Bukti Cinta Yang Benar Pada Nabi
Bukti Cinta yang Benar pada Nabi
Allah subhanahu wata’ala mewajibkan hambanya untuk taat kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, memuliakannya, dan mencintainya. Dan para sahabat telah melaksanakan hal tersebut dengan sebaik-baiknya, mereka adalah generasi yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya dan apa yang mereka lakukan adalah contoh untuk kaum muslimin seluruhnya.
Di antara yang bisa diambil contoh dari para sahabat adalah cara mereka membuktikan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, mereka mengorbankan jiwa dan raga serta bersedekah harta sebagai tanda bukti ketaatan dan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam.
Berbeda dengan sebagian manusia yang mengaku cinta kepada nabi kita, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, namun sikap dan perbuatan mereka jauh dan tidak mencerminkan cinta itu sendiri.
Ada banyak cara untuk membuktikan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, namun dalam kesempatan ini kita akan membahas bukti cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dalam bentuk berpegang teguh dengan ajarannya tanpa membuat perkara yang baru yang tidak beliau contohkan.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
﴿قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ﴾
“Katakanlah -wahai Rasul-, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Ali ‘Imran (3): 31)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri dan Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
“إنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ، فَأَقُولُ: إِنَّهُمْ مِنِّي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ: سُحْقًا، سُحْقًا، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي.”
(رواه البخاري، رقم (6212)، ومسلم رقم (2290))
“Saya menunggu kalian di Haudh (telaga), barang siapa yang melewati saya, ia akan meminum air telaga tersebut, dan bagi siapa saja yang meminumnya maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Ada beberapa kaum yang mendatangiku, aku mengetahui mereka, dan mereka mengetahuiku, kemudian mereka dihalangi untuk sampai kepadaku, maka aku berkata, ‘Mereka adalah termasuk golonganku.’ Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.’ Maka aku bersabda, ‘Celaka, celaka bagi siapa yang merubah setelahku.’” (HR. Bukhori, no. 6212 dan Muslim, no. 2290)
Siapa saja yang mengaku cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, maka dia harus membuktikan dengan ittiba’ kepadanya dan mengikutinya dalam segala hal, terutama masalah ibadah yang memang beliau diutus untuk tujuan tersebut, serta menjauhi praktik ibadah yang tidak pernah beliau contohkan.
Kalu kita lihat praktik ittiba’ para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, maka akan kita jumpai sebuah hal yang menakjubkan.
Di bawah ini merupakan contoh ittiba’ dan patuhnya para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, sekaligus bentuk kehati-hatian mereka terhadap praktik ibadah yang tidak ada contoh dari beliau shallallahu ‘alayhi wasallam:
-
Kisah dipindahkannya arah kiblat. Di mana mereka dalam keadaan sholat menghadap Baitul Maqdis, kemudian datang seseorang mengabarkan bahwa kiblat telah dirubah menuju arah Ka’bah, maka mereka segera berputar menuju arah Ka’bah dalam keadaan sholat. 1
-
Kisah diharamkannya khamr. Di mana ketika ada seruan bahwa khamr telah diharamkan, mereka langsung memerintahkan para budak untuk menumpahkan khamr. 2
-
Kisah sahabat Umar radhiyallahu ’anhu ketika mencium hajar aswad. Di mana beliau menciumnya seraya berucap, “Aku tahu engkau hanya bongkahan batu, tidak bisa memberi manfaat dan madharat, andai aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” 3
-
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu berkata, “Ikutilah dan jangan kalian berbut bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” 4
Dari kisah-kisah di atas, kita bisa mengambil pelajaran akan kuatnya para sahabat dalam berpegang teguh kepada syari’at Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dan kerasnya pengingkaran mereka terhadap sesuatu yang baru yang tidak pernah beliau ajarkan.
Inilah bukti cinta nabi yang benar, kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, mencukupkan diri dengan syari’at-nya dan menjauhkan diri dari ajaran yang baru yang tidak ada contohnya dari salafusshalih.
Ditulis oleh: Ustadz Abu Hanifah, Lc.
1 Shahih Bukhari, Bab Hadis-Hadis tentang Diterimanya Khabar Wahid, Hadis no. 6825.
2 Shahih Bukhori, Bab Menumpahkan Khamr di Jalan, Hadis no. 2464.
3 Sunan Abu Dawud, Bab Mencium Hajar Aswad, Hadis no. 1875.
4 Ibnu Qudamah. (2000 M). Lum’atul I’tiqod. Saudi Arabia: Wizaroh Syu’un Islamiyah.
Leave a Reply