Halaqah 30 | Kandungan-Kandungan Dalam Bab 05 – ilmiyyah.com

Kitab: Kitabut Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-30 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Kitābut-Tauḥīd alladzhī huwa ḥaqqullāhi ʿalal ʿabīd yang ditulis oleh Al-Imām al-Mujaddid Muḥammad ibn ʿAbdil Wahhāb ibn Sulaimān At-Tamīmī raḥimahullāh.

Syaikh sebagaimana biasanya mendatangkan beberapa perkara yang merupakan faedah dari bab ini

فِيهِ مَسَائِلُ

Di dalamnya ada beberapa permasalahan

الأُولَى: أَنَّ الدَّعْوَةَ إِلَى اللهِ طَرِيقُ مَنِ اتَّبَعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ

1. Da‘wah kepada Allāh — kita tahu makna da‘wah kepada Allāh di antaranya adalah da‘wah kepada tauhid — ini adalah jalan orang yang mengikuti Rasūlullāh ﷺ. Kalau kita mengakui pengikut Rasūlullāh ﷺ, maka kita mendakwahi manusia kepada tauhid, sebelum mendakwahi mereka kepada perkara yang lain.

الثَّانِيَةُ: التَّنْبِيهُ عَلَى الإِخْلَاصِ؛ لِأَنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَوْ دَعَا إِلَى الحَقِّ، فَهُوَ يَدْعُو إِلَى نَفْسِهِ

2. Di dalam bab ini ada peringatan untuk ikhlas, karena banyak di antara manusia, seandainya benar dia mengajak kepada al-ḥaqq, mengajak kepada tauhid, fahuwa yad‘ū ilan-nafsih, tapi dia di dalam hatinya ada ajakan kepada manusia untuk mengagungkan dirinya sendiri.

Beliau mengatakan, ini ada peringatan untuk ikhlas, yaitu dalam firman Allāh ﷻ, ad‘ū ilallāh. Kita berdakwah untuk Allāh, kita kepada Allāh, bukan kepada diri kita sendiri. Yang penting manusia mengenal Allāh. Masalah setelah itu — mereka mengagungkan kita, mereka berterima kasih kepada kita atau tidak — itu bukan tujuan seseorang. Yang penting manusia ini mengenal Allāh; kita ajak mereka untuk bertauhid, itu saja.

الثَّالِثَةُ: أَنَّ البَصِيرَةَ مِنَ الفَرَائِضِ

3. Ilmu, yaitu al-baṣīrah, ini termasuk kewajiban. Termasuk sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang dā‘ī adalah memiliki baṣīrah. Yang dimaksud dengan baṣīrah adalah ilmu. Kalau kita ingin mendakwahkan kepada tauhid, harus belajar. Harus mempelajari tentang tauhid dari pintunya, dari arah yang benar, dengan cara yang benar.

الرَّابِعَةُ: مِنْ دَلَائِلِ حُسْنِ التَّوْحِيدِ كَوْنُهُ تَنْزِيهًا لِلهِ تَعَالَى عَنِ المَسَبَّةِ

4. Termasuk di antara kebaikan tauhid, bahwasanya tauhid ini hakikatnya adalah mensucikan Allāh dari celaan. Kenapa demikian? Karena dalam ayat yang ada di dalam surah Yūsuf tadi, “Wa subhānallāh,” menunjukkan bahwasanya tauhid ini, di antara kebaikannya, adalah hakikatnya dia adalah mensucikan Allāh dari celaan. Karena orang yang mentauhidkan Allāh berarti dia menyerahkan ibadahnya kepada Allāh. Berarti dia mensucikan Allāh; dia telah memuji Allāh sesuai dengan apa yang Allāh inginkan. Sebaliknya

الخَامِسَةُ: أَنَّ مِنْ قُبْحِ الشِّرْكِ كَوْنَهُ مَسَبَّةً لِلهِ

5. Termasuk kejelekan kesyirikan, bahwasanya ia pada hakikatnya adalah celaan kepada Allāh. Orang yang menyekutukan Allāh, dia telah menghinakan Allāh, dia telah mencela Allāh. Karena telah menyamakan Allāh dengan makhluk. Menyamakan Dzat yang Mahasempurna dengan makhluk yang penuh dengan kekurangan, ini penghinaan terhadap Allāh ﷻ yang Mahasempurna.

السَّادِسَةُ، وَهِيَ مِنْ أَهَمِّهَا: إِبْعَادُ المُسْلِمِ عَنِ المُشْرِكِينَ؛ لِئَلَّا يَصِيرَ مِنْهُمْ، وَلَوْ لَمْ يُشْرِكْ

6. Diantara yang paling penting di antara faedah yang bisa kita ambil di sini adalah penjauhan seorang muslim dari orang-orang musyrikin. Tidak termasuk golongan mereka, meskipun dia tidak menyekutukan Allāh.

Mungkin ini, kata beliau, perlu dicermati kembali. Dan kalau kita membaca apa yang ditulis oleh para masyāyikh dalam menjelaskan ibarat ini, mereka mengatakan maksud syirik di sini adalah: barang siapa yang tinggal bersama orang-orang musyrikin dan dia tidak berlepas diri dari kesyirikan mereka, maka dia termasuk golongan orang-orang musyrikin tadi.

Wa law lam yusyirk, meskipun dia sendiri tidak melakukan kesyirikan, tapi kalau dia tidak berlepas diri dari kesyirikan, maka dia termasuk golongan musyrikin. Jadi, ini menunjukkan tentang keharusan seseorang untuk berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin.

السَّابِعَةُ: كَوْنُ التَّوْحِيدِ أَوَّلَ وَاجِبٍ

7. Bahwasanya tauhid ini adalah kewajiban yang pertama. Karena dalam hadits jelas disebutkan: yang pertama didakwahkan adalah tauhid, sebelum yang lain. Menunjukkan, itulah yang pertama kali diwajibkan kepada mad‘ū — orang yang didakwahi.

الثَّامِنَةُ: أَنَّهُ يَبْدَأُ بِهِ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ، حَتَّى الصَّلَاةِ

8. Bahwasanya tauhid ini didahulukan sebelum segala sesuatu, termasuk di antaranya adalah shalat, sebagaimana dalam hadits Mu‘ādz.

التَّاسِعَةُ: أَنَّ مَعْنَى: «أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ» مَعْنَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ

9. Bahwasanya makna mengesakan Allāh, itu adalah makna syahadah. Mengesakan Allāh adalah makna syahadah, sebagaimana dalam hadits Mu‘ādz ada riwayat syahādatu an lā ilāha illallāh, dan ada riwayat ilā an yuwahhidūllāh, menunjukkan bahwasanya makna syahadat lā ilāha illallāh adalah tauhid.

العَاشِرَةُ: أَنَّ الإِنسَانَ قَدْ يَكُونُ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، وَهُوَ لَا يَعْرِفُهَا، أَوْ يَعْرِفُهَا وَلَا يَعْمَلُ بِهَا

10. Seseorang terkadang dia termasuk Ahlul Kitāb, dan dia tidak mengenal lā ilāha illallāh. Ahlul Kitāb asalnya mereka mengikuti dakwah nabi, tapi mungkin saja mereka tidak mengenal lā ilāha illallāh, padahal dakwah nabi adalah lā ilāha illallāh. Kenapa tidak tahu? Karena tidak belajar, di antaranya. Atau dia mengetahuinya tapi dia tidak mengamalkan isinya. Tahu makna lā ilāha illallāh, tapi dia tidak mengamalkan. Dan dua-duanya harus kita dakwahi.

الحَادِيَةُ عَشْرَةَ: التَّنْبِيهُ عَلَى التَّعْلِيمِ بِالتَّدْرِيجِ

11. Peringatan untuk mengajar dengan bertahap, sebagaimana dalam hadits Mu‘ādz.

الثَّانِيَةُ عَشْرَةَ: البَدَاءَةُ بِالأَهَمِّ فَالأَهَمِّ

12. Mendahulukan yang paling penting. Jadi bertahap, bagaimana bertahapnya? Kita dahulukan yang paling penting, kemudian yang penting. Tauhid dulu, baru yang lain.

الثَّالِثَةُ عَشْرَةَ: مَصْرِفُ الزَّكَاةِ

13. Satu di antara orang-orang yang berhak untuk mendapatkan zakat, yaitu orang-orang fuqara, disebutkan dalam hadits yang kedua.

الرَّابِعَةُ عَشْرَةَ: كَشْفُ العَالِمِ الشُّبْهَةَ عَنِ المُتَعَلِّمِ

14. Seorang ‘ālim ini membongkar syubhat dari orang yang belajar. Jadi berusaha untuk menghilangkan syubhat apabila ada pada diri orang yang sedang belajar kepadanya, maka dia berusaha untuk menghilangkan syubhat tadi.

الخَامِسَةُ عَشْرَةَ: النَّهْيُ عَنْ كَرَائِمِ الأَمْوَالِ

15. Larangan untuk mengambil harta yang paling berharga.

السَّادِسَةُ عَشْرَةَ: اِتِّقَاءُ دَعْوَةِ المَظْلُومِ

16. Berhati-hati dari doanya orang yang didzalimi, sebagaimana telah berlalu.

السَّابِعَةُ عَشْرَةَ: الإِخْبَارُ بِأَنَّهَا لَا تُحْجَبُ

17. Khabar bahwasanya doa orang yang didzalimi ini tidak ditolak oleh Allāh.

الثَّامِنَةُ عَشْرَةَ: مِنْ أَدِلَّةِ التَّوْحِيدِ مَا جَرَى عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِينَ وَسَادَاتِ الأَوْلِيَاءِ مِنَ المَشَقَّةِ وَالْجُوعِ وَالْوَبَاءِ

18. Termasuk di antara dalil-dalil tauhid — maksudnya di antara dampak positif dari tauhid — adalah apa yang menimpa Rasūlullāh ﷺ dan juga para wali-wali Allāh, berupa rasa berat, juga lapar, dan juga penyakit. Seperti ‘Alī ibn Abī Thālib, bagaimana beliau ingin berdakwah kepada tauhid dalam keadaan kedua matanya sakit, dalam keadaan mereka ini lapar, dalam keadaan mereka berat, tapi mereka ingin berdakwah kepada tauhid. Akhirnya mereka rela berkorban, melakukan itu semuanya.

