Halaqah 32 | Hadits Yang Berkaitan Dengan Menyemir Rambut Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
Telegram: https://t.me/ilmusyar1
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَالْأَخْلَاقَ وَالْأَرْزَاقَ وَالْأَفْعَالَ، وَلَهُ الشُّكْرُ عَلَى إِسْبَاغِ نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ بِالْإِفْضَالِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَرَسُولِهِ الْمُخْتَصِّ بِحُسْنِ الشَّمَائِلِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمَوْصُوفِينَ بِالْفَوَاضِلِ وَالْفَضَائِلِ، وَعَلَى أَتْبَاعِهِ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ بِمَا ثَبَتَ عَنْهُ بِالدَّلَائِلِ. أما بعد
Sahabat Bimbingan Islam rahīmaniy wa rahīmakumullāh.
Ada banyak nikmat yang perlu kita syukuri di antara nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat menuntut ilmu.
Dan pada kesempatan kali ini (pertemuan ke-32) in syā Allāh, kita melanjutkan pembahasan Kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah, karya Imām Abū Īsā At Tirmidzī rahimahullāhu ta’āla.
Kali ini kita akan membahas tentang biografi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan pada kesempatan kali ini kita meneruskan pembacaan hadīts yang berkaitan tentang, apakah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyemir rambut ataukah tidak.
Yang mana hal tersebut diperselisihkan oleh para ulamā bahkan para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
In syā Allāh ini adalah hadīts nomor 46 dari kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah, yang ditulis oleh Imām At Tirmidzī rahimahullāhu.
Imām At Tirmidzī berkata :
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي
_”Sufyān bin Wakī’ memberikan hadīts kepadaku, dia mengatakan ayahku memberikan hadīts.”_
Ibnu Hajar berkata tentang Wakī’ bin Al Jarrah ini (ayah dari Sufyān bin wakī’):
“Beliau terpercaya, penghafal hadīts (hafidz) dan seorang ahli ibadah.”
Imām Ahmad berkata :
“Wakī’ adalah imam kaum muslimin pada masanya.”
Marwan bin Muhammad Ath Thathari berkata :
“Aku tidak pernah melihat orang yang lebih khusyu’ dari Wakī’. Dan biasanya ketika ada seorang yang diceritakan kepadaku, pasti ku dapati orang tersebut lebih buruk dari pada ceritanya, kecuali Wakī’. Aku melihatnya ia lebih baik dari pada cerita-cerita yang sampai kepadaku.”
Kemudian Imām Wakī’ juga pernah mengatakan :
“Seorang tidak akan sempurna, sampai ia mau belajar dengan orang yang lebih utama, dengan orang yang sama, dan dengan orang yang lebih rendah darinya.”
Imām Wakī’, berkata:
عَنْ شَرِيكٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ: سُئِلَ أَبُو هُرَيْرَةَ
_Dari Syarīk, dari Utsmān bin Mauhab, dia berkata Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu pernah ditanya,_
Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu adalah seorang shahābat yang paling banyak meriwayatkan hadīts, beliau meriwayatkan sekitar 5374 hadīts. Walaupun beliau adalah seorang yang tidak begitu lama kebersamaannya bersama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Karena beliau masuk Islām sekitar tahun 7 Hijriyyah dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam meningal tahun 11 Hijriyyah hanya. Sekitar 3 atau 4 tahun saja kebersamaannya bersama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Lalu kenapa beliau bisa meriwayatkan hadīts sebanyak itu, padahal shahābat yang lain tidak bisa meriwayatkan hadīts sebanyak itu ?
Setidaknya ada tiga jawaban, yaitu:
⑴ Beliau adalah orang yang semangat untuk belajar kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Imām Al Bukhāri pernah meriwayatkan sebuah hadīts dari shahābat Abū Hurairah ketika beliau bertanya tentang, “Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafā’atmu wahai Rasūlullāh?”
Sebelum Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab pertanyaan dari Abī Hurairah, Beliau mengatakan, “Wahai Abū Hurairah, aku sudah menyangka bahwa tidak akan ada orang yang mendahuluimu bertanya tetang hal ini, karena aku melihat engkau sangat semangat untuk belajar hadīts.”
Lalu Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam baru menjawab pertanyaan Abī Hurairah terkait siapakah
orang yang paling bahagia dengan syafā’at Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 99 dan nomor 6570)
Leave a Reply