Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Dahulu kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau belum pernah mengimami kami shalat (Tarawih) sekali pun dalam sebulan sampai;
● Tinggal tujuh hari tersisa (malam ke-23, pent), maka beliau pun mengimami kami hingga lewat sepertiga malamnya.
Tatkala tiba malam keenam (tersisa, yaitu malam ke-24, pent.), beliau tidak mengimami kami.
Tatkala tiba malam kelima (tersisa, yaitu malam ke-25, pent.), beliau mengimami kami hingga lewat separuh malam.
Kami pun berkata,
يا رسول الله! لو نفلتنا قيام هذه الليلة
“Wahai Rasulullah, seandainya Anda bersedia menambahkan untuk kami shalat di malam ini!”
Beliau menjawab,
إن الرجل إذا صلى مع الإمام حتى ينصرف؛ حسب له قيام ليلة
“Sesungguhnya, apabila seseorang shalat bersama imamnya hingga selesai, niscaya akan dihitung baginya shalat semalam suntuk.”
● Tatkala tiba malam keempat (tersisa, yaitu malam ke-26, pent.), beliau tidak (terlihat) shalat malam.
● Tatkala tiba malam ketiga (tersisa, yaitu malam ke-27, pent.), beliau mengumpulkan keluarganya, istri-istrinya, dan orang-orang, lalu beliau mengimami kami hingga kami khawatir terlewatkan “al-falaah”.
Perawi hadits berkata, “Aku pun bertanya, ‘Apa itu al-falaah’?”
Abu Dzar menjawab, “Sahur.”
Kemudian beliau tidak lagi mengimami kami di sisa bulan itu.
(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi, sekaligus beliau (At-Tirmidzi) menilainya sahih, begitu pula Syaikh al-Albani.
(Shahih Sunan Abi Dawud no. 1245)
Kunjungi || https://goo.gl/v3XuqP
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://telegram.me/forumsalafy
Leave a Reply