Islam Liberal – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, M.A

Islam Liberal – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, M.A

Islam Liberal – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, M.A

Silahkan bergabung dan mendapatkan tulisan, audio, video serta jadwal kajian Ust. Dr. Syafiq Riza Basalamah di :

Facebook :

Syafiq Riza Basalamah Official / https://www.facebook.com/SyafiqRizaBasalamahOfficial

Instagram :

Syafiq Riza Basalamah Official

Twitter :

Syafiq Riza Basalamah Official @ustadzsyafiq

Telegram :

Syafiq Riza Basalamah Official / @SRB_Official

Website :

http://syafiqrizabasalamah.com/

source


Comments

37 responses to “Islam Liberal – Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, M.A”

  1. Ustad.. Sy nyimak sambil nyetrika, gpp kn yaa..😌

  2. Bismillahirrohmanirrohim

  3. Bismillahirrahmanirrahim 🤲

  4. Nauzubillah hukum Allah di acak acak, semoga kita di jauhkan dari Islam liberal.

  5. bermanfaat, mohon kajian dengan tema serupa diulangi dalam beberapa kajian sehingga lebih banyak tersebar.

  6. Astaghfirulloh…mudah2an islam liberal lenyap dr muka bumi ini…aamiin

  7. Astaghfirullah…. berlindung dari segala kesesatan…

  8. Kajian ini tadi kok ada tulisan private video yaa

  9. Alhamdulillah, barakallah ustadz …

  10. Liberalisme sama dgn munafik, keraknya neraka

  11. Jaman pak Harto hal ini juga malah masuk dalam teks formal ustadz. Saya dulu pernah ikut lomba P4, dan ada tulisan soal bahwa semua agama itu sama. Termasuk juga GD. Beliau yg dulu sebagai RI 1 juga ada "jasa"nya menyebarkan paham pluralisme.

  12. wih parah ya liberal smoga allah jauhkan kita dari mereka

  13. Syukron ustadz ilmu nya

  14. Motif dgn ajakan belajar bersama namun disusupi faham liberal

  15. liberal hasil org2 yg pemikiranya keblinger

  16. assalamualaikum ustadz barakhallahu fikum ustadz 💖💖💖

  17. Semoga Allah subhanallahuwatalla
    Menjaga ustad dan keluarga

  18. Yg bilang semakin panjang jenggot ny semakin goblok itu itu berpaham Islam liberal..

  19. MashaAllah …semoga Ustad & team selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Ana 1997 ketemu dgn mahasiswa calon S2 di McGill University , Montreal , Canada.
    Ana tanya sama mereka kok belajar Islam di Barat ….aneh..? Di informasikan lecturenya bukan beragam Islam , tp Jwes, Nasaro dll.
    Mereka bilang di Barat sangat professional, dan semua terukur.
    Library terbuka dan komplite….di Timur tidak bisa kaji bukunya Salman Rusdy" Santanic Verses".
    15 thn kemudian mereka menjelma menjadi JIl, dll…….SubhnaAllah…lindungilah hambamu ini.
    Wasallam

  20. Subhanallah, betapa tersistematisnya mereka merusak agama Islam, walhamdulillah asatidzah salafiyyin menjadi garda terdepan untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya laten yang sudah nampak kerusakannya belakangan ini. Nas'alulloha salama

  21. Alhamdulillah…Terimakasih ustadz Syafiq..gonggongan mereka memang harus dibungkam ..jazakallah Khair

  22. Bukan barang baru kampus Islam negeri jd sarang pemikiran liberal

  23. Barakallah fiik ustadz….

  24. Lemak babi dan lemak unta

  25. kak kalo mau ikut kajian online kaya gini gimana ya?

