibadah ini mencakup aspek keikhlasan, di mana setiap ibadah harus dilakukan semata-mata untuk mencari rida Allah, bukan untuk memperoleh pujian dari manusia atau keuntungan duniawi.

Keikhlasan dalam ibadah memastikan bahwa hati kita tetap fokus pada tujuan utama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, mengikuti sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bagian integral dari ibadah yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menunjukkan contoh sempurna bagaimana melaksanakan berbagai bentuk ibadah dengan cara yang benar, sehingga mengikuti sunahnya menjamin bahwa ibadah kita sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Kualitas ibadah juga ditentukan oleh pemahaman yang mendalam dan kekhusyukan. Pemahaman yang baik tentang makna dan tujuan dari setiap ibadah akan meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya ibadah tersebut dan bagaimana seharusnya dilakukan.

Karena itu, berikhtiarlah untuk benar-benar memahami makna di balik setiap ibadah, lakukanlah dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab. Kekhusyukan dalam ibadah mencerminkan perhatian penuh dan fokus kita kepada Allah selama menjalankan ibadah. Ketika hati dan pikiran kita sepenuhnya tertuju kepada Allah Ta’ala, insyaAllah ibadah kita menjadi lebih bermakna dan mampu memberikan dampak positif yang lebih besar pada kehidupan kita.

Baca juga: Doa untuk Menjaga Tubuh, Pendengaran, dan Penglihatan dari Perbuatan Dosa

Waktu dan tempat pembacaan doa

Doa ini dianjurkan untuk dibaca setelah setiap salat wajib, sebelum salam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya doa ini sebagai bagian dari rutinitas harian seorang muslim, menjadikannya sebagai penutup dari ibadah yang baru saja dilakukan, dan mempersiapkan diri untuk ibadah berikutnya.

Pembacaan doa setelah setiap salat wajib, sebelum salam, menunjukkan pentingnya waktu tersebut sebagai momen yang sangat mustajab untuk berdoa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya,

قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع

Wahai Rasulullah, doa apakah yang paling didengar?

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات

Di pertengahan malam yang terakhir dan setelah salat-salat wajib.” (HR. Tirmidzi no. 3499)

Hadis ini menegaskan bahwa waktu setelah salat wajib adalah salah satu waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa karena doa pada waktu tersebut memiliki peluang besar untuk dikabulkan oleh Allah.

Selain itu, mengucapkan doa setelah salat wajib juga sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an. Allah berfirman,

فَإِذَا قَضَيْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ

Apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring …” (QS. An-Nisa: 103)

Tempat pembacaan doa ini pun memiliki keutamaan. Mengucapkan doa di tempat kita melakukan salat, di mana kita telah bersujud dan merendahkan diri di hadapan Allah, menambah kekhusyukan, dan keikhlasan dalam berdoa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا.

Tempat yang paling disukai oleh Allah adalah masjid-masjid-Nya, dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim no. 671)

Hadis ini menunjukkan bahwa tempat ibadah, seperti masjid atau tempat salat lainnya, memiliki keutamaan khusus, sehingga berdoa di tempat tersebut menambah keberkahan doa yang kita panjatkan.

Mengakhiri setiap salat dengan doa juga membantu mempersiapkan diri kita untuk ibadah berikutnya. Hal ini sebagaimana dianjurkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِيْ صَلاَةٍ مَا دَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ.

Seorang hamba tetap berada dalam keadaan salat selama dia menunggu salat berikutnya.[1]

Doa setelah salat membuat kita selalu berada dalam keadaan mengingat Allah dan memelihara semangat ibadah hingga waktu salat berikutnya tiba. Dengan demikian, doa ini bukan hanya sebagai penutup salat yang baru saja dilakukan, tetapi juga sebagai persiapan mental dan spiritual untuk salat dan ibadah berikutnya, menjaga kesinambungan hubungan kita dengan Allah sepanjang hari.

Baca juga: Mengapa Ada Waktu Mustajab Doa, Padahal Allah Maha Mengabulkan Doa?

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] Kitab Az-Zuhd, bab Fadhlul Masyi’ ilash Shalah wal Julus fil Masjid Dzalika, no. 420, hal. 141-142.

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *