Sejarah Amalan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Yasinan dan Shalawatan: Sunnah atau Bid’ah? #Bagian 02
![]()
Sejarah Amalan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Yasinan dan Shalawatan: Sunnah atau Bid’ah? #Bagian 02
2. Perayaan Isra’ Mi’raj
Sejarah Munculnya
- Peristiwa Isra’ Mi’raj memang benar terjadi dan diabadikan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Isrā: 1).
- Namun, Rasulullah ﷺ maupun para sahabat, tidak pernah merayakan malam Isra’ Mi’raj dengan ibadah khusus.
- Para sahabat yang hidup bersama beliau pun tidak pernah menjadikannya peringatan tahunan.
- Tradisi perayaan Isra’ Mi’raj baru muncul berabad-abad kemudian, pada masa Dinasti Ayyubiyyah dan sebagian penguasa setelahnya untuk menarik simpati rakyat. dipengaruhi oleh tradisi Sufi dan kerajaan Islam tertentu
Dalil dan Penjelasan Ulama
Dalam menegaskan waktunya kapan, ini tidak ada dalil yang shahih dan kuat sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
”Tidak ada dalil yang tegas yang menyatakan terjadinya Isra Miraj pada bulan tertentu atau sepuluh hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menegaskan waktu pastinya.” Zaadul Ma’ad, 1/54.
Ibnu Rajab mengatakan,
”Telah diriwayatkan bahwa di bulan Rajab ada kejadian-kejadian yang luar biasa. Namun sebenarnya riwayat tentang hal tersebut tidak ada satupun yang shahih. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau dilahirkan pada awal malam bulan tersebut. Ada pula yang menyatakan bahwa beliau diutus pada 27 Rajab. Ada pula yang mengatakan bahwa itu terjadi pada 25 Rajab. Namun itu semua tidaklah shahih.”
Abu Syamah mengatakan, ”Sebagian orang menceritakan bahwa Isra Mi’raj terjadi di bulan Rajab. Namun para pakar Jarh wa Ta’dil (pengkritik perowi hadits) menyatakan bahwa klaim tersebut adalah suatu kedustaan.” Al Bida’ Al Hawliyah, 274.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku. Jauhilah perkara baru, karena setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru (dalam agama). Sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Imam Asy-Syathibi berkata:
“Menjadikan hari tertentu sebagai ibadah tanpa dalil termasuk dalam kategori bid’ah.” (Al-I’tishām, 1/37)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
”Tidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Isro’ memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadar. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Isro’ untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isro’ tersebut.” (Zaadul Ma’ad, 1/54)
Begitu pula Syaikhul Islam mengatakan,
“Adapun melaksanakan perayaan tertentu selain dari hari raya yang disyariatkan (yaitu idul fitri dan idul adha, pen) seperti perayaan pada sebagian malam dari bulan Rabi’ul Awwal (yang disebut dengan malam Maulid Nabi), perayaan pada sebagian malam Rojab (perayaan Isra Miraj), hari ke-8 Dzulhijjah, awal Jum’at dari bulan Rajab atau perayaan hari ke-8 Syawal -yang dinamakan orang yang sok pintar (alias bodoh) dengan Idul Abror (ketupat lebaran)-; ini semua adalah bid’ah yang tidak dianjurkan oleh para salaf (sahabat yang merupakan generasi terbaik umat ini) dan mereka juga tidak pernah melaksanakannya.” (Majmu’ Fatawa, 25/298)
Ibnul Haaj mengatakan, ”Di antara ajaran yang tidak ada tuntunan yang diada-adakan di bulan Rajab adalah perayaan malam Isra Miraj pada tanggal 27 Rajab.” (Al Bida’ Al Hawliyah, 275)
Perayaan Isra’ Mi’raj adalah bid’ah, karena Rasulullah ﷺ tidak pernah mencontohkannya meski beliau sendiri mengalami peristiwa itu.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita, baarokallohufikum
Bersambung bagian #03