  26. alhamdulillah…… ya Allah…jadikan hati hamba selalu hanya dijalanMU

  27. Negara- negara Barat (Eropa – Amerika – Australia) adalah negara liberal (bebas). Ciri-cirinya, antara lain, kehidupan masyarakatnya yang sekuler yaitu dipisahkannya antara agama dan negara. Dengan kata lain, agama sepenuhnya bebas menjadi hak individu masyarakat, mau beragama apapun silahkan, tidak beragama juga silahkan, itu hak individu-individu. Atau "agama bukan urusan negara" tetapi urusan hak perseorangan dari masyarakat.

    Lha di kita (Indonesia) lain, agama juga diatur negara sehingga ada menteri agama dan departemen agama, namun demikian Indonesia “bukan negara agama” tetapi mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Menteri agamapun bukan menteri agama Islam tetapi "menteri agama semua agama" (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Huchu dan kepercayaan).

    Lha klo di negara-negara Barat tidak ada menteri agamanya karena dianggap agama adalah hak privasi individu. Tugas negara disana sebatas mengatur ketertiban, keamanan, kesejahteraan dan keadilan masyarakat.

    Kendatipun Indonesia bukan negara sekuler atau liberal tetapi bisa jadi pada akhirnya mengarah menuju kesana sebab pengaruh globalisasi negara-negara modern Barat juga tidak bisa dihindari. Dalam dunia modern tiang penyangga utama adalah materi (materialism), berfikir rasional (logika) dan fasilitas kehidupan serba praktis — sementara agama sebaliknya bersifat imateri dan irasional sehingga disinilah mengapa kehidupan modern kurang religius dan bahkan tidak sedikit yang atheis (tidak mempercayai adanya tuhan).

    Sering kita mengklaim Indonesia 90% penduduknya beragama Islam, oleh karena itu kalau kita memilih pemimpin (perwakilan DPR dan lain-lain) yang mewakili suara umat Islam. Tetapi persoalannya 90% itu hanya logistik angka dan apabila dikupas yang sebenarnya ternyata tidak sederhana. Etung-etung bodhon saja, misalnya yang 90% itu kita bagi menjadi Islam Santri (yang menjalankan syareat agama) dan Islam Abangan atau Islam KTP (yang tidak menjalankan syareat agama) – lha diantara dua ini lebih banyak yang mana? Kemudian apabila mereka itu memiliki perwakilan di DPR kebijakannya bagaimana? Atau kita buat perumpamaan dengan melihat peta secara riil di masyarakat kita sendiri (dusun, desa, kecamatan, kabupaten bahkan propinsi) antara yang menjalankan syareat agama dengan tidak lebih banyak mana, berapa perbandingannya? Apabila kemudian ditarik sistem perwakilan (wakil rakyat) yang menyebar di Golkar, PDIP, Demokrtat, Gerindra dll – ideologi keagamaannya tidak sama dengan yang di PPP, PKS, PAN, PKB dan kedua kelompok itu duduk bersama di dewan. Kelompok ke-1 membawakan kepentingan macam-macam (nasionalis) , kelompok ke-2 membawakan suara umat Islam (agama) kemudian yang menang ternyata kelompok pertama, hal demikian bukan berarti kemudian berfaham komunis karena menolak kepentingan umat Islam, tetapi ya begitu itu karena isinya bangsa Indonesia itu majemuk, plural, bermacam-macam dari berbagai budaya dan agama. Oleh karena itulah dalam setiap pemilu sejak Pemilu ke-1 tahun 1955 , Pemilu II, Pemilu III, Pemilu IV dan seterusnya samapai sekarang pemenangnya selalu dari pihak nasionalis.🗞

  28. Di menit 58:24 yang mengatakan Al Quran itu gagasan Sayyidina Ustman maka fix Syiah juga ikut didalamnya

  29. kajian bagus nambah wwasan dan mmpertebal iman ..

