Halaqoh 09: Kunci Kedelapan Lemah Lembut Dan Berakhlaq Mulia
Telegram: https://t.me/ilmusyar1
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة اما بعد
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Anda Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan) yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta’āla.
Pada kesempatan kali ini kita sudah berada di kunci atau langkah kedelapan yang beliau sebutkan.
LANGKAH KEDELAPAN: LEMAH LEMBUT DAN BERAKHLAQ MULIA DENGAN SELURUH MANUSIA.
Beliau mengatakan diantara hal yang dapat menjadikan seorang insan menggapai predikat pembuka pintu kebaikan adalah lemah lembut dalam setiap permasalahan dan memperlakukan manusia dengan akhlak mulia.
Ini adalah salah satu kunci penting yang dapat menjadikan anda meriah predikat sebagai pembuka pintu kebaikan.
Saudaraku, yakinlah bahwa orang yang memperlakukan orang lain dengan buruk, orang yang berakhlak keras kepada orang lain, tidak akan menjadi pembuka hati manusia.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla pernah berfirman tentang nabi yang menjadi pemimpin manusia yaitu Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ
_”Berkat rahmat Allāh, engkau wahai Muhammad, berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauh dari sekitarmu.”_
(QS. Āli Imrān: 159)
Jiwa akan lari dari sikap kasar, jiwa akan lari sikap keras, jiwa akan lari dari sikap kejam, jiwa akan lari dari akhlak yang buruk.
Kaidah ini tetap berlaku walaupun yang disampaikan adalah kebaikan.
Hal ini karena sikap yang keras, tindakan yang buruk, cara yang kasar membuat manusia lari darinya. Sehingga seorang insan ketika ingin menjadi pembuka pintu kebaikan ia harus memperlakukan manusia dengan lembut.
Ia berbicara dengan mereka dengan sopan dan tenang. Berbicara dengan rendah hati tidak meninggikan diri sendiri, tidak sombong, tidak congkak.
Apabila saya sebutkan contoh tentang hal ini dari sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang banyak itu, tentu buku ini akan menjadi panjang. Tapi akan saya sebutkan satu contoh yang sangat luar biasa dan sangat menakjubkan ketika Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam masuk ke Mekkah pada peristiwa Fathu Mekkah. Posisi Beliau saat itu adalah sebagai penakluk (penguasa).
Beliau mendatangi sebuah kota yang dahulu penduduknya sangat keras siksaannya kepada Beliau. Saat itu (setelah penaklukan selesai) Abū Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu ‘anhu datang menggandeng tangan ayahnya yang belum masuk Islām menemui Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Rambut, jenggot dan alis ayah beliau sudah putih (sudah lanjut usia) Abū Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu ‘anhu membawa beliau kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Anda tahu apa yang dikatakan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu ‘anhu?
Apa kata Nabi kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu ‘anhu?
هلَّا تركتَ الشيخ في بيته حتى أكون أنا آتيه فيه؟!
_”Kenapa kamu tidak biarkan kakek ini tetap tinggal di rumahnya saja, biar aku yang mendatangi beliau?”_
Kenapa kakek ini tidak dibiarkan duduk saja , tidak usah dibawa ke sini, biar saya yang ke sana mendatangi Beliau?
Inilah akhlak yang sangat tinggi, akhlak yang sangat mulia dari seorang penakluk yang baru saja memasuki kota Mekkah, sebuah kota di mana Beliau pernah disiksa dengan sangat pedih di sana.
Maka saat itupun Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam meletakkan tangan Beliau pada dada ayah Abū Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu ‘anhu. Lalu beliau berkata, “Apakah anda bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allāh dan saya adalah utusan Allāh?”
Leave a Reply