Halaqoh 03: Kunci Kedua Tauhid dan Ikhlas
Telegram: https://t.me/ilmusyar1
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة اما بعد
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan membaca kunci kedua yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta’āla dalam Kitāb: كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan).
Kunci Kedua Mentauhīdkan Allāh Dan Mengikhlaskan Ibadah Kepada-Nya.
Ketahuilah! Pintu kebaikan terbesar yang tidak ada duanya adalah mentauhīdkan (meng-Esa-kan) Allāh Azza wa Jalla. Dan mengikhlaskan agama untuk-Nya.
Tauhīd adalah kunci seluruh kebaikan.Tauhīd adalah kunci surga.
Al Hafizh Al Bazzar rahimahullāh dalam kitāb Musnadnya, meriwayatkan sebuah hadīts dari Mu’ādz bin Jabbal radhiyallāhu ‘anhu bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Kunci surga adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allāh.”
Keshahīhan sanad hadīts ini, diperbincangkan oleh para ulama, akan tetapi makna yang terkandung di dalam hadīts ini benar dan shahīh tanpa keraguan sedikitpun.
Di sana juga ada hadīts-hadīts pendukung lain dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang sangat banyak namun kita tidak perlu memperpanjang pembicaraan tentang hal ini. Cukup saya sebutkan satu hadīts saja yang paling jelas mendukung hadīts ini.
Hadīts ini (hadīts pendukung) diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ‘anhu, bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Setiap ada seorang hamba yang berwudhu, lalu dia menyempurnakan wudhu tersebut kemudian membaca do’a, ‘Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh dan Muhammad adalah hamba dan rasūl-Nya, maka pasti ke-8 pintu surga akan dibukakan untuknya dan ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia inginkan’.”
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 234)
Jadi tauhīd adalah kunci surga, barangsiapa tidak membawa kunci ini, maka ia tidak akan masuk surga. Atas dasar inilah Allāh Ta’āla berfirman tentang orang-orang kafir.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
لَا تُفَتَّحُ لَهُمۡ أَبۡوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلۡجَمَلُ فِي سَمِّ ٱلۡخِيَاطِۚ
“Tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum…”
(QS. Al A’rāf : 40)
Jadi surga itu tidak mungkin dimasuki kecuali dengan Tauhīd.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:
“Surga hanya akan dimasuki oleh jiwa yang beriman.”
Ucapan Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) itulah kalimat tauhīd. Ini adalah kunci surga, sebagaimana telah berlalu penjelasannya. Tetapi perlu diketahui bahwa kunci ini tidak akan berfungsi dan tidak akan membantu seseorang masuk surga kecuali apabila seorang hamba melaksanakan syarat-syaratnya.
Atas dasar inilah Imam Al Bukhāri dalam kitāb Shahīhnya menyebutkan bahwa Wahhab bin Munabih salah seorang ulama tabi’in pernah di tanya. Penanya ini berkata:
“Bukankah Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) adalah kunci surga?”
Wahhab bin Munabih menjawab:
“Iya, tentu tetapi sebuah kunci pasti memiliki gigi-gigi. Apabila engkau datang membawa kunci yang memiliki gigi, maka pintu akan terbuka, namun apabila engkau datang dengan kunci yang tidak bergigi maka pintu tidak akan terbuka.”
Demikian perkataan beliau.
Dari sini Wahhab bin Munabih sedang mengisyaratkan tentang syarat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ), di mana kalimat ini tidak akan dapat membuka pintu surga kecuali apabila syarat-syaratnya yang disebutkan oleh Allāh dalam Al Qur’ān maupun oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam hadīts hadītsnya, dilaksanakan terlebih
dahulu.
Leave a Reply