الأول : (إذا لقيته فسلَّم عليه) أي: يقول السلام عليكم، وإن زاد وقال: السلام عليكم ورحمة الله فأحسن، وإن زاد فقال: السلام عليكم ورحمة الله وبركاته، فأحسن وأحسن، ويردُّ عليه أخوه بالمثل أو يزيد، قال تعالى: ﴿وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآ ۗ﴾ [النساء: ٨٦]، والبداءة بالسلام سُنَّةٌ مؤكدة، وردُّ السلام واجب، قال سبحانه وتعالى: ﴿وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآ ﴾ۗ هذا واجب.
Pertama: (Jika kamu berjumpa dengannya, ucapkan salam kepadanya), artinya: ia mengucapkan, “As-Salāmu ‘alaikum (Semoga Allah memberikan keselamatan kepada kalian).” Jika ia menambahkan dan mengucapkan, “As-Salāmu ‘alaikum waraḥmatullāh (Semoga Allah memberikan keselamatan dan rahmat-Nya kepada kalian),” maka ia telah berbuat baik. Jika ia menambahkan dan mengucapkan, “As-Salāmu ‘alaikum waraḥmatullāh wabarakātuh (Semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat, dan berkah-Nya kepada kalian),” maka ia telah berbuat baik dan lebih baik lagi. Saudaranya hendaknya membalas salamnya dengan yang semisal atau lebih banyak. Allah taala berfirman, “Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS An-Nisa’: 86).
Memulai salam merupakan sunah muakadah dan membalas salam adalah wajib. Allah—subhanahu wa ta’ala—berfirman, “Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” Hal ini wajib.
والتسليم من حقوق المسلمين بعضهم على بعض، حتى ولو كان بينهم شيء من الشحناء، أو غير ذلك مما ينزغ الشيطانُ بينهم، فعلى المسلم أن يسلّم على أخيه المسلم وإن كان بينه وبينه قطيعة، وخيرهما الذي يبدأ بالسلام، وقد جاء في الحديث قوله ﷺ: (… يلتقيان فيُعرض هذا ويُعرض هذا، وخيرهما الذي يبدأ بالسلام)، فَسَلَّم عليه ولو كان بينك وبينه سوء تفاهم، فهذا يُذهب الحقد، ويزرع المودة في القلب، أما الإعراض وعدمُ السلام فهذا يزيد التهاجر والتباغض، فالسلام فيه مصالح عظيمة، ومعناه: الدعاء.
Salam merupakan salah satu hak umat Islam terhadap sesamanya, meskipun terdapat permusuhan di antara mereka, atau hal lain yang dibisikkan oleh setan untuk merusak hubungan di antara mereka. Seorang muslim hendaknya memberi salam kepada saudara muslimnya meskipun terdapat keretakan hubungan di antara mereka. Yang lebih baik di antara keduanya adalah yang memulai salam. Dinyatakan dalam hadis, sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: “…Keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itupun berpaling. Yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai salam.”
Berilah salam kepadanya meskipun terjadi kesalahpahaman di antara kalian, karena hal itu dapat menghilangkan kebencian dan menumbuhkan rasa cinta di dalam hati. Adapun berpaling dan tidak memberi salam, maka hal itu dapat menambah kerenggangan dan kebencian. Jadi, salam memiliki banyak manfaat dan maknanya adalah doa.
السلام من أسماء الله سبحانه وتعالى، فإذا قلت: السلام عليكم، أي: اسم الله عليك، وبركتُه عليك، وأن يسلمك الله من الآفات، فالله هو السالم والمسلم سبحانه وتعالى، وقيل: السلام المراد به هنا: الدعاء له بالسلامة، يدعو له بالسلامة من الآفات، فله معنيان: أنه من أسماء الله، أو أنه دعاء بالسلامة.
As-Salam adalah salah satu nama Allah—subhanahu wa ta’ala—. Jadi, jika Anda mengucapkan, “As-Salāmu ‘alaikum,” artinya: Semoga nama Allah besertamu, semoga keberkahan-Nya terlimpah kepadamu, dan semoga Allah melindungimu dari bahaya. Jadi, Allah adalah Zat yang selamat dan menyelamatkan—subhanahu wa ta’ala—. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “as-salam” di sini adalah doa untuk keselamatannya. Dia mendoakan keselamatannya dari bahaya. Jadi, “as-salam” di sini memiliki dua makna: salah satu nama Allah atau doa untuk keselamatan.
وعلى كل حال هو لفظ عظيم، ولا يقول مثل ما يقول الناس في هذه الأيام: بالخير أو كيف أصبحت، أو ما أشبه ذلك.
Bagaimanapun, ini adalah ungkapan yang bagus dan janganlah dia mengatakan apa yang orang katakan saat ini, seperti “selamat siang” atau “apa kabar” atau hal-hal semacam itu.
قال ﷺ: (أفشوا السلام بينكم)، يقول: السلام عليكم، وإذا زاد على ذلك، وقال: كيف حالك، كيف أصبحت؟ فهذه زيادة خير، أما أنه يستغني بذلك عن السلام، فهذا نقص فيما شرع الله سبحانه وتعالى.
Beliau—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sebarkanlah salam di antara kalian.” Ia berkata, “As-Salāmu ‘alaikum.” Jika ia menambahnya dengan berkata, “Apa kabarmu? Bagaimana engkau hari ini?” maka ini merupakan tambahan kebaikan. Namun jika ia menggunakan sapaan itu dan meninggalkan salam, maka ini merupakan kekurangan dalam menjalankan syariat Allah—subhanahu wa ta’ala—.
(إذا لقيته فسلم عليه) وكان الصحابة رضي الله عنهم إذا لقي أحدهم الآخر سَلَّم عليه، فإذا افترقا أو حالت بينهما شجرة، أو جبل أو شيء، ثم تلاقيا، سلّم بعضهم على بعض، من حرصهم على إفشاء السلام.
“Jika kalian berjumpa dengannya, maka ucapkanlah salam,” dahulu para sahabat—radhiyallahu ‘anhum—saling mengucapkan salam ketika mereka berjumpa. Jika mereka berpisah atau dipisahkan oleh pohon, gunung, atau sesuatu, lalu mereka berjumpa lagi, maka mereka saling mengucapkan salam karena semangat mereka untuk menyebarkan salam.
Sumber: Ithaf Al-Kiram bi Syarh Kitab Al-Jami’ fil-Akhlaq wal-Adab min Bulugh Al-Maram syarah Syekh Doktor Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah