Halaqah 24 | Pembahasan Hadits Ibnu Mas’ud dan Hadits Jabir – ilmiyyah.com

Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-24 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.

Beliau rahimahullāh mengatakan

وَقَالَ الخَلِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: ﴿وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

Dalil yang selanjutnya, yang dibawakan oleh muallif rahimahullāh, yang menunjukkan tentang bahaya syirik dan keharusan kita untuk takut terhadap kesyirikan, adalah hadits ‘Abdullāh bin Mas‘ud. Beliau mengatakan

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو لِلَّهِ نِدًّا؛ دَخَلَ النَّارَ

Dari Ibnu Mas‘ud raḍiyallāhu ‘anhu, bahwasanya Rasulullāh ﷺ bersabda: “Barang siapa yang meninggal dunia dan dia dalam keadaan berdoa kepada sekutu Allāh—atau yang dianggap sebagai sekutu Allāh, yang disembah selain Allāh—maka dia akan masuk ke dalam neraka.”

Barang siapa yang meninggal dunia, berarti dia dalam keadaan ketika meninggal dunia belum bertaubat dengan dosa ini, yaitu dosa syirik. Barang siapa yang meninggal dunia dan dia dalam keadaan berdoa kepada selain Allāh, sekutu selain Allāh, menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh, yad’u disini bisa diartikan doa, yaitu doa permintaan sebagaimana yang kita kenal—maka jelas orang yang berdoa kepada selain Allāh ini adalah melakukan kesyirikan. Atau bisa dibawa yad’u disini adalah ya’budu (menyembah), lebih umum lagi.

Meninggal dunia dalam keadaan dia menyembah kepada selain Allāh, baik dengan doa kepada selain Allāh, sujud kepada selain Allāh, atau yang lain, artinya di akhir hayatnya dia melakukannya yang demikian, meninggal dalam keadaan demikian dan tidak bertaubat kepada Allāh, maka dia akan masuk ke dalam neraka. Karena tadi itu, dia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allāh ﷻ. Inna Allāha lā yaghfiru ay yushraka bihi.

Meninggal dunia dalam keadaan dia melakukan dosa syirik tadi, maka tidak akan diampuni oleh Allāh. Dan kalau tidak diampuni oleh Allāh berarti tidak dihilangkan dampaknya. Apa dampaknya? Adzab. Sehingga dia harus masuk ke dalam neraka, dia akan masuk ke dalam neraka.

Kalau syirik yang dilakukan adalah syirik yang besar, maka dia akan kekal selama-lamanya di dalam neraka.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan Ahlul-Kitāb maupun orang-orang musyrik, mereka kekal di dalam neraka Jahannam selama-lamanya.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Tapi kalau yang dimaksud dengan syirik di sini adalah syirik yang kecil, melakukan riya’ misalnya, atau dia mengatakan masyā Allāhu wa syi’ta, atau bersumpah dengan selain nama Allāh, yang merupakan syirik yang kecil, maka masuk ke dalam neraka di sini adalah sementara, bukan selama-lamanya. Tidak diampuni dosa syirik kecil yang dia lakukan, dan tempat kembalinya adalah neraka atau dimasukkan ke dalam neraka, akan tetapi tidak selama-lamanya di sana. Ini kalau syirik yang dilakukan adalah syirik yang kecil.

رَوَاهُ البُخَارِيُّ

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imām al-Bukhārī di dalam Shahīh-nya. Menunjukkan kepada kita tentang satu di antara bahaya syirik, yaitu menjadi penyebab seseorang masuk ke dalam neraka, karena Allāh tidak mengampuninya. Yaitu bagi orang yang meninggal dunia dalam keadaan dia tidak bertaubat dari kesyirikan tadi, maka dia diancam dengan neraka sebagaimana dalam hadits ini.

Dengan perincian: kalau syiriknya adalah syirik yang besar maka kekal di dalam neraka, tapi kalau syiriknya adalah syirik yang kecil maka dia tidak akan kekal di dalam neraka. Tentunya ini adalah ancaman yang sangat keras dari Nabi ﷺ.

Ruwāhu al-Bukhārī, hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī yaitu di dalam Shahīh-nya.

Kemudian, hadits yang terakhir yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim,

وَلِمُسْلِمٍ: عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا؛ دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا؛ دَخَلَ النَّارَ

Dan di dalam Sahih Muslim dari Jābir, yaitu Jābir ibn ‘Abdillāh al-Anshārī, bahwasanya Rasūlullāh ﷺ bersabda: Barang siapa yang bertemu dengan Allāh dalam keadaan tidak menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun, maka dia masuk ke dalam surga. Dan barang siapa yang bertemu dengan Allāh dalam keadaan menyekutukan Allāh dengan yang lain, maka dia akan masuk ke dalam neraka.

Bertemu dengan Allāh, yaitu di hari kiamat berhadapan dengan Allāh, dalam keadaan dia tidak menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun, maka dia akan masuk ke dalam surga, bersih dirinya dari kesyirikan, baik syirk yang kecil maupun syirk yang besar. Maka ini menjadi sebab masuknya dia ke dalam surga Allāh ﷻ.

Dan barang siapa yang bertemu dengan Allāh dalam keadaan menyekutukan Allāh dengan yang lain, maka dia akan masuk ke dalam neraka. Menyekutukan Allāh di sini, baik dengan syirk yang kecil maupun syirk yang besar, maka ini menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam neraka. Dan ini menunjukkan tentang bahaya kesyirikan, serta bahwasannya dia adalah sebab masuknya seseorang ke dalam neraka.

Dan perinciannya seperti yang awal: kalau yang dilakukan adalah syirk kecil, maka ini tidak sampai mengekalkan seseorang di dalam neraka. Tapi kalau syirknya adalah syirk besar, maka dakhala al-nār (masuk ke dalam neraka) di sini adalah selama-lamanya di sana.

Ayat-ayat dan juga hadits yang sudah kita baca tentunya menunjukkan kepada kita tentang bahaya kesyirikan, yang seharusnya menumbuhkan dan menimbulkan rasa takut di dalam diri kita untuk melakukan kesyirikan tersebut. Dan rasa takut untuk melakukan kesyirikan tersebut tentunya harus diiringi dengan usaha. Kalau memang kita takut terjerumus ke dalam kesyirikan, maka kita harus berusaha, berusaha untuk mengenal jenis-jenis kesyirikan. Karena kalau kita tidak mau belajar dan tidak mau mengenal, maka dikhawatirkan seseorang terjerumus ke dalam kesyirikan sementara dia tidak menyadarinya.

Kita harus belajar, dan insyaAllāh Syaikh pada kitab ini nanti akan ada bab-bab selanjutnya yang menjelaskan kepada kita tentang berbagai jenis kesyirikan beserta dalil-dalilnya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Halaqah 24 | Pembahasan Hadits Ibnu Mas’ud dan Hadits Jabir – ilmiyyah.comimage_print

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link