  30. Jazakallahu khairan ustad syafiq 🙏

  31. Menurut KH Hasyim Muzadi, penganjur dan penganut Islam Liberal itu adalah kafir setengah jadi.

  32. Kritik utama terhadap pendekatan liberal/moderenis maupun konservatif/ tradisionalis maupun pendekatan yg lain adalah semua pendekatan itu hanya mendudukkan al quran saja yg berstatus kalamullah. seolah2 produk dari kalamullah hanya al quran saja, seolah-olah hanya kitab-kitab samawi saja. padahal ada banyak produk dari sifat al kalam, termasuk di dalamnya ayat tarikhiyyah (sejarah manusia), ayat kauniyah (alam semesta), dan ayat insaniyah (diri manusia). al quran sendiri mengakui keberadaan 3 jenis ayatullah ini (selain dirinya sendiri, selain al quran sendiri).

    Hasil akhir dari mempelajari /menafsirkan / menakwilkan semua produk kalamullah yg lain yg berstatus sebagai ayatullah (tanda2 kekuasaan / petunjuk allah) memiliki status yg sama sebagai "dalil syara" seperti hal nya hasil akhir dari mempelajari produk kalamullah yg bernama al quran. Selanjutnya, karena semuanya berstatus sebagai "dalil syara" maka semua ayatullah di atas juga berstatus sebagai sumber hukum islam (mashadir ahkam).

    Jadi "dalil-dalil syara" yg diperoleh dari hasil2 riset para ilmuwan non keagamaan (seperti hukum2 fisika, hukum2 biologi, hukum2 psikologi, rumus2 matematika, statistika, dll) memiliki kedudukan sebagai "dalil syara" sebagaimana "dalil syara" yg ditarik dari hasil studi atas kalamullah / ayatullah yg bernama al quran, karena "dalil-dalil syara" itu juga ditarik dari produk yg sama yakni produk2 dari hasil pelaksanaan sifat allah yg sama: kalamullah.

    Lebih jauh lagi: dengan demikian "dalil-dalil syara" itu semua dapat me-naskh hukum2 dari ayatullah yg lain karena sama2 produk yg memiliki kedudukan / level hukum yg sama (sama2 ayatullah). asal lex posteriori derogate lex anteriori juga berlaku dalam pembahasan hubungan hukum antar "dalil syara" yg ditarik dari 4 jenis ayatullah tersebut. wallahualam.

  33. Ternyata tukang tembang itu termasuk liberal, pantesan ngomong syariat ngalor-ngidul

  34. Ini pendapat teman saya di London tentang apa itu liberal.

    Seperti di Amerika, seringkali kata liberal di Indonesia melenceng dari definisi aslinya. Namun demikian saya akan coba menjawabnya sebisa mungkin.

    Pertama-tama saya memahami kata liberal sebagaimana paham liberalisme klasik. Bahwa tiap individu terlahir bebas, yang pada tiap individu tersebut melekat hak-hak asasi yg merupakan anugerah dari Tuhan YME yg tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Tidak lebih dan tidak kurang.

    Menjadi orang yg liberal bagi saya adalah dengan menggunakan kebebasan yg telah dianugerahkan oleh Tuhan tersebut secara maksimal. Melakukan hal-hal apa saja yg saya kehendaki. Tentunya tanpa merusak atau menghancurkan diri sendiri. Definisi “merusak" itu sendiri tentunya merupakan sesuatu yg fleksibel. Setiap orang memahaminya secara berbeda. Tapi itu tugas individual untuk menafsirkannya, bukan organisasi atau institusi, apalagi saya.

    Menjadi orang yg liberal bagi saya adalah menghormati pemeluk agama, kepercayaan atau ideologi lain. Saya sudah tidak lagi terganggu dengan bentuk keyakinan apapun. Selama si pemeluknya tidak berbuat agresif, saya fine-fine saja. Bahkan saya memiliki kecenderungan untuk mempelajari keyakinan-keyakinan lain yg berbeda dari keyakinan saya. Dari dulu saya memiliki soft spot untuk berbagai corak keyakinan yg ada di muka bumi ini. Hanya saja saya tidak memiliki waktu untuk mempelajari semuanya.

    Sebagai seorang liberal, saya percaya bahwa sistem politik yg demokratis adalah sistem politik terbaik saat ini. Terserah apakah bentuk pemerintahannya republik atau monarki, selama politiknya bersifat demokratis maka saya mendukungnya. Demokrasi bukanlah sistem yg sempurna. Dan memang tidak ada sistem politik yg sempurna di muka bumi ini. Kesempurnaan adalah sifat ilahiah yg tidak akan pernah ada pada sistem buatan manusia. Maaf untuk para pendukung khilafah, anda boleh berargumen bahwa sistem khilafah adalah ciptaan tuhan. Tapi dari persfektif saya, sistem khilafah hanyalah tafsiran anda bahwa itu adalah sistem dari Tuhan.

    Dalam hal ekonomi, saya percaya bahwa pasar bebas kapitalisme merupakan hal yg alami. Segala upaya yg ingin memberangus pasar ini akan berakhir dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Ini bukan nubuat, tapi merupakan sesuatu yg logis. Sejarah menunjukan bahwa segala upaya politik yg ingin menggantikan pasar bebas berakhir dengan kegagalan. Pasar bebas memang harus dikendalikan, namun bukan dihilangkan, yang akhirnya membawa saya pada poin selanjutnya.

    Sebagai seorang liberal saya masih percaya dengan peran pemerintah dalam mengatur perekonomian. Namun tidak terlalu intrusif, dan tidak mengebiri peranan pasar. Pemerintah harus memastikan bahwa pasar berjalan efektif dan mampu memberikan kesejahteraan yg maksimal kepada warga masyarakat. Dengan mengambil teori dari Hayek, saya percaya bahwa pemerintahan adalah sebentuk tatanan yang terbentuk secara alami, sama seperti pasar. Yang tugasnya sebagai penyeimbang pasar.

    Saya juga percaya bahwa alam semesta ini akan diisi oleh berbagai makhluk yg beraneka rupa. Sebaliknya saya tidak meyakini bahwa manusia akan menjadi satu entitas ras yg saling bergandengan tangan, hidup dalam kedamaian. Istilah global village bagi saya sedikit membingungkan karena saya tidak melihat manusia berjalan ke arah sana. Ras manusia menurut saya akan terus berkembang dan bercabang menjadi makhluk-makhluk jenis baru yg mungkin tidak akan dikenali lagi oleh manusia saat ini. Ini bukan hanya sejalan dengan visi liberalisme yg saya anut namun juga sejalan dengan evolusi kehidupan di planet ini. Liberalisme tidak ada gunanya jika manusia menjadi entitas yg seragam. Menjadi liberal hanya akan relevan jika kita hidup di dunia yg penuh dengan keanekaragaman.

    Tetapi menjadi liberal bukan berarti tidak memiliki pendirian. Mentolerir semua hal, menerima segala sesuatu tanpa filter, dan hidup tanpa aturan atau moral. Jika anda menyangka saya seperti demikian, maka anda salah besar. Anda akan menjumpai saya orang yg sangat “militan" dalam mempertahankan prinsip-prinsip liberal yg saya anut. Bahkan dalam ranah pribadi, saya sendiri cenderung konservatif. Saya akan menyuarakan hal apa saja yg saya anggap benar. Oleh karena Itu, saya percaya bahwa aturan berdasarkan hukum itu harus ada.

    Menjadi orang liberal tidaklah bertentangan dengan nilai-nilai konservatif yg saya anut. Sebaliknya, malahan menguatkan. Saya menjadi terekspose dengan dunia yg lebih luas, belajar dari mereka yg berbeda tanpa harus kehilangan diri saya sendiri atau menghendaki entitas lain untuk musnah.

    Demikian pengertian saya menjadi seorang yg liberal. Semoga membantu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *