Apakah Lalai Menunaikan Shalat Bentuk Penghinaan pada Allah?

Apakah Lalai Menunaikan Shalat Bentuk Penghinaan pada Allah?

Apakah Lalai Menunaikan Shalat Bentuk Penghinaan pada Allah?

17 hours yang lalu
Apakah Lalai Menunaikan Shalat Bentuk Penghinaan pada Allah?

Apakah Lalai Menunaikan Shalat Bentuk Penghinaan pada Allah?

Kewajiban shalat merupakan perkara yang diketahui secara darurat di dalam agama Islam. Telah tetap kewajibannya di dalam Al-Quran, As-Sunnah, dan kesepakatan kaum muslimin.

Firman Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Quran:

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 43)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun di atas 5 perkara: bersaksi bahwasanya tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah & bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (Muttafaq alaihi)

Dan kaum muslimin telah bersepakat akan kewajiban dari ibadah mulia ini.

Dan shalat memiliki kedudukan yang tinggi di atas ibadah lain yang mana ia merupakan rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat dan merupakan tiang agama yang barangsiapa menegakkannya maka ia menegakkan agamanya dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya maka ia menyia-nyiakan agamanya.

Dan tidak ada amalan yang jika ditinggalkan mengakibatkan kekufuran kecuali sholat sebagaimana ijma’ yang dinukil oleh Abdullah ibn Syaqiq dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.



Umar ibn Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu– berkata, “Tidak ada jatah seseorang di dalam Islam bagi siapa yang meninggalkan shalat.”

Firman Allah ‘azza wajalla,

فَإِن تَابُوا۟ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَإِخْوَٰنُكُمْ فِى ٱلدِّينِ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At-Taubah [9]: 11)

Ini menunjukkan bahwa meninggalkan shalat menafikan persaudaraan seagama.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ

“Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim: 82)

Jika ini telah tetap, maka orang yang meninggalkan shalat -dengan perbuatannya- itu tidak mengagungkan Allah ‘azza wajalla dan Rasulnya, serta tidak pula menghormati syariat yang Allah turunkan, ini walaupun lisannya menolak anggapan tersebut.

Sebab sekiranya di dalam hatinya terdapat pengagungan terhadap Rabb ‘azza wajalla dan syariat-Nya, maka tentulah ia akan menjaganya dan merutinkan pelaksanaannya; sebab keimanan adalah apa yang tertitip di dalam hati dan dibenarkan oleh amalan. Barangsiapa yang mengaku beriman kemudian tidak ia wujudkan dengan amalan, maka pengakuannya itu tidaklah benar dan tidak memberinya faidah.

وبالله التوفيق

 

Source link


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *