Hukum Berbaurnya Laki-laki dengan Perempuan dan Akibat-akibatnya – إسماعيل بن عيسى

🎙️ Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz (wafat 1420 H) rahimahullah

السؤال:

يسأل أخونا سؤالًا آخر فيقول: اختلاط الرجال بالنساء، ومصافحة الرجال والنساء لبعضهم بعضًا، وهم ليسوا من المحارم، بل تجد الرجل يجلس مع زوجة أخيه، ويصافحها، ما حكم الإسلام في ذلك؟ وهل هذا قد يؤدي إلى فتن خطيرة جدًا؟ وما هو الزي الإسلامي الذي يجب على المرأة أن ترتديه؟ 

Pertanyaan: Saudara kita mengajukan pertanyaan lain, dengan mengatakan: Terjadi perbauran laki-laki dengan perempuan dan jabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram. Anda juga mendapati seorang laki-laki duduk dengan istri saudaranya dan menjabat tangannya. Apa hukum Islam tentang hal ini? Dapatkah ini menyebabkan fitnah yang sangat berbahaya? Pakaian Islami bagaimana yang harus dikenakan oleh seorang wanita?

الجواب:

Jawaban:

لا شك أن اختلاط الرجال بالنساء على وجه ليس فيه حشمة، وليس فيه حجاب من أعظم أسباب الفتنة، وذلك لا يجوز، بل لابد أن يكون النساء محتجبات مستورات بعيدات عن أسباب الفتنة إذا خالطن الرجال لحاجة من الحاجات، أو لشراء متاع، أو لأشباه ذلك، ولا يجوز لها الخلوة بالرجل كابن عمها، أو أخي زوجها، أو زوج أختها، لا يجوز لها الخلوة به؛ لقوله ﷺ: لا يخلون رجل بامرأة؛ فإن الشيطان ثالثهما.

Tidak diragukan lagi bahwa perbauran antara laki-laki dan perempuan dengan cara yang tidak sopan dan tanpa hijab merupakan salah satu sebab terbesar fitnah. Hal ini tidak diperbolehkan. Sebaliknya, perempuan harus berhijab, menutup aurat, dan menjauhi sebab-sebab godaan jika mereka bergaul dengan laki-laki untuk keperluan apa pun, atau membeli barang, atau semisal itu. Tidak diperbolehkan bagi seorang perempuan untuk berduaan dengan seorang laki-laki, seperti sepupunya, saudara laki-laki suaminya, atau suami saudara perempuannya. Ia tidak diperbolehkan berduaan dengan laki-laki tersebut karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah laki-laki berduaan dengan perempuan, karena setan adalah yang ketiga yang hadir.”

فالواجب على النساء التحجب، والحذر من أسباب الفتنة، وألا يخالطن الرجال مخالطة تحصل بها الفتنة، وأن لا تخلو المرأة بالرجل وأن لا تسافر معه، كل هذا من أسباب الفتنة.

Oleh karena itu, wajib bagi perempuan untuk berhijab, mewaspadai sebab-sebab godaan, dan menghindari bergaul dengan laki-laki dengan cara yang menjurus pada godaan. Seorang perempuan tidak boleh berduaan dengan laki-laki dan tidak boleh bepergian bersamanya, karena semua ini merupakan sebab godaan.

وهكذا المصافحة ليس لها أن تصافح الرجل، إلا إذا كان محرمًا لها، كأخيها وعمها؛ لأن المصافحة فيها فتن أيضًا، فليس لها أن تصافح الرجل إلا إذا كان محرمًا لها، كعمها وأخيها، ونحو ذلك، وعند الحاجة إلى الاختلاط بالرجال تكون مستورة، متحجبة، بعيدة عن أسباب الفتنة، حتى تأخذ حاجتها من السوق، ثم تنصرف.

Demikian pula, seorang wanita tidak boleh berjabat tangan dengan seorang pria kecuali jika ia adalah mahramnya, seperti saudara laki-laki atau pamannya. Karena berjabat tangan juga dapat memicu fitnah, seorang wanita tidak boleh berjabat tangan dengan seorang pria kecuali jika ia adalah mahram, seperti paman, atau saudara laki-lakinya, atau yang semisalnya. Jika ia perlu berbaur dengan laki-laki, ia harus mengenakan penutup aurat dan hijab, menghindari sebab apapun yang dapat memicu godaan, hingga ia menyelesaikan kebutuhannya di pasar kemudian pulang.