التَّاسِعَةُ عَشْرَةَ: قَوْلُهُ: «لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ…» إِلَخْ، عَلَمٌ مِنْ أَعْلَامِ النُّبُوَّةِ

19. Ucapan beliau, “Aku akan memberikan bendera…” ini adalah tanda di antara tanda-tanda kenabian.

العِشْرُونَ: تَفْلُهُ فِي عَيْنَيْهِ عَلَمٌ مِنْ أَعْلَامِهَا أَيْضًا

20. Ketika beliau meludah, maka ini adalah tanda di antara tanda-tanda kenabian beliau, termasuk mukjizat beliau.

الحَادِيَةُ وَالعِشْرُونَ: فَضِيلَةُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

21. Keutamaan ‘Alī ibn Abī Thālib.

الثَّانِيَةُ وَالعِشْرُونَ: فَضْلُ الصَّحَابَةِ فِي ذُكُورِهِمْ تِلْكَ اللَّيْلَةَ وَشُغْلِهِمْ عَنْ بُشْرَى الفَتْحِ

22. Keutamaan para sahabat, bagaimana mereka begadang di malam tersebut dan kesibukan mereka untuk mendapatkan keutamaan tadi, sehingga melupakan kabar gembira dibukanya Khaybar. Jadi yang menjadi perhatian mereka saat itu adalah bagaimana mereka mendapatkan keutamaan yang disebutkan oleh Nabi ﷺ dalam ucapan beliau.

الثَّالِثَةُ وَالعِشْرُونَ: الإِيمَانُ بِالقَدَرِ لِحُصُولِهَا لِمَنْ لَمْ يَسْعَ لَهَا، وَمَنْعِهَا عَمَّنْ سَعَى

23. Beriman dengan takdir, karena didapatkan tadi, bagi orang yang tidak berusaha. Dan ternyata orang yang berusaha justru tidak mendapatkan. ‘Alī mendapatkan, adapun yang lain maka justru tidak mendapatkan, padahal mereka sudah berusaha. Menunjukkan bahwasanya kita harus beriman dengan takdir.

الرَّابِعَةُ وَالعِشْرُونَ: الأَدَبُ فِي قَوْلِهِ: «عَلَى رِسْلِكَ

24. Adab diantara ucapan beliau “Pelan-pelanlah kamu,”, menunjukkan di antara adab Islami, yaitu seseorang menjaga ketenangan, termasuk dalam peperangan.

الخَامِسَةُ وَالعِشْرُونَ: الدَّعْوَةُ إِلَى الإِسْلَامِ قَبْلَ القِتَالِ

25. Dakwah kepada Islam sebelum perang, karena ‘Alī ibn Abī Thālib berdakwah kepada Islam terlebih dahulu sebelum perang.

السَّادِسَةُ وَالعِشْرُونَ: أَنَّهُ مَشْرُوعٌ لِمَنْ دُعُوا قَبْلَ ذَلِكَ وَقُوتِلُوا

26. Dakwah ini disyariatkan bagi orang yang sudah didakwahi sebelumnya kemudian mereka diperangi. Artinya yang sebelumnya didakwahi juga tetap diajak untuk masuk ke dalam agama Islam.

السَّابِعَةُ وَالعِشْرُونَ: الدَّعْوَةُ بِالحِكْمَةِ؛ لِقَوْلِهِ: «أَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ

27. Dakwah dengan hikmah, karena Nabi ﷺ mengatakan “kabarkan kepada mereka dengan apa yang wajib atas mereka”, menunjukkan bahwasanya dakwah dengan bertahap, dan dengan bijaksana, termasuk di antara kebijaksanaan adalah mendahulukan yang wajib terlebih dahulu sebelum yang sunnah.

الثَّامِنَةُ وَالعِشْرُونَ: المَعْرِفَةُ بِحَقِّ اللهِ فِي الإِسْلَامِ

28. Mengenal hak Allāh  di dalam Islam, diantaranya adalah tauhid.

التَّاسِعَةُ وَالعِشْرُونَ: ثَوَابُ مَنْ اهْتَدَى عَلَى يَدَيْهِ رَجُلٌ وَاحِدٌ

29. Pahala bagi orang yang berdakwah dan ada orang yang mendapatkan hidayah dengan sebab dirinya.

الثَّلَاثُونَ: الحَلْفُ عَلَى الفُتْيَا

30. Bersumpah dalam fatwa, karena Nabi ﷺ mengatakan “ Demi Allāh, Allāh ﷻ memberikan hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, itu lebih baik daripada unta merah.”

Maka ini adalah 30 faedah yang disebutkan oleh Syaikh. Dan dengan demikian, kita sudah menyelesaikan bab yang sangat penting ini.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Halaqah 30 | Kandungan-Kandungan Dalam Bab 05 – ilmiyyah.comimage_print

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link