(1). Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata :
فمَن حفظ لسانه لأجل الله تعالى في الدنيا ، أطلق الله لسانه بالشهادة عند الموت ولقاء الله تعالى، ومن سَرَّح لسانه في أعراض المسلمين واتبع عوراتهم، أمسك الله لسانه عن الشهادة عند الموت
“Barangsiapa yang telah menjaga lisannya di dunia karena Allah Ta’ala, maka Allah akan memberi kemampuan kepadanya untuk bisa mengucapkan kalimat syahadat ketika akan mati dan ketika bertemu dengan Allah Ta’ala. Dan barangsiapa menjadikan lisannya bebas mencela kehormatan kaum muslimin serta mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan menahan lisannya untuk mengucapkan kalimat syahadat ketika akan mati” (Bahrud Dumuu’ 1/124)
(2). Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
إذا صارت المعاصي اللسانية معتادة للعبد، فإنه يعز عليه الصبر عنها، ولهذا تجد الرجل يقوم الليل ويصوم النهار ويتورع من استناده إلى وسادة حرير لحظة واحدة، ويطلق لسانه في الغيبة والنميمة والتفكه في أعراض الخلق والقول على الله ما لا يعلم
“Jika maksiat lisan telah menjadi kebiasaan seorang hamba, maka sungguh akan berat baginya bersabar untuk meninggalkannya. Oleh karena inilah engkau dapati seseorang yang biasa untuk shalat malam dan puasa di siang hari, serta berhati-hati tidak bersandar ke bantal sutera walaupun sedetik saja, tapi dia mengumbar lisannya dgn berbuat ghibah serta namimah (mengadu domba), dan suka menghancurkan kehormatan orang lain serta berbicara atas nama Allah dengan perkara yg tidak dia ketahui” (‘Uddatush Shaabiriin 127)
(3). Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :
“Sesungguhnya kebanyakan perkara yang dapat memasukkan manusia ke dalam api Neraka adalah lisannya. Karena maksiat lisan masuk ke dalamnya kesyirikan yang merupakan dosa paling besar di sisi Allah, yang masuk ke dalamnya adalah berkata atas nama Allah tanpa ilmu dan persaksian palsu yang merupakan tandingannya syirik. Dan masuk juga ke dalamnya sihir, menuduh zina dan lainnya baik dari dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil seperti dusta, ghibah, mengadu domba, bahkan seluruh maksiat yang sifatnya perbuatan yang tidak luput dari perkataan-perkataan yang menyertainya dan menopangnya” (Jaami’ul ‘Uluum hal 450)
Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official