يقول الله -جل وعلا- لأزواج نبيه ﷺ: وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى [الأحزاب:33] معنى قرن، يعني: اقررن في بيوتكم، يعني: الزمن البيوت إلا إذا كان الخروج لحاجة ومصلحة، ثم نهاهن عن التبرج، فقال: وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى [الأحزاب:33]. 

Allah jalla wa ‘ala berfirman kepada istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَقَرۡنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ

“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias sebagaimana berhiasnya orang-orang jahiliah.” (QS Al-Ahzab: 33).

Arti “tinggallah” di sini adalah tetap tinggal di rumah, artinya terus tinggal di dalam rumah kecuali keluar rumah untuk suatu keperluan dan maslahat. Kemudian Allah melarang mereka berhias, dengan firman-Nya,

وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰ

“Dan janganlah kamu berhias sebagaimana berhiasnya orang-orang jahiliah.” (QS Al-Ahzab: 33).

فالتبرج: هو إظهار المحاسن والمفاتن، هذا هو التبرج، إظهار محاسنها، ومفاتنها بين الرجال، كوجهها، أو شعرها، أو رقبتها، أو يدها وقدمها وصدرها، كل هذا من أسباب الفتنة. 

Tabaruj adalah tindakan memamerkan kecantikan dan pesona seseorang. Tabaruj adalah memamerkan kecantikan dan pesona seseorang wanita kepada pria, seperti wajah, rambut, leher, tangan, kaki, dan dada. Semua ini merupakan penyebab godaan.

فالواجب أن تكون مستورة متحجبة بعيدة عن أسباب الفتنة، وهكذا التغنج بالقول، والخضوع بالقول يمنع؛ لقوله  في كتابه العظيم: يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ [الأحزاب:32] يعني: مرض الشهوة، فالخضوع بالقول للرجال واللين من أسباب الفتنة، بل يجب أن يكون الصوت معتدلًا، ليس فيه عنف، وليس فيه خضوع، ولكن صوت عادي …. مع الرجال، لا بأس بالصوت مع الرجال، ليس بعورة، وإنما العورة خضوعها، وتغنجها، وتكسرها بصوتها مما قد يطمع الرجال فيها، أما الصوت العادي فلا حرج في ذلك، كان النساء يكلمن النبي ﷺ ويسألنه، ويستفتينه، ويكلمن الصحابة  لا بأس بهذا. نعم. 

Oleh karena itu, wajib bagi seorang wanita untuk menutup aurat dan berhijab, serta menjauhi segala sesuatu yang dapat menimbulkan godaan. Demikian pula, menjauhi perbuatan berbicara dengan cara yang menggoda atau merayu dilarang. Karena Allah berfirman dalam Kitab-Nya yang Agung,

يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسۡتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ مَرَضٌ

“Hai istri-istri Nabi, kalian tidak seperti wanita-wanita lainnya, jika kalian bertakwa. Maka janganlah kalian bersikap lemah lembut dalam berbicara [kepada pria] sehingga orang yang di dalam hatinya ada penyakit akan muncul keinginan (kepada kalian).” (QS Al-Ahzab: 32).

Artinya: penyakit hawa nafsu. Jadi, berbicara dengan lembut dan halus kepada pria merupakan penyebab godaan. Sebaliknya, suaranya harus moderat, tidak kasar tidak lembut, tetapi suara yang biasa. Tidak ada yang salah berbicara kepada pria. Suara wanita bukan aurat. Yang aurat hanyalah kelemahlembutannya, kegenitannya, dan suaranya yang menggoda, yang dapat menimbulkan gairah para pria. Adapun suara yang normal, tidak ada salahnya. Dahulu para wanita berbicara kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bertanya, meminta fatwa, dan berbicara kepada para sahabat. Tidak ada yang salah dengan hal ini.

Sumber:

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link